- 5 -

337 14 3
                                    

Hari pengambilan rapor tiba. Setelah menunggu panggilan urut absen yang lumayan lama, akhirnya giliran mami yang maju menghadap Pak Thomas, wali kelasku. Aku mendapat rangking enam dari empat puluh lima siswa. Dulu sewaktu SMP, aku selalu mendapat rangking tiga besar. Mami bangga sekali padaku. Entah mengapa saat ini semangat belajarku malah menurun, walau begitu mami tetap bangga padauk dan beliau bilang bahwa aku sudah cukup hebat masuk sepuluh besar di kelas IPA. Semoga tahun depan aku bisa lebih baik dari tahun ini.

"Adrela, itu sudah bagus." mami menepuk punggungku. "Kamu nggak usah terlalu ambisius ngejar rangking yang lebih tinggi. Mami sama papi tau kalau kelas IPA itu sulit dan kamu berhasil masuk dalam sepuluh besar itu sudah luar biasa." Kata mami mencoba membesarkan hatiku.

"Iya mi." Walaupun ada beberapa mata pelajaran yang remidial, akhirnya aku bisa rangking enam. Bagaimanapun aku tetap harus bersyukur.

***

Sehari setelah pengambilan rapor, kami sekeluarga langsung berangkat ke Jogja. Ini sudah agenda tahunan, merayakan libur akhir tahun disana. Tak ada yang spesial, hanya kumpul keluarga dan kumpul di Titik Nol Jogja melihat pesta kembang api dan lautan manusia tak bertepi di malam tahun baru. Melihat banyaknya manusia seperti ini, kelihatannya program KB belum berhasil. Aku harus berdesak-desakkan.

Tahun lalu adalah malam tahun baru paling menyedihkan yang pernah ku alami. Aku merayakan malam tahun baru bertiga bersama Mas Ello dan pacar Mas Ello yang bernama Karti di Jalan Malioboro. Huhuhuhu, aku harus melihat mereka berdua bergandengan tangan dan meniup terompet bersama. Karti berhidung pesek, berkacamata, dan giginya dikawat. Aku sampai heran, apanya yang bisa membuat Mas Ello jatuh cinta? Karti jelas senang bisa jadi pacar Mas Ello, secara Mas Ello itu ganteng.

Nama lengkapnya Sukarti, dia adalah gadis lugu dari Magelang yang mengeyam pendidikan di Yogyakarta. Karti mahasiswi semester tiga jurusan perikanan. Sebenarnya kalau di lihat-lihat, dia juga mirip dengan ikan. Dia tak pernah ramah padaku, dia sering menyunggingkan senyum sinis saat memandangku. Aku heran bukan main, hal apa yang membuatnya bersikap seperti itu?

Aku pernah melaporkan hal ini pada Mas Ello dan dia bilang kalau Karti itu aneh. Lalu kenapa Mas Ello mau pacaran dengan dia? Dasar mereka berdua itu sama-sama aneh. Hubungan Karti dan Mas Ello hanya berlangsung selama tiga minggu. Mas Ello yang minta putus duluan, entah karena apa, mungkin karena Karti aneh atau wajahnya semakin lama semakin mirip ikan. Entahlah.

Dan sekarang aku harus menempuh jalan darat selama dua hari bersama keluargaku. Awalnya papi menawarkan untuk naik pesawat, tetapi aku dan Vania tidak mau. Kami tidak bisa jalan-jalan seenaknya tanpa membawa mobil di Jogja. Meminjam mobil saudara itu sangat tidak enak, lebih baik naik mobil sendiri walaupun capek.

Perjalanan darat begitu menyenangkan walau bagasi mobil penuh dengan koper dan oleh-oleh. Setiap kami ingin buang air kecil, ayah menepikan mobil di SPBU dan ibu membawa banyak uang receh untuk membayar uang toilet. Kami sering berhenti di Indomaret untuk membeli banyak cemilan. Pokoknya aku dan Vania tak pernah kelaparan sepanjang perjalanan.

Kami melewati jalan Lintas Timur Sumatera yang masih penuh dengan hutan dan ladang. Provinsi Lampung terasa sangat panjang saat kami melaluinya, butuh waktu lebih dari setengah hari untuk menempuh dari awal Provinsi Lampung sampai ke Pelabuhan Bakauheni.

Kami sampai di Pelabuhan Bakauheni jam enam sore. Aku bisa melihat indahnya Menara Siger dan matahari tenggelam di Selat Sunda. Walau kami sekeluarga harus mengantri selama setengah jam untuk masuk kapal, tak masalah selama banyak makanan di mobil. Setelah masuk kapal, papi langsung mengajak kami ke ruang tunggu AC. Mami membawa bantal agar papi bisa tidur di sana. Lain halnya dengan aku dan Vania yang heboh membawa banyak snack agar bisa makan di sana.

IZINKAN AKU MEMILIH [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now