Still Miss Her

37K 1.8K 14
                                    

Ardan membaringkan Alesha di ranjang anak itu sesampainya mereka di rumah mereka. Baik Ardan,  Arman, maupun Arsen tidak ada yang beranjak dari sana. Ardan membatalkan janji temunya, Arman memindahkan semua rapat hari ini, sedangkan Arsen meminta tolong agar rekannya bisa menggantikan dia dalam operasi hari ini

"Mereka mau diapain kak?" tanya Arsen memecah keheningan di kamar itu

Ardan menoleh menatap adik kembarnya lalu, kembali menatap Alesha yang masih terpejam karena kelelahan menangis tadi

"Tanya sama papi. Kalau turutin maunya gue udah pasti mereka tinggal nama. Tapi papi? Kita selalu tahu papi punya pemikiran sendiri" ujar Ardan

Arman dan Arsen mengangguk. Mereka berdua kembali menatap adik bungsu mereka. Arsen duduk di sofa kecil di kamar sang adik, dia melepaskan kemejanya dan hanya mengenakan kaus polos berwarna biru. Arman melepas dasinya dan menggulung lengan kemejanya sampai batas siku, dia memilih duduk di sisi ranjang Alesha yang kosong. Ardan duduk di lantai tepat di sebelah Alesha, lengan kemejanya sudah dia gulung sebatas siku, dan dua kancing teratas kemejanya juga sudah dia lepaskan. Natasha? Dia sudah kembali ke kantor cabang untuk mengerjakan pekerjaannya

"Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Ardan

"Sesaat setelah kakak pergi anak laki-laki itu mendekati Alesha. Dia pikir Alesha adalah perempuan yang seperti teman-teman perempuan Alesha di sekolah..." ujar Arman

"Yang seperti teman-teman perempuan Alesha? Maksudnya?" tanya Ardan

"Anak perempuan di sekolah Alesha terkenal banyak yang menjadi simpanan om-om kaya raya. Meski mereka sendiri hidup mewah dan dari keluarga kaya raya, mereka suka menjajakan diri pada orang uang lebih tua dan mapan... Atau pada teman sebaya mereka yang paling kaya" ujar Arsen

Ardan tercengang mendengarnya. Dia tidak menyangka sekolah internasional dengan standar setara Cambridge itu bisa memiliki murid yang seperti itu

"Jadi, mereka pikir Alesha itu... Ekhem... Having affair with you" ujar Arman setelah berdeham kecil tadi

"Not just him. Us..." ujar Arsen meralat ucapan Arman

"Alesha menamparnya karena ucapannya itu tapi, anak itu malah menyiram Alesha dengan air dingin disana. Dan berteriak kalau Alesha itu..." ucapan Arsen menggantung

"Alesha apa?" tanya Ardan

Arsen ragu harus melanjutkan atau tidak. Dia memang marah pada anak-anak itu tapi, dia yakin kakak tertuanya ini akan memenggal kepala anak itu dengan senang hati, tanpa keraguan ketika dia memberitahu semuanya pada kakaknya

"Alesha apa?" tanya Ardan lagi

Arsen berdeham sebentar. "Mereka bilang Alesha bispak"

"Sialan!!" umpat Ardan kesal

Kakak mana yang tidak kesal ketika adik mereka yang sangat terhormat disebut bispak alias bisa pakai? Adiknya disamakan dengan jalang yang menjajakan diri! Jelas saja Ardano mengumpat dengan keras

Arman menutup matanya, kepalanya dia sandarkan ke dinding. Arsen pun sama, dia menyandarkan kepalanya di sofa dan memejamkan matanya

Ardan masih duduk di lantai. Tangannya menggenggam tangan kiri adiknya dengan erat. Perlahan tapi pasti ketiga pria tampan itu terlelap

.......

Kening Alesha berkerut dan tak lama dia terbangun dari tidurnya. Alesha mengerjapkan matanya dan melihat salah satu kakaknya terlelap di sofa yang berseberangan dengan tempat tidurnya. Alesha ingin mengusap matanya tapi, dia baru sadar tangannya tergenggam erat oleh tangan besar seseorang. Alesha menunduk dan melihat pria berbaju hitam tengah terlelap di sisi ranjangnya dengan kepala ada di ranjang sementara badannya terduduk di lantai

"Kak Ardan..." panggil Alesha lirih

Alesha menoleh ke sebelah kirinya dan melihat satu lagi kakaknya terlelap di sisinya dengan posisi duduk di atas ranjang dan punggung yang bersandar pada kepala ranjang. Alesha tersenyum saat melihat ketiga kakaknya ada di kamarnya untuk menemani dia

"Terima kasih kakak..." gumam Alesha

Alesha melanjutkan lagi tidurnya. Tak lama berselang, pintu kamar itu terbuka dan menampakan sosok pria dewasa yang masih tetap tampan walau beberapa keriput sudah mulai muncul di wajahnya. Pria itu tersenyum saat melihat anak gadisnya sudah seperti seorang putri tidur dengan tiga pengawal setia di sekitarnya

"Ya sudah lah. Nanti saja aku tanya pada mereka..." gumam Alvaro

Alvaro menutup pintu kamar itu dan berjalan ke kamarnya. Dia memang mendengar kabar putranya menghajar siswa di sekolah Alesha. Alvaro bermaksud meminta penjelasan anak-anaknya. Tapi, melihat keempat anak itu terlelap dengan pulas membuat dia mengurungkan niatnya sejenak

"Ketiga anak kita menepati janjinya padamu sayang... Kamu tenang saja, kami semua sangat menyayangi Alesha..." ucap Alvaro sambil mengusap salah satu foto istrinya yang terpajang di rumah itu

"Aku masih merindukanmu sayang... Kenapa kamu pergi? Kamu sudah janji padaku dulu... Kenapa mengingkarinya?"

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang