-.Kejelasan.-

4.8K 441 105
                                    

Sebenernya ini tuh bukan yang mau aku upload. Tapi berhubung ku udah janji mau up malem ini dari pada dibilang tukang PHP dan makin dikeroyok, ya udah aku Up aja. Yeah, selamat menikamti. Oh ya, BTW yang emang gak kuat baca soal Sasuke yang penuh derita jangan baca. Karena disini gue laah kan jadi Aku'gue, ish.

Udahlah pake gue aja. jadi disini Gue beneran kejem, ini part ngejelasin dimana Sasuke dan buat menjawab kejelasan tentang Sasue. inget ini udah di warning yang keras kepala dan ngotot baca, tanggung sendiri gue gak nyediain Tisyu. Okay! Be enjoyed!

.

.

.

Awan-awan kelabu menyelimuti, mentaripun enggan untuk singgah merajai langit mereka seolah ikut bersedih atas kematian sang uchiha terakhir. Tak banyak yang menghadiri pemakamannya, hanya segelintir orang yang dahulu pernah menjadi rekannya, atau bahkan hanya orang-orang yang masih menerima dirinya.

Sosok bersurai merah muda itu tampak menatap ukiran batu nisan dengan tatapan nanar. Ia lelah untuk menangis. Dengan lembut ia mengusap perut ratanya.

Ino selaku sahabatnya hanya mampu menangisi sahabat pink-nya itu. Ia benar-benar terluka melihat penderitaan tak berujung yang dialami sahabatnya itu. Tak berbeda dengan Hinata yang juga ikut menangis, mereka berdua ingin sekali mengatakan sesuatu agar sahabatnya itu tegar. Namun, tak ada satupun kata yang dapat keluar dari bibir mereka melainkan hanya isak tangis melihat sahabat sendiri seperti mayat hidup tanpa ekspresi.

Selain Sakura, mungkin Naruto adalah orang kedua yang paling terpukul. Ia menangis dalam diam. Ia merasa gagal karena tidak bisa melindungi Sasuke yang telah ia anggap sebagai saudara, ia memang menepati janjinya pada Sakura untuk membawa Sasuke kembali ke desa. Namun bukan ini yang ia inginkan, bukan Sasuke yang telah tak bernyawa.

Tak hanya itu, Kakashi selaku mantan guru Sasuke pun ikut terpukul karena merasa gagal sebagai seorang guru. Bahkan ia tak ada saat invasi rencana penangkapan Sasuke. Seandainya ia tidak pergi misi, seandainya ia ada didesa pasti ia akan ikut dan menengahi pertempuran. Sayangnya itu hanya tinggal pengandaian, sesuatu yang tak dapat dikembalikan lagi.

Rintik hujan mulai turun seolah langit ikut menangis. Ino dan Hinata berusaha membujuk Sakura untuk pulang, namun siempu tubuh tak bergeming sedikitpun. Hal itu membuat mereka semakin prihatin dan tak kuasa menahan tangis. Melihat itu Tsunade mengisyaratkan mereka untuk membiarkannya sendiri lebih dulu. Meski tak dipungkiri dirinya juga tak kuasa melihat murid kesayangan yang sudah seperti anak sendiri.

Dirinyalah yang merasa begitu bersalah, seandainya ia tak menyetujui penawaran Gaara mungkin hal ini tak terjadi. Namun jika seperti itu, ia juga egois. Sebagai pemimpin bukankah ia harus mengambil jalan yang terbaik?

Iris hazelnya menatap Naruto. Seolah mengerti, Naruto pun mengangguk menyetujui. Hujan semakin deras dan para pelayat pun berlomba membubarkan diri untuk berteduh, menyisakan dua manusia bersurai merah muda dan kuning jabrik.

"Aku yakin sekarang ia sedang bahagia karena berkumpul kembali dengan Uchiha lainnya, Itachi dan juga Ayah dan Ibunya," monolog Naruto.

Sakura tak menghiraukan derasnya hujan yang begitu lebat bagaikan tusukan jarum. Ia tersenyum lembut lalu mengelus perut ratanya, menatap sendu batu nisan yang telah terukir nama sosok pria yang begitu berarti baginya. "Ya, Sekarang Ayah telah sampai dirumah Paman Itachi, Kakek Fugaku dan Nenek Mikoto. Dia sangat menyayangi kalian, tidak mereka semua menyayangi kalian. Jadi, kalian harus sehat kalian tidak boleh meninggalkan Ibu sendirian," Sakura bermonolog sendiri.

Naruto hanya mampu menangis mendengarnya. Mungkin orang lain akan tertipu dengan ketegaran wanita itu, namun ia tahu bagaimana Sakura. Sangat mengenalnya, tidak bahkan semua anggota di team tujuh ia sangat paham. Sakura tidak mau terlihat lemah oleh siapapun, bahkan ia baru berani mengangis ditengah hujan agar tak ada yang menyadari bahwa anita itu sedang menangis. Namun tidak bagi Naruto, ia tidak bisa dibohongi meski penggunakan nada bicara Sakura begitu ceria sekalipun, itu terdengar seperti kidung kematian yang begitu memilukan.

The Blood of UchihaWhere stories live. Discover now