- 4 -

289 17 0
                                    

Pembagian rapor tinggal tiga hari lagi. Mami sudah mendesakku untuk segera menyusun koper. Dengan ogah-ogahan aku membereskan semua pakaian yang akan ku bawa ke Jogja. Kemarin saat pulang sekolah, bukannya menyusun koper aku malah tidur, habisnya aku kesal dengan Rafif.

Semua koper keluargaku sudah siap, tinggal koperku saja yang belum. Jujur saja aku malas menyusunnya karena waktu itu papi sudah berjanji untuk pergi ke Eropa. Coba saja kami sekeluarga liburan ke Eropa, pasti seru, aku bisa bermain salju di bawah Menara Eiffel, wuh!

Nah, kalau kami sekeluarga pergi ke Jogja, biasanya papi dan mami memutuskan untuk menginap di rumah eyang atau di rumah Om Jonny, adik ibuku. Kalau menginap di rumah Om Jonny aku selalu merasa deg-degan karena di sana ada anaknya yang super ganteng yang selalu ku puja-puja walaupun dia saudaraku sendiri. Ello.

Mas Ello adalah mahasiswa jurusan teknik mesin semester lima Universitas Gadjah Mada. Dia keren, bajunya selalu berantakan dan dia selalu nyisir rambutnya asal-asalan. Dengan penampilan seperti itu dia malah semakin terlihat ganteng.

Bila papi mami tahu kalau aku suka dengan Mas Ello, mereka pasti akan memarahiku habis-habisan, secara Mas Ello itu saudaraku. Sudah sangat pasti cinta terlarang. Bila aku bertemu Mas Ello, aku selalu menghindar dari tatapan matanya. Sedetik saja aku tahu kalau dia sedang melihatku, aku bisa tidak tidur semalaman. Kalaupun kami berbicara, mataku selalu melihat ke arah lain, hal ini ku lakukan demi menyelamatkan debaran jantungku.

Di sisi lain, Mas Ello selalu bersifat sembarangan dan blak-blakkan. Kalau bertemu denganku, dia suka memelukku tiba-tiba dari belakang, dia tak tahu kalau jantungku hampir lepas. Mas Ello juga suka mengorek upilnya dan membuangnya sembarangan di atas meja. Waktu kecil, Om Jonny pernah memukul Mas Ello sampai dia berteriak kesakitan karena membuang upil sembarangan di sofa. Menjijikkan! Tapi dia tetap ganteng.

Dan tadi pagi mami bilang kalau selama libur, kami sekeluarga akan menginap di rumah Mas Ello. Aku khawatir bila Mas Ello bertambah ganteng. Aku bersumpah tidak akan keluar kamar untuk melihatnya.

Sebenarnya papi ingin menyewa hotel untuk kami sekeluarga, tetapi Om Jonny melarang. Beliau bilang untuk apa menyewa hotel kalau ada keluarga di Jogja. Haduh bagaimana ini? Aku benar-benar takut bertemu Mas Ello.

Selain mencium dan memelukku secara tiba-tiba, terkadang Mas Ello juga sering mendekat-dekatkan wajahnya pada wajahku sambil tertawa-tawa. Aku jadi takut betulan nih, karena aku suka sekali dengannya. Haaaaaaa!! Kalau dibandingkan dengan Rafif, ya jelas lebih ganteng Mas Ello.

"Adrelaa... sudah selesai belum nyusun kopernya? Kalau sudah taruh di ruang tamu." Mami berteriak dari ruang TV.

"Bentar lagi mi."

Aku segera menumpuk pakaian dalamku dibagian atas. Semakin beranjak remaja, semakin banyak keperluan yang ku bawa. Lain halnya dengan papi, beliau adalah manusia paling simpel di dunia. Papi asal minta saja perlengkapan mandi dengan mami tanpa repot membawanya. Sedangkan aku harus membawa lulur, handbody, deodorant, lipstick, bedak, dan masih banyak lagi yang sebenarnya tak ingin ku bawa.

Setelah selesai menyusun semua pakaian dan perlengkapan, aku langsung menendang koperku ke ruang tamu. Untung saja mami tidak melihat hal ini. Kalau sampai mami melihatnya, aku bisa dicekik.

Setelah menyusun koper, aku langsung kembali masuk ke kamar. Lebih baik aku berdoa sekarang, supaya nilai raporku bagus dan mami berteriak bangga melihatnya.

***

IZINKAN AKU MEMILIH [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now