Sudah Cukup!

24.3K 1.2K 36
                                    

Note:

Guys ini aku ikut saran klian y. Ini aku lanjut dulu, mudah2an feelnya dpt. Seenggaknya besok mudh2an udh grget nie ceritanya... btw keknya hari ini double up deh... aku gemes juga liat cerita ini...😂

Udh itu dulu...

Selamat baca guys

.........

Maura memeluk Ardan erat. Menghirup dalam-dalam wangi Ardan untuk dia simpan di dalam memorinya. Maura tersenyum. Dia mengusap pipi dan rahang Ardan.

"Kita buat kesepakatan dulu, okey?" Ujar Maura pada Ardan.

"Kesepakatan apa?"

"Kesepakatan kamu tidak akan mencariku..."

"Sayang..."

Maura melirik Amanda sebelum kembali menatap mata cokelat milik Ardan.

"Ada orang lain yang harus kamu bahagiakan, Ardan. Buat dia bahagia dan lindungi dia,"

Maura berjinjit untuk mengecup pipi Ardan

"Selamat tinggal,"

Ardan menahan tangan Maura dan menggenggamnya erat.

"Ardan..."

"Aku tidak mau! Pokoknya kamu tidak boleh pergi dari sini!"

"Ardan, Amanda itu lebih penting. Dia sepupumu, kan?"

Ardan menggeleng keras. "Kamu lebih penting. Maura... jangan pergi!" Ardan memohon.

Maura menggeleng kecil dan berusaha melepaskan tangan Ardan dari lengannya. Susah payah Maura melepaskannya dan akhirnya pegangan tangan Ardan berhasil terlepas. Maura melangkah menuju pintu.

"Sekali kamu keluar dari pintu itu tanpa aku, maka kamu tidak akan pernah melihat atau mendengar kabar tentangku lagi!" Ancam Ardan.

Kaki Maura berhenti di depan pintu.

"Aku serius Maura. Aku sudah bilang jika kau pergi aku akan melakukan hal yang lebih gila dan tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya! Aku serius!"

Maura membalikan badannya. "Kamu tidak akan melakukannya..." gumam Maura ragu dengan ucapannya sendiri.

"Try me! Silahkan pergi tapi, kau akan mendapat kabar aku tidak ada lagi dimana pun!"

Maura tidak mengindahkan ucapan Ardan. Dia melangkah keluar dari ruangan kantor Ardan. Ardan menatap Amanda dan pamannya.

"Silahkan keluar kalau kalian tidak punya kepentingan lain lagi," ujar Ardan.

"Ardan," panggil Amanda.

"Keluar!!!" Teriak Ardan dengan sangat keras.

Alexander membawa Amanda keluar dari ruangan Ardan. Dalam hati Alexander berharap keponakannya tidak akan melakukan hal yang dia bicarakan.

'Alle, maafkan kakak. Kakak tidak bisa menjaga kebahagiaan anak kamu. Maaf,'

............

"Ardan dimana?" Tanya Alvaro pada putra keduanya.

Arman hanya menunduk dan menunjukan jalan menuju ke tempat sang kakak. Alvaro mengekor di belakang Arman bersama Alesha. Dia membubarkan rapat karena mendapat panggilan dari Arman.

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang