Deo Ardano Kenneth Dimitra

51.3K 2.2K 15
                                    

"Selamat siang pak"

Seluruh pegawai di gedung megah perusahaan Luzuar menunduk. Mereka menyambut kedatangan pria tampan nan dingin yang penuh dengan wibawa tapi, menakutkan disaat yang sama. Pria itu melangkah dengan pasti ke ruangan Direktur di lantai 20. Langkahnya seolah tak terhenti. Hanya bunyi sepatu yang beradu dengan lantai marmer yang menjadi pengantar dirinya ke ruangan sang direktur utama

"Welcome home" ujar sang direktur saat dia menampakan diri disana

"Gak usah basa-basi. Buat apa papi manggil aku kesini?" Tanya pria itu singkat. Dia duduk di sofa milik sang Direktur

Matanya menyelidik mengitari ruangan itu dan terhenti pada foto wanita cantik yang kini sudah tidak bisa lagi mereka temui. Allecia Kenneth Dimitra. Istri sang Direktur, Alvaro Kenneth Dimitra

"Ardan. Berhentilah bertingkah dingin begitu. Lagi pula, kita harus menunggu kedua adik kembarmu dan juga princess"

Pria itu mengangguk saja. Dialah Deo Ardano Kenneth Dimitra putra sulung keluarga Dimitra. Dia baru saja kembali dari USA beberapa hari yang lalu dan memilih tinggal di apartemen ibunya. Ardano memiliki perusahaannya sendiri, di usianya yang baru menginjak 29 tahun, Ardano tergolong sebagai pria sukses dan mapan. Ardano memiliki perusahaan penyedia jasa keamanan atau lebih sering disebut bodyguards

Berterima kasihlah pada otaknya yang cukup cerdas dan brilliant, sehingga dirinya bisa membangun perusahaan sebesar itu dari nol. Kepandaiannya terbukti dengan banyaknya tawaran untuk bekerja pada CIA dan jajarannya dari berbagai negara. Bahkan dirinya pernah ditawari pekerjaan pasukan pengamanan presiden. Dan tentu saja dia tolak.

"Terserah papi saja"

Alvaro menatap putra sulungnya dengan senyum tipis di bibirnya

"Tidur dulu sana. Sepertinya adik-adikmu masih lama datangnya"

Ardano mengangguk dan berjalan ke ruangan kecil di kantor sang ayah dan masuk ke dalam sana. Ruang istirahat rahasia. Ayahnya membangun ruangan itu dan menyamarkannya dengan lemari pajangan. Ardano membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai memejamkan matanya

"Kamu lihat sayang? Anak kita sudah besar sekarang" ujar Alvaro pada foto istrinya

"Aku masih merindukan kamu sayang" ujar Alvaro

Ardano belum sepenuhnya tidur saat sang ayah berbicara seperti itu. Dia masih mendengar ucapan sang ayah. Ardano tersenyum kecil. Dia menatap langit-langit kamar itu dan mengingat masa dimana sang ibu masih bersama mereka

"Mami... Lihat-lihat" teriak Ardano girang

"Ada apa sayang?"

"Ardan menang lagi mi... Ardan juara satu"

"Oh ya? Coba mami lihat sini"

Allecia melihat lembaran kertar bukti anak sulungnya menang lomba memasukan bola ke dalam keranjang. Sejenis permainan basket untuk anak taman kanak-kanak. Meski baru berumur lima tahun Ardano memang sudah sangat sering memenangkan lomba

Tak lama datang dua anak laki-laki yang berperawakan sama dengan Ardano. Kedua adik kembar Ardano. Armano dan Arseno

"Mami... Arman menang juara dua" ujar Armano senang

"Lalu, Arsen juara berapa sayang?"

"Tiga mi..." Ujar Arsen

Allecia menatap sayang ketiga putranya. Dia memeluk ketiga putranya dan mencium dahi mereka bertiga satu per satu

"Anak-anak mami hebat-hebat. Ayo kita simpan ini dan kita tujukan pada papi nanti"

"Oke..."

Allecia mengajak ketiga anaknnya menuju ke kamar mereka dan menyimpan piagam itu di dalam album.

"Ayo, ganti baju dulu. Mami akan siapkan camilan untuk kalian"

"Mi, Ardan mau cookie"

"Jangan mi, Pizza aja..."

Allecia terkekeh melihat kedua putranya berebut mengidekan camilan mereka. Allecia menoleh pada Arseno dan mengusap puncak kepala anak itu

"Arsen mau apa sayang?" Tanya Allecia

"Gak ada mi. Arsen kan gak boleh makan camilan sembarangan..." Ujar Arseno dengan wajah sendu

Seketika perdebatan Ardano dan Armano berhenti

"Mami..." Ujar mereka berdua membuat Allecia dan Arseno kaget

"Apa sayang?"

"Buat jus saja mi..." Ujar Ardano

"Susu saja" usul Armano

Allecia terkekeh

"Smoothies?" Tawar Allecia dan ketiga anaknya langsung senyum sumringah

"Oke. Mami akan buatkan. Jeruk untuk Ardan, mangga untuk Arman, dan stroberi untuk Arsen"

"Thank you mami" ketiga anak itu berseru dan segera bubar ke lemari masing-masing untuk mengambil baju ganti

"Ardan kangen mami"

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang