Cepat Jawab!!! 😤

26.9K 1.3K 18
                                    

"Deo sayang!!!"

Suara itu membuat Ardan dan Maura menoleh ke arah pintu. Belum sempat Ardan membuka suara, sosok di ujung pintu itu sudah menempelkan dadanya ke kepala Ardano, mengingat posisi Ardano sudah kembali terduduk di kursi tadi.

"Apa dia adikmu?" Tanya perempuan itu.

Maura mengernyitkan keningnya saat melihat perempuan yang bertubuh bak model top dunia di depannya. Perempuan itu dengan santainya memeluk Ardano. Dan parahnya lagi, Ardano tidak berucap apapun meski perempuan itu memeluknya manja.

"Hai, aku Barbara Kellen, salam kenal." Ujar perempuan itu.

Maura mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Kamu tahu? Kakakmu ini sangat setia. Dia melamarku 4 tahun lalu, dan masih menungguku sampai sekarang."

Mata Maura terbuka lebar. Wajahnya memias. Baru saja dia mendengar perempuan itu mengatakan Ardano melamarnya. Padahal, beberapa jam sebelumnya Ardano mengatakan bahwa pria itu mencintainya.

"Maura..."

Maura melihat ke arah Ardano. Dia memaksakan tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Barbara.

"Selamat. Selamat karena kalian pernah bertunangan." Ujar Maura.

Barbara menyambut tangan itu dengan raut bingung sementara Ardano memandang ke arah Maura dengan khawatir.

"Terima kasih. Tapi, apa maksudmu dengan pernah bertunangan?"

Maura melemparkan tatapannya pada Ardano. Dia berharap pria itu menjelaskan semuanya dan dia bisa memutuskan apakah dia harus egois untuk mempertahankan Ardano atau dia harus melepaskannya. Dan jika Ardano mengiyakan apa yang diucapkan perempuan di depannya ini, maka hasilnya adalah hati Maura remuk menjadi pecahan-pecahan kecil.

"Barbara, hubungan kita sudah selesai sebenarnya." Ujar Ardano saat dia tahu arti tatapan Maura padanya. Ardano melepaskan tangan Barbara dari lehernya.

"Apa?"

"Hubungan kita sudah selesai. Tidak ada hubungan apapun lagi diantara kita."

"Bagaimana bisa? Kamu kenapa bersikap begitu?"

"Tanyakan pada dirimu sendiri. Kenapa kamu meninggalkan aku disaat aku baru melamarmu?"

Mata Barbara menatap Ardano dengan tidak percaya. Bahkan Maura pun sama terkejutnya.

"Kamu menungguku. Selama empat tahun ini kamu menungguku, iya kan?" Ujar Barbara sambil berusaha memeluk Ardano kembali.

Ardano berdiri dan membuat Barbara memeluk angin. Ardano memasukan sebelah tangannya ke dalam saku celananya.

"Menunggumu? Untuk apa?"

Mata abu milik Barbara membulat kaget. Dia menatap Ardano dengan raut wajah yang tidak bisa dia duga.

"Dengar Barbara. Aku tidak akan menunggumu. Lagi pula, kau tidak memintaku menunggumu. Kau hanya pergi begitu saja saat itu."

"Sayang, kamu tahu kan? Pekerjaanku sebagai model tidak bisa ditinggalkan."

"Terserah pada apapun alasanmu Barbara. Tapi, ingat satu hal. Hari dimana kau meninggalkan apartmentku dan diriku tanpa perkataan apapun, hari itu juga aku anggap hubungan kita berakhir. Lagi pula, aku sudah menemukan gadis yang lebih baik darimu."

"Apa?"

"Dan kau sudah berkenalan dengannya."

Ardano bergeser dan duduk di tepi ranjang Maura. Dia mengeluarkan tangannya dari saku celananya dan merangkul Maura dengan tangannya.

"Dia gadisku, calon istriku."

Mata Barbara berkilat marah. Dia menatap tajam ke arah Maura.

"Dasar jalang!" Umpat Barbara.

Dia berusaha mendekati Maura untuk menjambak rambut milik Maura tapi, tangan Ardan dengan cepat menepisnya. Ardan memeluk Maura dan melindungi gadisnya.

"Jangan berani menyentuhnya!" Ancam Ardan.

"Apa tadi kau yang bilang pada gadisku? Jalang? Maaf saja, tapi, berkacalah dulu sebelum kau menghardik seseorang. Tidakkah kau yang bersikap seperti jalang?"

"Deo!"

"Kau melempar dirimu padaku saat tahu perusahaan ayahku berkembang di Asia dan sedang merambah ke Eropa. Kau mau menghangatkan ranjangku hanya demi pakaian dan tas branded yang aku berikan untukmu. Kalau bukan jalang lalu, apa itu namanya?"

"Deo! Kau melamarku!"

"Ya, dan itu kesalahan terbesarku."

"Aku memiliki anak darimu!"

Mata Maura melebar kaget. Maura menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya menegang saat mendengar ucapan dai bibir Barbara. Rangkulan Ardano semakin kuat di bahunya.

"Dan kau pikir aku percaya kalau anak itu anakku?"

Maura tidak suka berada di posisi ini. Dia tidak suka menjadi orang ketiga dan perusak hubungan kedua orang di depannya.

"Anak itu bukan anakku. Perlu aku beritahu siapa ayahnya padamu?"

"Deo! Itu anakmu!"

Ardano menghela napasnya berat. Dia menoleh pada Maura.

"Kamu percaya padaku, kan sayang?" Tanya Ardano.

Maura mendongakan kepalanya dan menatap mata cokelat milik Ardano. Dia melihat ketulusan dan harapan disana.

"Kalau kamu memang punya buktinya. Aku percaya padamu." Ujar Maura  akhirnya.

Ardano tersenyum dia mengecup pelipis Maura dengan sayang.

"Kamu mau pulang?" Tawar Ardano dan Maura mengangguk.

"Okey, kita pulang. Sekarang."

Ardano tidak menghiraukan Barbara. Dia memanggil suster melalui tombol darurat. Dia mengatakan pada suster untuk melepaskan infus di tangan Maura. Lalu, dia menggendong Maura dengan sangat hati-hati.

"Bersandarlah kalau kamu masih pusing."

"Katamu dia wanita yang baik? Kenapa dia mengalami pusing? Dia hamil?" Cibir Barbara.

Ardano akan melemparkan kemarahannya tapi, Maura malah mengusap leher Ardano yang dia jadikan pegangan. Maura mengangkat sedikit kepalanya dan menatap Barbara.

"Belum. Tapi, kalaupun iya, itu akan menjadi anak kami. Anakku dan Ardano. Dia akan menjadi cucu sah dalam keluarga Dimitra." Ujar Maura membuat Ardano tersenyum padanya.

"Kita menikah secepatnya, sayang."

"Hn. Tentu saja."

Jawaban yang diberikan Maura membuat Ardan tersenyum bahagia. Mengurus pernikahan? Secepatnya? Oh... tenang saja, Ardano bahkan bisa menyelesaikannya dalam semalam.

.........

"Siapa gadis tadi?" Tanya Maura saat mereka berada di dalam mobil.

"Sayang..."

"Jelaskan atau aku pulang sendiri dan jangan menemuiku lagi!"

Ardano terenyuh ketika mendengar nada datar dan tidak bersahabat dari gadisnya. Dia menoleh dan melihat Maura tengah melihat datar ke arahnya.

"Jelaskan Ardan!"

Ardano meneguk ludahnya kasar. Dia baru tahu kalau ternyata gadis di sebelahnya bisa membentak dengan sangat keras dan memasang wajah dingin seperti itu.

"Cepat jawab ARDANO!!"

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang