Chapter 26 : Together

13.4K 1K 53
                                    

HAPPY READING.

_________

Aku mengerjapkan mataku perlahan sambil meringis kesakitan saat tengkukku terasa sedikit nyeri. Ku rasa mereka memukul tengkukku terlalu keras.

"Kau sudah sadar?" Aku menoleh dan menatap gadis seumuranku tengah menatapku khawatir. Ia menelitiku dari atas sampai bawah dengan bola matanya.

"Audie?"

Ia mengangguk pelan.

"Apa yang kau lakukan di taman belakang sekolah? Mengapa kau sendirian? Dimana pacarmu yang bernama Nicolas?" Tanya Audie beruntun. Aku diam mencoba mencerna satu persatu ucapannya.

"Kau mengenal Nicolas?" Tanyaku dan Audie langsung memutarkan bola matanya malas.

"Tentu saja aku mengenalnya.. Karena Gerald yang memberitahuku." Balas Audie dan aku mengangguk mengerti.

Ah, sekarang kepalaku yang sakit.

"Apa yang kau lakukan disini? Taman ini sepi dan kau pingsan disini juga.. Apa penyakitmu kambuh lagi?" Tanya Audie dan aku menggelengkan kepalaku.

"Dimana Nick?" Tanyaku dan Audie langsung menggidikkan bahunya pertanda tidak tahu.

Aku berusaha untuk berdiri. Aku harus bertemu dengan Nick. Aku takut jika ia tidak baik-baik saja, karena saat Aaron memukulnya. Ia sama sekali tidak membalas pukulan Aaron. Seakan ia rela jika Aaron memukulnya karena ia sudah menarik semua ucapannya kalau ia menyerahkanku pada Aaron.

"Kau mau kemana, Carry?" Tanya Audie saat aku berjalan tertatih-tatih meninggalkannya.

"Nick.. Aku harus menemuinya."

Audie langsung melingkarkan tangannya dilenganku. Mencoba untuk membantuku berjalan. Aku tersenyum. Setidaknya aku masih memiliki teman yang peduli padaku dan menyayangiku.

"Kita akan mencari Nicolas dimana?" Tanya Audie.

"Diseluruh gedung sekolah ini.." Jawabku cepat.

"Kau gila? Tidak.. Aku tidak setuju.. Lebih baik kita bertanya dengan beberapa orang daripada harus berkeliling di sekolah ini." Ia membalas ucapanku dengan cepat juga dan aku langsung terkekeh lalu mengangguk.

"Carry!" Sontak aku dan Audie menoleh ke belakang dan disana kami mendapati Gerald yang baru saja berlarian kecil menuruni beberapa anak tangga.

"Ada apa?" Tanyaku bingung.

"Nicolas.. Dia—"

"Ada apa?!" Tanyaku dengan nada khawatir. Apa pertengkaran itu masih tetap berlanjut? Ku harap tidak.

"Aaron membawa Nicolas ke helipad. Ia memukuli Nicolas dengan tongkat baseball.. Kau tahu? Nicolas—"

"Jangan banyak bicara. Kita harus menggunakan lift untuk sampai ke helipad." Ucap Audie memotong ucapan Gerald dan kami mengangguk.

Jantungku berpacu lebih cepat, aku takut, aku khawatir. Aku menggigit kuku ku. Hal yang selalu aku lakukan disaat aku sedang cemas atau khawatir.

Saat lift sudah berdeting tepat dilantai 5 kami semua langsung keluar dari lift.

Aku terpengangah saat melihat Nick yang tengah terduduk lemas dengan wajahnya yang dipenuhi darah. Air mataku langsung lolos begitu saja.

Aku berlari menghampiri Nick lalu aku memeluknya erat. Aku menatap Nick yang sedang berusaha tersenyum padaku. "Apa yang kau lakukan? Mengapa kau tidak membalas pukulannya?" Tanyaku pelan sambil menangis.

"Waahh, lihatlah siapa yang datang." Ucap Aaron dan terdengar gelak tawa disana. Aku mendongak menatap Aaron tajam.

"Jangan sakiti Nick." Lagi-lagi Aaron tertawa lebih kencang dan diikuti oleh dua temannya.

