Chapter 49

11.1K 589 48
                                    

Hari silih berganti, Nick masih dalam masa pemulihan, begitu pun denganku. Dua hari yang lalu, dia terlihat tidak begitu semangat, dia seperti orang hilang. Tidak ada cahaya sama sekali pada dirinya. Dia kosong, seolah dia hidup didunia ini tanpa ada gunanya sama sekali.

Aku sering menemuinya namun dia sama sekali enggan untuk meresponku, dia lebih memilih untuk memintaku pergi ketimbang memintaku tinggal. Sempat terbesit dipikiranku jika dia sudah tidak ingin bersamaku, tapi tidak. Dia tidak boleh seperti ini.

"Buka mulutmu." Dia melirik kearahku, mengalihkan pandangannya dari pemandangan luar.

"Tidak."

Menghelakan nafas panjang, pun aku langsung meletakkan mangkuk yang berisikan bubur diatas nakas dan lebih memilih untuk duduk disisi bangkarnya bersamanya, menyandarkan kepalaku dipundaknya dan menautkan jari-jariku dijari-jarinya. Dia tidak menolak.

"Apa yang ada dipikiranmu? Apa yang kau pikirkan?" Tanyaku sambil menatapi apa yang dia lihat.

"Apa yang kurang dariku? Kau tidak menyukaiku lagi?" Tanyaku lagi, lembut ketika dia tidak menjawab sama sekali apa yang aku tanyakan.

Bisa ku dengar helaan nafasnya yang cukup berat, "Aku cacat, kau tidak sepantasnya berada disini. Ini hukuman yang Tuhan berikan untukku.. Aku sering melukaimu, apakah aku masih pantas menjadi milikmu disaat aku sekarang sudah tidak mampu lagi menjagamu?" Tanyanya, terdengar frustasi dan ia menoleh kearahku, pun aku langsung menarik diriku darinya dan sedikit bergeser menyamping menghadap kearahnya.

"Secacat apapun itu, jika itu kau, aku akan tetap berada disini. Besamamu. Kau tahu bahwa aku tidak akan pergi darimu. Ku mohon, jangan seperti ini. Kembalilah ke dirimu yang dulu." Kataku.

Dia diam, cukup lama. Bibirnya terbuka sedikit dan beberapa detik kemudian terkatup lagi, mengurungkan niat untuk mengatakan sesuatu atau mumgkin dia enggan membalas ucapanku.

"Nick."

"Caroline, jangan pergi." Katanya kemudian menarikku kedalam pelukkannya, erat dan seolah dia benar-benar tidak ingin aku pergi darinya. Aku tersenyum dibalik punggungnya.

Dia menarik dirinya dariku, menatapiku cukup lama, "Berbaringlah." Katanya dan aku langsung mengerutkan keningku.

"Berbaring? Kau ingin-"

"Tidak, lakukan saja. Aku tidak mungkin mengajakmu bercinta dalam keadaan seperti ini." Katanya dan sialan itu membuat kedua pipiku terasa panas. Aku benar-benar malu, karena sempat berfikir kalau Nick akan melakukan sesuatu yang belum sewajarnya, mungkin.

Pun aku berbaring diatas bangkar miliknya dan dia melakukan hal yang sama, dia memelukku dengan posisi kita saling berhadapan.

"Kita akan terus seperti ini."

"Bagaimana dengan orang-orang yang nantinya menjengukmu?"

"Abaikan mereka, kau tidak seharusnya memikirkan itu disaat kita dalam keadaan yang tidak ingin diganggu oleh siapapun." Aku memerah lagi dan ia tersenyum padaku, sudut bibirnya berkedut menahan tawa tapi ia urungkan.

Pun aku semakin beringsut kearahnya dan mengeratkan pelukanku untuknya.

"Car, Aaron sudah tinggal dibalik jeruji, tempat yang seharusnya dia tinggali bersama kedua anak buahnya. Apa kita sudah aman?" Tanyanya dan aku mendongak kearahya.

"Mungkin, aku tidak tahu. Aku hanya bisa berharap dengan beradanya mereka dipenjara, semua masalah selesai. Mereka pantas mendapatkan itu semua." Kataku.

Nick tidak langsung menjawab ucapanku, dia menghelakan nafasnya berkali-kali.

"Ya, kau benar. Mereka pantas mendapatkan itu semua, kau aman bersamamu." Katanya, lalu mencium puncak kepalaku, cukup lama dan penuh cinta. Apakah momen seperti ini akan berakhir? Aku ingin seperti ini selamanya jika itu bisa, tanpa melepaskan pelukkanku darinya.

You Are Mine Ms.NelsonWhere stories live. Discover now