Chapter 43

7.8K 595 21
                                    

Dia terbangun, setelah sekian lama ia tertidur. Matanya membuka lebar. Menatapku untuk beberapa saat. Sebuah ukiran senyum muncul dikedua sudut bibirnya. "Nick."

Tuhan, betapa beruntungnya aku. Dia membuka matanya ketika aku berada disampingnya. Menatapnya dan menantikannya membuka matanya dan memperlihatkan bola matanya yang indah.

Aku mencium keningnya, cukup lama. Kemudian menatapnya, "Aku menunggumu." Kataku dan ia tersenyum, kemudian menarik tanganku dan mengeratkan genggamannya.

"Aku akan baik-baik saja dan aku akan selalu membuka mataku untukmu. Jangan khawatirkan aku." Katanya, seolah memberikan sebuah harapan untukku jika ia akan tetap bersamaku dan tidak meninggalkanku.

"Aku akan memanggil dokter." Kataku dan ia mengangguk.

___________

Aku kembali untuknya setelah dokter pergi dan mengatakan kalau kondisi Carolyn sudah dikatakan baik.

Ia tersenyum padaku, "Aku ingin memelukmu." Katanya dan aku mengangguk kemudian memeluknya.

"Kau tahu? Aku sangat merindukanmu." Katanya.

"Aku juga merindukanmu."

Aku melepaskan pelukanku darinya kemudian duduk disampingnyaa sambil menggenggam tangannya. "Nick, boleh aku meminta sesuatu padamu?" Tanyanya dan aku mengangguk padanya. Membiarkan ia mengatakan sesuatu padaku.

"Katakan."

"Aku ingin ke taman." Katanya dan aku langsung mengerutkan dahiku padanya.

"Ini sudah jam dua pagi, sayang.. Lagi pula dokter tidak mengizinkanmu untuk keluar dari kamar ini." Kataku memberitahunya.

"Ayolah, Nick.. Aku ingin menghabiskan waktu yang sudah terkuras cukup lama tanpa memberikan waktu senggang bersamamu."

Mau tidak mau aku mengangguk. Menuruti semua permintaannya.

Aku mengambil kursu roda yang ada disudut ruangan kemudian menggendongnya dan mendudukkannya diatas kursi roda.

Mendorong kursi roda tersebut untuk keluar dari kamar rawat Carolyn. Entah mengapa aku merasa ada yang sedikit mengganjal dihatiku. Tapi, dengan cepat aku langsung menepisnya. Semuanya akan baik-baik saja dan Carolyn sudah sadar. Ia baik-baik saja dan aku baik-baik saja.

Aku menghentikan kursi roda Carolyn ditaman yang sepi. Aku berjalan dan menggendongnya lalu mendudukannya diatas kursi taman.

"Nick." Aku menoleh menatapnya, akan tetapi pandangannya tidak terarah padaku, akan tetapi terarah pada bunga yang tidak mekar.

"Jika suatu saat nanti kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Apa yang akan kau lakukan?" Tanyanya dan aku terdiam menatapnya cukup lama. Menarik tangannya dan mencium punggung tangannya.

"Tuhan tahu jika aku adalah pria yang bajingan. Jikalau takdir memang tidak menginginkan kita untuk bersama, maka aku harus merelakanmu untuk yang lain. Karena, Tuhan lebih tahu mana yang terbaik untukmu, bukan mana yang terburuk untukmu. Aku merasa bahwa aku sangat buruk untuk, Car. Kau gadis yang baik, tidak ada gadis baik sepertimu ditakdirkan untuk pria bejat sepertiku." Kataku padanya dan menggelengkan kepalanya padaku. Tidak setuju dengan ucapanku.

"Tidak... Kau yang terbaik, kau merubah duniaku. Kau yang selama ini yang bisa menjagaku. Kau yang membuatku bahagia." Katanya.

"Aku menjagamu karena aku adalah sumber masalahmu.. Kau terkena bahaya karena aku ada bersamamu." Ia menggelengkan kepalanya. Kemudian mengeratkan genggamannya padaku.

"Aku tidak pernah berfikir seperti itu. Bagaimanapun, kau tetap yang terbaik untukku." Katanya lirih.

"Apa yang membuatmu bahagia bersamaku?"

