Masa Lalu Ardan

23.4K 1.1K 13
                                    

Natasha dan Alesha baru saja keluar dari mobil Keannu. Mereka habis mencari Maura ke tempat-tempat di sekitar Jakarta. Langkah kaki Alesha terasa berat lantaran masih belum menemukan Maura. Natasha sendiri hanya bisa menghibur adik dari kekasihnya itu.

"Hm?" Alesha bergumam saat mencium wangi yang cukup dia kenali.

"Bau masakannya kayak pernah cium..."

"Maura!"/ "kak Maura!" Natasha dan Alesha berucap bersamaan.

Mereka langsung masuk ke dalam rumah itu dengan tergesa. Alesha bahkan sudah melepas sepatunya dan berlari secepat mungkin. Dia langsung menerobos ke dalam tanpa melihat siapa yang ada di ruang tamu. Berbeda dengan Natasha yang menyapa semua orang di ruang tamu. Natasha melemparkan tatapan pada Arman dan pria itu mengangguk. Natasha tersenyun lega.

"Kak Maura!" Alesha menjerit sembari melompat ke arah Maura.

Maura nyaris terjungkal ke belakang jika saja, Ardan tidak berdiri di belakangnya dan menahan badan kedua gadis itu.

"Alesha...," Ardan memanggil dengan nada memperingati.

"Maaf, kak. Aku terlalu senang melihat kak Maura disini..."

"Kamu tahu dari mana aku disini?" Tabya Maura.

"Bau masakan kakak tercium ke depan. Kakak bikin cumi asam manis, ya?"

Maura mengangguk. Alesha langsung bersorak riang. Alesha berlari ke depan dan memanggil semua orang di ruang tamu untuk duduk di meja makan itu. Mereka mulai menyantap makan malam mereka. Ardan pun sama. Meski tidak terlalu banyak, setidaknya dia memakan makanannya.

"Kamu kenapa?" Tanya Maura.

Ardan menggeleng pelan sembari tersenyum. Maura berdiri dan kembali ke dapur tidak lama kemudian dia membawa segelas teh hangat dan memberikannya pada Ardan.

"Minum dulu," ujarnya.

"Ini... untuk mengurangi mual," Maura memberikan obat untuk mengurangi mual pada Ardan.

Semua orang di ruang makan itu cukup bersyukur melihat Maura yang sudah kembali dan mengurus Ardan. Baru Maura mau berujar, ponsel miliknya bergetar dan membuat dia harus pamit ke ruang tamu.

"Ya?"

"Papa... Maura kangen pa..."

"Hn... iya, Maura memang ingin kesana tadi. Tapi, teman Maura sakit, pa. Maaf ya..."

"Tapi, Maura janji. Maura akan kesana kalau teman Maura sudah sembuh. Papa baik-baik disana ya. Tunggu Maura datang...,"

"Pa, Love you..."

"Hn. See you pa..."

Maura hampir mematikan sambungannya jika dia tidak ingat koper miliknya.

"Papa..."

"Maaf, pa. Bisa minta orang grandpa untuk mengambil koper Maura di bandara?"

"Iya, koper Maura sudah terlanjur masuk ke bagasi pa. Maaf ya pa, Maura malah jadi ngerepotin papa. Iya. Nanti Maura kesana. See you pa...,"

Maura bergegas kembali ke ruang makan itu. Dia duduk di sebelah Ardan.

"Papamu?" Tanya Ardan dan Maura mengangguk.

"Bukannya Raditya Calvin itu...," Alvaro berujar heran.

Maura tersenyum kecil.

"Papa masih hidup, om. Cuma papa koma dan baru saja sadar kemarin sore. Tadinya Maura mau ke Sydney untuk ketemu papa,"

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang