13. The Truth part 2

4K 389 20
                                    

Ada sebuah cerita tersembunyi dibalik hujan. Meski langit terlihat berkabung, meski mentari enggan singgah untuk menghormati setiap hati yang berduka.   Semua rasa hitam putih itu justru membuat para awan tersenyum lega. Lega karena ia bisa melepas beban terberatnya. Meski perjuangannya belum berakhir karena ia harus melewati ganasnya angin dan labilnya atmosfer, ia tetap tersenyum dan terus nengarungi luasnya angkasa.

Satoshi menengadahkan kepalanya pada sosok berjubah dan bertopeng dihadapannya. Ia menghapus air matanya dengan kedua jemari mungilnya. Bangkit berdiri mencoba tegar, pun ekspresinya datar seolah tak mengalami kejadian apapun.

Meski tak memungkiri rasa sesak didada kirinya masih menghujam, setidaknya ia sudah mengetahui kebenarannya. Menghembuskan nafas lega, karena bebannya berkurang sedikit.

Ia memanglingkan mukanya kearah lain, tak ingin sosok yang beberapa jam lalu mengaku sebagai kerabatnya itu melihat keadaannya yang terlampau menyedihkan. Ia tidak akan mau terlihat lemah dihadapan orang asing, sekalipun orang itu memiliki darah yang sama dengannya. Tetap saja harga dirinya sangat tinggi untuk menerima belas kasih orang lain.

"Jadi bagaimana perasaanmu saat mengetahui semuanya?"

Hening. Satoshi tak mau menjawab pertanyaan memuakan dari sosok itu. Rasanya hatinya bergemuruh nyeri setiap kali mengingat hal itu. Tak mau perasaannya lebih kacau dari ini, ia memilih melengos pergi meninggalkan sosok itu. Kakinya mulai melangkah keluar dari distrik terisolasi itu. Namun sebelum ia benar-benar melewati gerbang besar distrik clan kebesarannya, langkahnya terhenti tepat ketika indra pendengarannya menangkap kalimat yang begitu sakral baginya

"Kau ingin tau siapa yang membunuh Ayahmu?"

...o0o...

"Kami-sama! Kemana anak itu, Astaga apa yang akan kukatakan pada Sakura-san nantinya jika Satoshi hilang!"

Fura menggerutu tak jelas disetiap langkahnya. Sedari tadi siang ia berkeliling pasar Konoha, namun sampai dewi malam merajai langit pun. Ia sama sekali tak melihat batang hidung anak sulung Sakura.

Jujur saja ia merasa khawatir bukan kepalang. Baginya Satoshi sudah seperti keponakannya sendiri. Sungguh anak itu sangat baik dan cerdas, entah ajaran macam apa yang diberikan oleh Ibunya hingga menghasilkan bibit unggul seperti Satoshi.

"Satoshi!"

Teriaknya membelah kesunyian pasar yang sudah mulai sepi. Banyak lapak dan kedai yang sudah tutup. Hanya kedai yang memang buka 24 jamlah yang masih terjaga disana.

Mendesah lelah, ia mengelap peluhnya yang mengalir dipelipisnya. Tatapannya menengadah kelangit yang cukup mendung. Ia harus segera menemukan Satoshi dan berlayar kembali ke Laguna jika memang tak ingin dilahap badai diperjalanan nantinya.

Lagi-lagi ia menghembuskan nafasnya frustasi. Sesekali ia mengacak rambutnya frustasi, ia bersumpah tak akan lagi mengizinkan anak itu ikut dengannya setelah ini. Tak peduli anak itu merengek sekalipun. Salah sendiri telah membuatnya uring-uringan sendiri seperti ini.

"Paman, sedang apa disini?"

Fura sedikit tersentak mendengar suara kecil dari sosok mungil dibelakangnya. Lagi dan lagi ia mendesah, bukan desahan frustasi melainkan kelegaan.

"Apa yang kau pikirkan! Kemana saja kau hingga membuatku hampir gila karena mencarimu," sembur Fura begitu saja ketika ia mendapati sosok yang sedari tadi ia cari.

The Blood of UchihaWhere stories live. Discover now