Chapter 16 : Shoot me

15.7K 1K 19
                                    

Apa aku sudah mati?

Aku membuka mataku perlahan. Semuanya masih sama. Tidak ada rasa sakit disekujur tubuhku.

Aku beralih menatap lemon yang sudah berlubang diatas tanganku.

"Mengapa kau menutup matamu?" Aku terkejut bukan main. Lalu aku menoleh ke samping. Menatap Nick yang ternyata sudah berdiri disebelahku. Sejak kapan?

"Kau membuatku terkejut sejak tadi.." Ia mengangkat satu alisnya keatas kemudian memberikanku benda seperti pistol tapi ini lebih besar. Entahlah aku tidak tahu namanya. Tapi tunggu! Apa ini senapan? Aargh.. Masa bodoh. Aku tidak tahu!

"Aku tidak bisa menggunakan ini.."

"Kau tinggal menarik pelatuknya saja." Jawabnya kemudian ia menarik tanganku untuk berjalan menuju ke tepi halaman gedung ini.

"Apa aku akan menembak lemon juga?" Tanyaku dan aku berharap kalau ia menjawab tidak.

"Kau ingin menembak lemon?" Aku kecewa. Ia malah menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan juga.

"Tidak.. Tentu saja tidak." Nick hanya diam, lalu ia duduk diatas sofa dan melepas kaos yang ia kenakan. Apa yang ia lakukan?! Astaga. Pria sinting. Apa dia tidak pernah diajarkan untuk bersopan santun?

Aku langsung memalingkan wajahku kedepan.

"Ada apa?" Tanyanya.

Aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Lakukan sekarang. Bungkukkan badanmu dan sandarkan tanganmu diatas meja itu." Aku menurutinya.

"Arahkan senjatamu dengan benar

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

"Arahkan senjatamu dengan benar." Aku menangguk kemudian mengarahkan senjata laknat ini ke sebuah papan yang sebelumnya diberikan tanda X berwarna merah dan jaraknya juga cukup jauh.

"Tembak!" Aku langsung menarik pelatuknya dan.. Melenceng.

"Lakukan lagi." Ia memerintahkanku seakan dirinya adalah raja dan aku pengawalnya.

Terkadang pria itu selalu menyebalkan, mengerikan, dan menyenangkan. Tergantung dengan seleranya dan suasana hatinya. Tapi, ku rasa. Suasana hatinya selalu buruk. Maka dari itu ia selalu marah, marah, dan marah.. Atau paling tidak.. Ia suka memperlakukanku seperti seorang pengawal.

"Lakukan lagi, Ms.Nelson.. Apa kau tidak mendengarkanku?" Oh. Aku mengangguk. Kemudian mulai menembak lagi.

Hasilnya tetap sama. Melenceng. Aku tidak bisa. Sudah ku bilang kalau aku memang tidak bisa, tapi dia terus memaksa. Ayolah, aku hanya gadis yang sekolah menengah atas yang sebentar lagi akan mengerjakan soal-soal ujian, lalu lulus dan wisuda.

"Nick, aku menyerah." Dia beranjak dari duduknya kemudian berjalan menghampiriku. Aku tahu kalau dia akan marah.

"Lakukan sekarang dan aku akan mengawasimu dari sini." Ucapnya penuh dengan penekanan, aku menatap bola matanya yang semakin menajam bagaikan elang.

You Are Mine Ms.NelsonМесто, где живут истории. Откройте их для себя