Saving Natasha

17.3K 961 20
                                    

Ardan berbaring nyaman di tempat tidurnya. Akan tetapi, ponselnya yang tidak berhenti berdering membuatnya mau tidak mau membuka matanya yang masih mengantuk.

"Kenapa Arman?" Tanyanya saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Kakak tidak lupa, kan?"

"Hah?"

"Kak..."

"Iya-iya. Aku bangun sekarang. Setengah jam lagi aku sampai disana,"

Ardan mengusap matanya perlahan. Dja bergegas membersihkan badannya dan turun ke bawah untuk segera berangkat. Ardan mengemudikan mobilnya masih dengan keadaan mengantuk. Mata Ardan menangkap mobil yang baru saja terparkir di depannya. Ardan melihat Natasha turun dari dalam mobil itu bersama dengan beberapa orang. Memang rencananya operasi itu akan dilakukan besok. Tapi, hari ini Natasha dan pasien yang satunya harus memasuki rumah sakit untuk di rawat inap.

Ardan membiarkan mereka masuk lebih dulu. Setelah mereka masuk, Ardan turun dari mobilnya dan segera keluar. Dia sebenarnya tidak nyaman memakai pakaian kantor seperti ini. Ardan memang memakai kemeja dan jas namun dia tidak pernah mengenakan dasi dan cufflinks. Berbeda dengan Arman yang seperti sang ayah, mereka selalu memakai semuanya secara lengkap.

"Dasar anak tidak tahu diri!"

Tangan Ardan menangkap tangan yang hampir menampar pipi Natasha. Arsen, Alesha dan Maura hanya bisa menatap Ardan penuh harap. Mereka berharap Ardan tidak salah bicara dan menimbulkan kecurigaan.

"Siapa kau?! Jangan ikut campur! Ini urusanku dengan putriku!"

Ardan hanya diam. Dia menatap kedua orangtua Natasha. Raut wajahnya menampakkan ketenangan yang luar biasa.

"Lepaskan tanganku!"

Ardan menurut. Dia melepaskan tangan pria itu. Setelahnya Ardan menyimpan kedua tangannya di saku celananya. Pria yang merupakan ayah dari Natasha menarik kasar lengan Natasha untuk dia bawa pergi dari sana. Mereka melewati Ardan dan saat itu juga sebelah tangan Ardan mencekal tangan ayah Natasha.

"Begitu cara kalian memperlakukan orang yang kalian katakan putri kalian?"

"Lepaskan! Ini bukan urusanmu! Minggir!"

Ardan kembali melepaskan tangan ayah Natasha. Sebagai gantinya, dia menarik lengan Natasha dengan lembut ke sisinya. Ardan tidak menghiraukan tatapan heran yang Natasha lemparkan padanya.

"Kembalikan putriku!"

Ardan masih diam.

"Aku bilang kembalikan putriku! Jangan ikut campur dalam urusan kami!"

"Sudah?" Tanya Ardan tanpa melakukan apa yang ayah Natasha minta.

"Siapa yang kalian panggil putri kalian?"

"Kau! Kembalikan putriku! Dasar bedebah!"

Ardan menyeringai. Seringaian itu membuat kening Natasha semangit mengerut dalam.

"Bedebah? Tidakkah kalian harusnya berkaca?" Tanya Ardan.

"Kalian mengatakan dia putri kalian akan tetapi, perlakuan kalian tidak menunjukkan hal itu. Kalian bukan orangtuanya. Kalian mau tahu seperti apa kalian di mata saya?"

Ardan menatap tajam kedua orang di depannya. Dia menyeringai dengan seringaian yang merendahkan deua orang di depannya.

"Kalian hanya sampah! Sampah masyarakat! Kalian juga seperti lintah yang hanya bisa menempeli dan memanfaatkan Asha!"

"Kau! Dasar anak kurang ajar! Dimana sopan santunmu, hah?!"

"Sopan santun? Itu hanya diberikan kepada orang yang membutuhkan. Untuk apa saya menghabiskan tenaga dengan bersikap sopan di depan manusia yang tidak berbeda dengan sampah, binatang, dan maling!"

[DS #1] His PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang