Chapter 41

12.1K 769 52
                                    

"Sudah ku katakan padamu bahwa semua ini konyol. Kau tidak akan bisa melakukannya." Lagi-lagi Harold membantah keinginanku. Menolak apa yang sedang akan aku perjuangkan untuk pertandingan nanti.

"Maka dari itu kau harus mengajariku.." Ia menggeleng menatapku tidak yakin.

"Waktunya tinggal sehari dan itu tidak akan menjamin semuanya sukses, percayalah padaku, Nick... Batalkan pertandingan itu." Tidak. Aku menggeleng menolak apa yang ia inginkan. Jika aku membatalkan pertandingan ini maka dengan jelas bahwa Aaron lah pemenangnya dan pria itu akan mendapatkan Carolyn seutuhnya.

"Bukan waktunya untuk berdebat, Harld... Ergh, dengar, aku butuh bantuanmu... Hanya dengan ini Carolyn akan terbebas dari masalahku dan Aaron..."

"Tidak, Aaron hanya memancingmu... Dia ingin melihatmu kacau dan ia ingin kau mati." Harold menjawab perkataanku dengan cepat. Seakan ia tahu isi pikiran busuk pada diri Aaron walaupun sudah cukup lama Harold tidak melihat Aaron.

"Jika pun aku mati, katakan bahwa aku mati hanya untuk memperjuangkan Carolyn... Semua ini aku lakukan untuknya karena aku ingin dia bahagia bersamaku." Kataku membalas ucapannya.

"Dia yang dulu kau benci, malah dia yang sekarang kau cintai..." Aku tersenyum miring. Memang benar, bahkan sampai sekarang pun semua ini terlihat aneh. Aku menyukai setiap keburukan yang ia lakukan walau sebenarnya terkesan menyebalkan tapi itulah cirikhas dari dirinya.

______________

CAROLYN

Aku duduk diatas lantai yang cukup dingin dengan suasana yang begitu sunyi.

Suara decitan pintu membuatku langsung mengalihkan pandanganku kearah daun pintu yang terbuka, memperlihatkan langsung Gerald yang tengah tersenyum padaku.

"Aku tahu kau belum tidur." Katanya dan aku tersenyum.

"Aku tidak bisa tidur... Mimpi buruk itu menggangguku lagi."

Gerald langsung duduk tepat disebelahku lalu menoleh menatapku.

"Apa kau tahu? Bahwa Nicolas sangat mencintaimu..."

"Aku tahu dan ia sudah mengatakan itu padaku berulang kali saat aku tidur dan aku mendengarkannya."

Gerald terkekeh, "Dia pergi lagi, bukan?" Aku mengangguk.

Entah apa yang Nick lakukan diluar sana, tapi disini aku merasa tidak tenang. Semuanya terasa aneh dan mencengkram. Nick sama sekali tidak mau memberitahuku alasan mengenai ia keluar dan tidak akan kembali untuk besok. Alasannya hanyalah urusan penting yang harus ia selesaikan sampai besok.

"Tenanglah... Aku tahu ia masih memiliki urusan yang penting. Maka dari itu ia tidak bisa meninggalkan urusannya." Aku tersenyum tipis.

"Aku tahu."

Gerald berucap panjang lebar mengenai Nick, entah itu dari sifat Nick, wajah Nick, atau yang lainya hingga sampai pria itu ketiduran.

Aku menggigit bibir bawahku ketika kepalaku mulai berdenyut-denyut hebat kembali. Seperti ada bongkahan batu besar yang tengah menindihi kepalaku saat ini juga. Bahkan Gerald belum menyadari kalau aku sudah mulai kesakitan. Aku membuka mulutnya sedikit, bermaksud untuk menangkup udara sebanyak-banyaknya. Paru-paruku kembangkempis karena kekurangan udara dan ditambahi dengan batuk yang semakin menggila. Semua ini.. Sakit.

Aku membutuhkannya, aku menginginkannya disini.

Meremas dadaku kuat-kuat dan mengigit bibir bawahku mencoba untuk tidak berteriak karena sakit ini semakin liar. Air mataku mulai berjatuhan yang diikuti oleh bulir-bulir keringat yang sedikit demi sedikit membasahi sekujur tubuhku.

Dimana obatku? Aku mulai meraba-raba nakas. Tidak ada disana, aku memukul-mukul dadaku dengan kesal. Bahkan dalam keadaan seperti ini aku bisa lupa dimana aku meletakkan tabung obatku. Sialan!

"Aaaa!" Aku berteriak layaknya orang gila. Dan ku yakini Gerald sangat terkejut dengan suara teriakanku.

"Carry!" Tidak lama kemudian aku bisa mendengar suara Gerald yang sedang memanggil namaku. Tersirat nada khawatir didalam sana.

"Ada apa denganmu?" Tanya Gerald dan aku tidak menjawabnya, batuk ini menghalangiku untuk mengucapkan sesuatu. Meraih tangan Gerald lalu meremasnya ketika ia sudah berjongkok dihadapanku.

"Tolong aku." Kataku tertatih-tatih.

"Obatmu! Dimana obatmu?" Tanya Gerald panik dan ia langsung beranjak dari posisinya yang tadinya berjongkok menjadi berdiri.

"Ge," Bahkan mengeluarkan sepatah kata pun aku mulai kesusahan.

Aku lemas, tubuhku kebas ketika mulutku mulai mengeluarkan darah segar tepat mengenai telapak tanganku. Apa ini adalah akhir dari hidupku?

Pandanganku buram dan sedetik kemudian gelap tanpa ada cahaya yang menerangiku.

"Carry!" Hanya suara terakhir itu yang berhasil ku tangkap.

Tuhan, bila ini adalah akhir dari hidupku, maka katakanlah bahwa Nick adalah cinta terakhirku.

Bila ini adalah akhir dari hidupku, maka beritahu aku... Kapan lagi aku akan bertemu dengan Nick kembali?

Bila ini adalah akhir dari hidupku, siapa yang akan menemaninya tidur kala sang matahari mulai menghilang menyisakan kegelapan dimalam yang sunyi?

Bila ini akhir dari hidupku, beri aku kesempatan untuk mengucapkan satu kalimat terakhir untuknya.

Bila ini akhir dari hidupku, siapakah gadis yang akan menggantikan posisiku dihati Nick?

__________________

TBC..

Jangan lupa vote + komen.

(Buy me) sejak kemarin sudah update. Kalau kalian mau baca silahkan dan jangan lupa komen + vote nya

You Are Mine Ms.NelsonWhere stories live. Discover now