Chapter 7

1.2K 140 40
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca, dan komen setelah membaca. Vote kalian sangat berarti bagi nuna. Dont be silent readers juseyo...







Happy Reading....













Sudah 7 minggu ini Ahra dan Soonyoung dekat. Entah bagaimana menjelaskan kedekatan mereka. Mereka saling mengerti satu sama lain, saling membutuhkan satu sama lain. Bisa dibilang Ahra yang lebih banyak membutuhkan Soonyoung untuk dirinya. Dia tidak tergantung pada Soonyoung, tapi ketika dia berada di dekat Soonyoung, semuanya terasa jauh lebih baik bagi Ahra, dan Soonyoung paham hal itu. Selain pada saat Ahra bekerja, dimana ada Ahra, pasti juga ada Soonyoung, seakan itu adalah sebuah keharusan bagi Ahra, tiada hari tanpa Soonyoung.

Dan seminggu terakhir ini Soonyoung sibuk latihan dance untuk mengikuti kompetisi, membuatnya tak bisa terlalu lama berada di dekat Ahra, dan itu membuat Ahra sebal setengah mati karena saat mereka bertemu, Soonyoung akan tertidur karena kelelahan. Dan saat Soonyoung terjaga, Ahra hanya bisa meneleponnya.

"Kau sudah selesai latihan Soonyoung-ah?? Mau kubawakan bekal untukmu??" ucap Ahra pada ponselnya.

"Kau sudah pulang kerja? Aku tak mau mengganggu waktu kerjamu Ahra-ya," jawab Soonyoung, suaranya terdengar letih.

"Tapi...tapi aku ingin bertemu denganmu Soonyoung-ah," suara Ahra memelas, sudah hampir menangis.

"Aigoooo...jangan menangis. Arraseo, nanti mampirlah setelah kau pulang bekerja. Aku juga rindu padamu Tuan Puteri," ucapan Soonyoung membuat wajah Ahra merona. Dia sangat malu ketika harus berkata 'rindu' pada Soonyoung. Dan selalu Soonyoung yang mengucap rindu lebih dulu padanya.

"Hmmm...kau mau kubawakan apa Soonyoung-ah? Seperti biasa?" suara Ahra sudah terdengar lebih ceria.

"Iya, seperti biasanya saja, kau tak perlu jauh-jauh membeli makanan untukku. Aku bisa makan apa saja. Aku lebih suka memakanmu, hehe," 

Pipi Ahra memanas, "Dasar Kwon pabo Soonyoung, kau ini memang benar-benar makhluk yang mesum, awas saja kau," balas Ahra, tak kuasa untuk tak memegangi pipinya.

Jisoo menghela napas panjang sambil menatap laptopnya. Tugas yang banyak dari Mr. Hyunbin pun tak membuat pikirannya teralih dari ocehan Ahra dengan Soonyoung di telepon. Obrolan seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Jisoo, untung hatinya kuat dan tegar. Melihat gadis yang disukainya sedang menjalin hubungan dengan namja lain, dan mendengar mereka mengobrol mesra di telepon setiap hari, itu sungguh--sangat--tidak mudah. Tapi itu tak membuat perhatian Jisoo ke Ahra berkurang, justru Jisoo lebih memperhatikan Ahra, walau banyak diabaikan oleh Ahra. Tapi Jisoo percaya bahwa suatu saat Ahra sadar akan perhatiannya.

 "Baiklah, aku akan kesana sejam lagi ne, anyyeong Soonyoung-ah," Ahra meletakkan ponselnya di meja dan menoleh pada Jisoo yang sedang mengetik.

"Jisoo-ya, apakah kau tahu dimana aku bisa membeli earphone dengan kualitas yang terbaik??" Ahra bertanya pada Jisoo yang sedang sibuk mengetik.

"Aku punya teman yang menjual barang-barang yang bagus. Mau kuberi alamatnya?"

"Tentu saja," Ahra tersenyum. Jisoo meraih sticky notes dan menuliskan sebuah alamat. Ketika mendongak, ternyata Ahra sudah berdiri di depannya dan sudah membawa tas'nya, membuat Jisoo kaget.

"Omo, kau mengagetkanku Ahra-ya," Jisoo mengelus dadanya pelan.

"Aigoo...mianhaeyo Jisoo-ya, Kau harus banyak olahraga jika jantungmu lemah. Gomawoyo," Ahra mengecup pipi Jisoo, lalu pergi sambil melambai-lambaikan sticky notes dari Jisoo sambil nyengir, membuat Jisoo menghela napas berat.

Will You Marry Me? [COMPLETED]Where stories live. Discover now