It's not over But Is begin to the Hurt

3.9K 383 31
                                    

Seperti matahari yang menjadi pusat orbit galaxy bimasakti, selayak kumparan materi gelap yang semakin bertambah. Waktupun ikut berkembang, tahun berlalu begitu cepat.

Ombak berderu dan saling berkejaran, seolah berlomba untuk menyentuh karang. Burung-burung terbang bebas dilatari dengan cahaya kemerahan yang sudah hampir padam di ujung barat.

Sang raja malam telah bersiap menaiki singgasananya. Namun, semua itu tak membuat seorang anak laki-laki takut dan bergegas pulang ketempat yang disebut rumah.

"Satoshi!"

Anak kecil itu menoleh kesumber suara. Bola mata bulat nan hitam menggemaskannya berusaha mencari siapa yang memanggilnya. Kepalanya bergerak kesana kemari, berusaha menemukan sosok yang memanggilnya, membuat helaian surai hitam legamnya berdansa dengan angin laut yang mulai berhembus dingin.

"Paman Fura?" monolognya pada sosok paruh baya yang tampak tua sedang berjalan kearahnya sambil menenteng satu ekor ikan besar.

"Hehehe! Lihat Aku mendapat ikan yang sangat besar bukan?"

Anak kecil itu mengangguk sambil menatap berbinar melihat ikan besar yang masih mengibaskan ekornya, tanda ikan itu masih sangat segar.

"Wah! Itu tangkapan yang bagus Paman,"

"Yosh! Tapi Satoshi-kun, sebenarnya ini bukan tangkapanku, kau tahu tadi itu Aku hampir diserang oleh bajak laut!"

Anak kecil itu hanya melebarkan matanya tanda terkejut. Akhir-akhir ini desanya memang sedang resah mengenai bajak laut yang meresahkan para nelayan didesanya, itu sebabnya Ibunya melarang ia pergi kelaut sendirian hingga larut.

"Tapi tenang saja, Aku baik-baik saja. untunglah tadi ada beberapa Ninja dari Konoha yang menolongku. Hehehe... Dan soal bajak laut, tak usah diresahkan lagi, mereka sudah tidak akan berani menyentuh desa kita,"

"Ninja? Konoha?" ujar anak itu bingung.

"Ya! Mereka itu sangat kuat dan keren, cara mereka meringkus para bandit bajak laut luar biasa, pokoknya keren. Soal Konoha, disana itu adalah desa Ninja yang terkuat, mereka juga loh yang menangkap ikan besar ini hanya dengan melempar kunai,"

Tampak ada cahaya binar dikedua bola mata onyx-nya. Mendengar cerita yang begitu hebat itu, ia jadi lupa untuk bergegas kembali kerumah sebelum benar-benar gelap.

"Nah, Satoshi berhubung hasil tangkapanku banyak, ini. Kuberikan tuna segar ini untukmu! Adik dan Ibumu pasti sangat senang,"

"Wahhh! Benarkah Paman, apa tidak apa-apa? Paman kan bisa menjualnya dipasar besok,"

"Yare-yare, kapalku penuh ikan! Aku tidak ingin menjadi rakus seperti hiu, ambil dan pulanglah, sebelum Ibumu khawatir dan mencarimu,"

Anak kecil itu mengangguk dan mengambil ikan yang cukup besar itu dari tangan sosok yang bernama Fura itu. Ikan tuna itu cukup besar, bahkan lebih besar dan panjang dari lengannya.

"Terimakasih Paman, sampai jumpa." ujarnya sambil berlari dengan senyum senang diwajahnya.

Fura masih memandang punggung kecil anak itu. Bibirnya membentuk sebuah lengkungan tipis. "Anak itu, dia anak yang baik."
.
.
.
.
.
.
Tak terasa tahun berlalu begitu cepat, Satoshi dan saudaranya telah berusia tujuh tahun.

Satu tahun hidup di laguna telah membuatnya belajar banyak hal. Ia juga mulai beradaptasi dengan lingkungan yang mengasingkan keluarganya.

Satoshi tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berbakti pada Ibunya. Karena ia sudah lulus Akademi diusia muda terkadang ia membantu Ibunya menjual hasil panen atau memvantu Ibunya berkebun. Hanya ada beberapa orang yang mau berteman dengan keluarganya, salah satunya adalah Hasasiri Fura. Seirang nelayan tua yang sering ia bantu sementara ia mendapat upah nantinya.

The Blood of UchihaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang