Last Chapter

1.2K 93 30
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca dan biasakan komen setelah membaca.
Don't be silent readers juseyo...












Happy Reading...
















Ahra membuka matanya perlahan. Dia memejamkan kembali kelopak matanya ketika sinar yang masuk ke matanya terlalu terang. Matanya mengerjap cepat dan memandang ke sekelilingnya ketika dia mulai terbiasa dengan cahaya sekitarnya. Dia mengangkat kedua tangannya dan melihat bekas lebam keunguan di sekujur tangannya. Lalu menatap ke arah kakinya dan menarik selimut yang menutupinya, lutut kirinya terbalut gips tebal dan seluruh betis kanannya diperban hingga mata kakinya. Ahra melanjutkan kegiatannya dengan meraba tulang selangka di atas dadanya dan merasakan nyeri.

Lalu ketika tangan Ahra sampai di perutnya, Ahra terdiam, napasnya tertahan, dia menatap ke arah perutnya hingga beberapa detik lamanya. Sekarang dia paham kenapa dia merasa ada yang aneh. Perutnya terasa datar dan kosong. Dia tahu betul terakhir kali dia meraba perutnya, ada gundukan bulat berisi makhluk kecil yang sedang menendang-nendang disana. Ketika mencoba mengingat kembali peristiwa sebelumnya, kepalanya berdenyut sakit, membuat air matanya meleleh dengan cepat dan pandangannya langsung kabur. Tapi Ahra tak peduli, dia tetap menangis tanpa henti, tangannya meremas perutnya yang sekarang kembali datar.

Seseorang masuk ke dalam ruangan itu, lalu segera berlari ke arah Ahra.

"Ahra-ya...apa yang kau lakukan?? Hentikan tangisanmu," suara Jeonghan panik, dia memencet tombol bantuan berkali kali lalu mengambil tisu dia atas nakas, mencoba mengeringkan air mata Ahra yang semakin membanjir.

"Oppa, dimana bayinya?? Kemana anakku? Dan kenapa Joshua tak ada disini?? Oppa, jawab aku!!" Ahra berteriak parau di sela tangisnya ketika menatap Jeonghan yang memandangnya dengan tatapan sayu.

"Berhentilah menangis Ahra, aku mohon. Aku janji akan menjawab semua pertanyaanmu kalau kau berhenti menangis, kau tak boleh banyak menangis karena air matamu akan membuat kornea matamu terganggu," Jeonghan memeluk Ahra, mengelus surai coklat adiknya.

Isak Ahra sedikit mereda, wajahnya masih sembab, dan terlihat terguncang, bahkan bahunya pun bergetar. Jeonghan perlahan melepaskan pelukannya, lalu duduk di pinggir ranjang Ahra. Tangan kirinya meraih tangan Ahra dan meremasnya, seakan mencoba memberi kekuatan. Jeonghan menarik napas dan menceritakan bahwa kecelakaan itu memang disengaja seseorang karena ada pihak yang tak suka oleh Yoon Hyunbin, ayah mereka. Pelaku utama atas kecelakaan disengaja itu sudah ditangkap dan tak lama lagi akan diadili. Mata Ahra yang menjadi buta karena benturan keras yang terjadi saat kecelakaan, juga bayi yang berhasil dikeluarkan dari rahim Ahra tapi tak berhasil selamat. Jeonghan pun sedikit tersenyum menguatkan Ahra saat dia berkata dia langsung mendapatkan donor kornea mata untuk Ahra.

Ahra mengejap pelan, berusaha mencerna semua kata-kata Jeonghan, wajahnya masih diselimuti mendung hitam. Dia tahu ada satu hal yang belum Jeonghan beritahukan padanya. Tentang Joshua, suaminya.

"Suster akan membantumu mengganti baju, kau sudah boleh pulang, kita akan bertemu Joshua setelah ini, berjanjilah padaku jangan menangis ne. Oppa tidak tahu lagi akan mencari donor kornea mata kemana lagi kalau kau merusakkan yang ini," Ahra mengangguk mendengar kata-kata Jeonghan.





*******






Jeonghan menghentikan mobilnya dan menekan klakson mobilnya dua kali, lalu muncul Mr. dan Mrs. Hong dari balik pintu sebuah rumah kecil. Dan mereka bergabung masuk ke dalam mobil Jeonghan. Jeonghan menjalankan mobilnya dan menuju ke pemakaman. Setelah sampai di parkiran, dia menghentikan mobilnya, dia bergegas menggendong Ahra dan meletakkannya di atas kursi roda. Jeonghan meraih buket bunga mawar putih yang sempat dibelinya tadi, dan meletakkannya di pangkuan Ahra. Lalu dia mendorong kursi roda Ahra perlahan, menyusuri jejeran makam-makam.

Will You Marry Me? [COMPLETED]Where stories live. Discover now