"Carry.. Menyingkirlah dari sini dan biarkan aku untuk menghabisi penghianat ini." Ucap Aaron pelan dan aku tidak memperdulikannya. Aku semakin erat memeluk Nick. Tidak akan ku biarkan Nick terluka lagi.

"Menyingkirlah Carolyn Nelson." Aku menggelengkan kepalaku menoleh peringatannya.

"Tidak.. Hentikan semua ini, jangan sakiti Nick lagi.. Dia tidak salah." Ucapku sambil menangis.

"Tidak salah? Ada apa denganmu, Carolyn? Kau masih ingin membela orang yang akan membunuhmu dan keluargamu, huh? Dia masih menyimpan dendam padamu, asal kau tahu itu.." Ucapan Aaron seketika itu pula membuatku terdiam.

Iya. Nick pernah mengatakan itu, mengatakan bahwa ia akan membunuhku dan keluargaku. Ia akan menghabisi kami.

Aku kembali menatap Nick lekat dan ia tengah menatapku. Tapi, aku tidak bisa meninggalkannya sendiri. Aku menyayanginya.

"Dia tidak akan melakukan itu." Balasku.

"Kau yakin?" Tanya Aaron dan aku mengangguk mengiyakan.

"Lalu, apa maksud dari ini? Kalau memang ia tidak ingin membunuhmu.." Ucap Aaron sambil merogoh saku celana Nick, setelah itu ia melemparkanku sebuah pisau kecil.

Aku menangkapnya, lalu aku melihat pisau itu dan Nick secara bergantian.

"Apa kau masih keukeuh untuk membelanya?" Tanya Aaron.

Tapi, untuk apa pisau ini? Apa Nick benar-benar ingin membunuhku. Aku menatap Nick cukup lama dan membiarkan air mataku mengalir begitu saja.

"Nick, apa kau ingin membunuhku?" Tanyaku lirih.

Bisa ku lihat bibir Nick bergerak walaupun ia tidak mengeluarkan suara apapun. Ia menggerakkan bibirnya seakan ia mengatakan tidak.

Aku diam menatapnya lalu meremas ganggang pisau ini.

Aku beralih menatap Aaron.

"Aku percaya pada Nick.. Dia tidak akan melukaiku."

Bisa ku lihat rahang Aaron mengeras. Ia semakin erat menggenggam tongkat baseball nya.

"Habisi dia!" Ucap Aaron lantang.

Dua orang temannya itu langsung menarikku paksa untuk menjauh dari Nick dan mendorongku hingga aku jatuh tersungkur.

Mereka berdua memukuli Nick lagi. Aku langsung bangun dan Gerald menolongku begitu juga dengan Audie mereka berdua membantuku berdiri. Walaupun ada rasa nyeri dibagian lututku yang sedikit berdarah.

"Carry.. Kau tetap disini saja bersama Audie.. Aku akan membantu Nick dan sebentar lagi Mr.Hamilton akan kemari." Ucap Gerald dan aku langsung menggeleng.

"Tidak, Ge.. Lihatlah.. Mereka memukuli Nick!" Teriakku.

"Diamlah, Carry! Aku akan membantunya dan kau tetap disini bersama, Audie! Jangan membantahku!" Bentak Gerald kesal dan aku menyetujuinya.

Gerald memukul wajah kedua teman Aaron secara bergantian dan aku juga melihat kalau Aaron sedang memukul perut Nick yang membuat Nick muntah darah.

Aku menjerit lalu memberontak saat Audie meremas kedua lenganku. Aku berlari menghampiri Nick saat Aaron akan memukulnya lagi. Aku memeluk Nick dan pada saat itulah aku merasa nyeri dibagian punggungku kala ada sebuah benda keras menghantam punggungku.

Aku menatap Nick yang sedang berusaha bernafas. Rasa nyeri dipunggungku semakin menjadi-jadi. Semua pandanganku buram.

"Berhenti, Aaron Flack!!" Aku kenal suara itu. Suara yang tidak asing ditelingaku.

Dan dalam hitungan detik. Aku langsung menutup mataku bersamaan dengan tangan Nick yang sudah tidak membalas pelukanku lagi.

Kita selalu bersama.

____________________

TBC

Jangan lupa Vote + Komentarnya yang banyak.

Masih sama, 50+ komentar kalau bisa.

❤❤❤❤❤😂😂

You Are Mine Ms.NelsonWhere stories live. Discover now