Carolyn memejamkan matanya sejenak, menghirup udara segar untuk mengisi udara didalam paru-parunya. Aku menatapnya tanpa berkedip.

Ia membuka matanya, menatapku lalu mulai berbicara, "Aku tidak tahu tapi kau adalah segalanya untukku. Aku tidak memiliki alasan yang pas untuk ku katakan padamu mengenai mengapa aku bahagia bersamamu dan mengapa aku bisa mencintamu, semua itu muncul secara tiba-tiba dan disini aku hanya bisa merasakan. Aku tidak bisa menjelaskan padamu, aku hanya tahu bahwa kaulah yang Tuhan ciptakan untuk menjadi pendamping hidupku."

Aku diam sejenak. Mencerna setiap kata yang Carolyn katakan untukku.

"Dalvin tidak menyukaiku. Apa itu akan bisa menjamin kalau kita akan terus bersama?" Kataku.

"Kita berjuang bersama. Untuk semuanya, dad tidak akan melarang apapun yang akan menjadi kemauanku. Dia akan menyetujui hubungan kita." Katanya mencoba menyakinkanku.

"Baiklah, kita berjuang bersama." Kataku dan ia tersenyum padaku lalu memelukku erat. Dia akan tetap bersamaku, tidak akan ada yang berani mengambilnya dariku.

___________

"Ayo, pria keras kepala.. Kau harus sekolah dan jadilah pria yang pintar dan sukses." Kata Carolyn menyemangatiku, memaksaku untuk menuruti keinginannya sambil duduk diatas bangkar dan menepuk bahuku dua kali. Sungguh demi babi yang berkeliaran, aku sama sekali belum ingin meninggalkannya sendiri disini. Walaupun aku tahu bahwa Dalvin dan istrinya akan kemari jam delapan pagi nanti. Tapi, aku sama sekali tidak peduli.

"Sungguh, aku bisa menjagamu.. Lagi pula aku—"

"Tidak, Nick.. Kau sudah menghabiskan waktumu dengan sia-sia untuk menjagaku disini. Jadi, kau harus sekolah sekarang, aku tidak ingin Mrs.Els akan marah padamu karena kau terlambat hari ini." Katanya sambil menatapiku. Oh ayolah.

"Sia-sia kau bilang?" Tanyaku sambil menaikkan satu alisku keatas.

"E-hem.. Memang begitu, kan?" Tanyanya sambil tersenyum. Ku rasa ia sedang main-main denganku.

"Tidak. Aku tidak pernah berfikir kalau menjagamu itu akan menjadikan sebuah hal yang sia-sia. Kau tahu, bahwa aku sekolah hanya untuk kau, karena aku ingin menjagamu, melihatmu, dan bertemu denganmu." Kataku menjelaskan padanya dan ia langsung menghelakan nafasnya kearahku.

"Tidak hanya untukku, tapi untuk masa depanmu, Nick. Tunjukkan kepada orang tuamu yang sudah menyia-nyiakanmu, bahwa kau adalah pria yang sukses dan mampu menempuh hidup dengan baik. Tanpa mereka pun kau bisa." Katanya dan aku terdiam. Pikiranku berputar kembali mengingat mereka. Mereka yang menyakitiku.

"Nick, aku tahu kau bisa melakukannya. Sekolah lah dengan benar dan aku yakin kau akan menjadi pria yang sukses dan mampu menunjukkan kepada kedua orang tuamu bahwa kau adalah yang terbaik." Aku menghelakan nafasku berat. Ku rasa apa yang dikatakan Carolyn ada benarnya. Aku harus sekolah, akan ku tunjukkan kepada mereka bahwa aku bisa tanpa ada mereka disampingku.

"Baiklah, aku akan berangkat.." Aku beranjak dari dudukku. Mengusap puncak kepalanya dengan sayang.

"Jaga dirimu dengan baik, aku akan segera kembali. Secepatnya." Kataku padanya dan ia mengangguk padaku.

"Aku mencintaimu." Kataku.

"Aku juga mencintaimu

Aku mencium keningnya lalu meninggalkannya sendiri dikamar rawat inapnya.

____________

Jangan lupa vote + komentarnyaaa teman temaaan

You Are Mine Ms.NelsonDonde viven las historias. Descúbrelo ahora