17. Sweat moment

4.6K 485 69
                                    

Jubah hijaunya tampak berkibar tertiup angin. Iris hazelnya tengah menatap keluar jendela kaca besar di ruangannya. Indahnya senja yang tersuguh membuat pening dikepalanya sedikit mereda.

Tok...tok...

"Masuk," ucapnya.

Ia memutar singgasananya lalu menatap kearah pintu, disana telah muncul orang-orang yang sedari tadi ia tunggu. Shikamaru, Naruto dan Ino yang kini telah sampai dihadapannya.

"Tsunade Baa-san, Sebenarnya ada apa tiba-tiba kami dipanggil, apa akan ada misi tingkat S untuk kami!?" Ujar Naruto menggebu-gebu.

Seperti ciri khasnya, ia lebih memilih mengabaikan bocah yang menurutnya begitu berisik itu. Ia menyangga dagunya dengan kedua lengannya diatas meja kerjanya. Tatapannya memandang lurus pada secarik kertas yang berisi beberapa deret kalimat.

"Hera mengirim pesan ini padaku,"

Mereka tampak mendekat dan membaca isi surat itu. Seketika mata mereka membulat lebar.

"Kita harus segera kesana," ujar Naruto dengan nada serius.

Ia-Tsunade menggangguk setuju, tatapannya teralih pada Shikamaru. "Akhir-akhir ini ada sesuatu yang tidak beres terjadi. Aku ingin kalian menyelidiki semua ini secara diam-diam. Secara tidak langsung ini adalah misi rahasia yang langsung diberikan olehku,"

"Yosh! Aku suka ini," ujar Naruto menggebu.

"Tapi Tsunade-sama, apa memang racun itu bisa dibuat penawarnya,?" Ujar Ino yang sedari tadi terdiam. Sejak tadi ia langsung khawatir ketika netranya menangkap kalimat bahwa salah-satu putra sahabatnya tengah sekarat akibat racun yang penawarnya sangat mustahil untuk didapatkan.

"Aku akan mencoba membuatnya. Kalian harus tiba sebelum pagi karena racun itu akan segera menyebar luas. Kalian harus memberikan penawarnya sebelum fajar atau anak itu akan mati," tegas Tsunade. "Aku tidak yakin bisa membuatnya dengan sempurna, tapi setidaknya aku tau ramuan penghambatnya,"

Shikamaru masih menerawang jauh menjelajahi pikirannya. "Tsunade-sama, sebenarnya aku masih penasaran dengan desa ninja yang memperkerjakan clan gadis itu, apa benar Yagura yang melakukannya? Bukankah ia sudah lama meninggal,"

Tsunade tampak mengetukan jari telunjuknya diatas meja. Ia menerawang jauh ingatannya beberapa tahun silam. Tepat ketika gadis itu keluar dari tahanan dan selesai menjalani rehabilitas. Gadis itu, Hera mengatakan bahwa dibalin semua rencana dan pergerakannya adalah Yagura, Mitsukage keempat.

Ia juga tau siapa Yagura, sosok kage kejam yang tidak tolerir dalam segala bentuk penghianatan. Yagura itu juga sudah lama mati, tapi mengapa Hera bersikeras bahwa dalang dari semua ini adalah Yagura.

"Mungkinkah itu edotensei?" Ino membeo.

"Orochimaru sudah mati,"

"Benar juga. Ah! Tapi bukankah masih ada bawahannya?"

Iris Hazel Tsunade melebar. "Mungkinkah!"

...o0o...

Hembusan angin membelai wajah rupawannya. Awan-awan pun merona melihat pesonanya. Senja itu tampak begitu hangat ketika dihabiskan oleh orang-orang terkasih.

Sasuke tak habis pikir, mengapa ia tadi melakukan hal memalukan seperti itu. Menangis dihadapan seorang bocah? Oh, leluhurnya pasti sedang membrondong sumpah serapah karenanya.

"Jadi dimana kita harus mencari, gunung? Sungai? Lembah atau rawa?"

Sudut bibirnya tertarik tipis, amat tipis sehingga tak ada yang sadar ia membentuk lengkungan senyum di wajah dewanya itu.

The Blood of UchihaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang