Jangan Terluka Lagi!

17.4K 958 29
                                    

"Jangan mengingatnya, kak!" Ujar Alvaro.

Alvaro menenangkan putra sulungnya sampai Arsen tiba dan langsung menyuntikkan obat penenang untuk kakaknya, mengingat dia membawa peralatan medis dan beberapa obat di dalam tas miliknya.

"Kenapa kakak bisa seperti ini? Dan siapa mereka semua?" Tanya Arsen.

Arsen sedikit mengernyit saat melihat sorot mata Maura sedikit berubah.

"Mereka mendatangi kami tanpa diundang. Melukai Ardan dengan senjata mereka dan kalian terlalu lama untuk sampai kesini," ujar Maura dengan nada kesal yang sangat terdengar.

"Maafkan aku, Maura. Aku baru selesai mengoperasi Nabilla," ujar Arsen.

Maura hanya diam saja.

"Biarkan aku mengobati kak Ardan," ujar Arsen.

Arsen membantu Maura membaringkan Ardan untuk sementara di lantai dengan kepala Ardan berada di pangkuan Alvaro. Arsen langsung membuka dengan cepat kemeja kakaknya dan tangannya terhenti saat melihat bekas luka di leher kanan Ardan. Tanpa sadar, Arsen mengusap bekas luka itu. Arsen meneguk ludahnya kasar. Rasa bersalah kembali muncul di benaknya. Penyebab dari bekas luka itu adalah dirinya, Arman dan sang ayah. Mereka melukai Ardan secara psikis dan membuat Ardan melakukan hal itu. Sampai saat ini bekas itu selalu ada disana. Hanya tertutup oleh kerah kemeja dan kaus polo milik sang kakak.

"Kak Arsen!" Maura menepuk pundak Arsen membuat Arsen tersentak.

"Simpan dulu rasa bersalahmu untuk nanti. Cepat obati Ardan!" Ujar Maura meminta.

Arsen mengangguk. Dia mensterilkan luka tusukan di bahu Ardan. Dia memastikan tidak ada indikasi racun di luka itu. Setelahnya, Arsen menjahit luka itu dan menutup luka itu dengan perban dan plester. Begitu pula luka di lengan Ardan. Luka itu dibersihkan dan dibubuhi obat luka oleh Arsen. Setelah semua luka Ardan dia obati, Arsen kembali menanyakan hal yang membuat kakaknya meringis kesakitan.

"Kenapa kakak bisa seperti tadi, pi?"

Alvaro terdiam. Tatapan matanya menatap tajam ke arah wanita yang kini berada di bawah penjagaan Jim. Sementara para pria yang lain dibekuk dan dilumpuhkan oleh anak buah Ardan.

"Pi?" Arsen kembali bertanya.

"Wanita itu mengatakan dia hendak membunuh kami sebagai balasan atas perbuatan Ardan yang membunuh Carrel dan perbuatan papi," ujar Maura.

"Perbuatan papi? Apa yang pernah papi lakukan memangnya?"

Alvaro yang menjadikan pahanya sebagai bantal untuk kepala Ardan itu, kini tangannya tengah mengusap rambut Ardan dengan perlahan.

"Kamu masih ingat Natasha Leighton, Arsen?" Tanya Alvaro.

Arsen mengerutkan keningnya sejenak. Mencoba mengingat sesuatu.

"Ah! Yang mengaku-ngaku calon istri papi sewaktu kami kelas dua SD?"

Alvaro mengangguk. "Dia adalah adiknya Natasha,"

"Apa?"

"Wanita itu, dia Naira Leighton. Adik kandung Natasha Leighton,"

"Pantas Ardan tidak bisa mengingatnya," ujar Maura.

"Apa yang papi lakukan sampai dia mengincar kakak dan Maura?"

"Kamu masih ingat polisi pernah datang ke rumah kita sebelum kita berlibur ke Bali?"

Arsen mengangguk lagi. "Mereka membawa papi,"

"Iya. Saat itu mereka bertanya tentang Natasha Leighton yang menghilang tiba-tiba tanpa jejak,"

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang