5. It's Only Hope, Mom

4.4K 422 54
                                    

Guntur menggelegar, kilat seolah cambuk yang mengamuk diangkasa. Sedang langit tak henti-hentinya menangis.

Sakura, wanita itu begitu uring-uringan ketika ia tak mendapati satupun murid di Akademi tempat putranya sekolah. Ia diberitahu bahwa putranya-Satoshi- sudah pulang sejak pagi.

"Aku akan pergi mencarinya!"

"Sakura diluar sedang badai, tenanglah. Panik tak menyelesaikan masalah," ujar Naruto mencoba menenangkan.

"Bagaimana Aku bisa tenang Naruto! Putraku hilang dan sekarang sedang badai! Apa yang sedang ia lakukan diluar sana sendirian..." tangis Sakura pecah, ia sangat khawatir.

Pikiran buruk mulai menghantuinya. Bagaimana jika Satoshi dicukik? Oh tidak.

Baru saja ia bernafas lega, dan sekarang kejadian semalam akan kembali terulang? Tuhan apalagi ini?

"Huwaaaaa! Nii-san! Hiks... Nii-san dimana Bu!?"

Jerit tangis Satoru seolah saling berlomba dengan suara kerasnya guntur. Satoru terus berontak dan meronta dari gendongan Hinata yang mencoba menenangkannya.

"Aku tidak bisa menunggu lagi! Aku akan mencarinya," ujar Sakura kemudian pergi menerobos hujan.

"Sakura!" Teriak Naruto yang panggilannya tak digubris.

"Ck! Hinata, jaga Satoru. Aku akan menyusul Sakura,"

"Baik Naruto-kun,"

Naruto langsung melesat menerobos hujan berusaha mengikuti jejak Sakura.

Bohong jika ia tidak khawatir, ia juga sangat khawatir. Terlebih ia sudah berjanji di makam sahabatnya untuk menjaga Sakura dan Anak-anaknya.

"Huwaaaaaa!!! Ibuuuu, Ibuuu! Aku ikut! Nii-san!!! Nii-san!!!"

"Ssstthhh... tenanglah Sayang, mereka pasti baik-baik saja," ujar Hinata lembut, sambil terus menepuk-nepuk pelan punggung Satoru.

"Nii-san, Bii... Nii-san belum pulang, hiks..."

"Sshhttt... dia pasti baik-baik saja, tenanglah"

Tidak bisa. Satoru tau, Kakaknya tidak baik-baik saja. Perasaannya kuat, perasaannya sangat tidak nyaman.

"Nii-san..."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sakura terus meloncat dari pohon satu ke dahan pohon lainnya. Kepalanya mulai pening akibat menerobos hujan yang sangat lebat itu.

"Satoshi... dimana kau Nak," gumamnya tak henti.

Ia terus berlari membelah hutan. Gelap dan sunyi menyambutnya. Ia menangis dalam diam, ia benar-benar merasa paling tidak berguna.

Ia benar-benar lalai sebagai Ibu, ia sangat tidak becus. Apa ia benar-benar mampu membesarkan para Uchiha jika dirinya saja seperti ini?

Tubuhnya mulai menggigil. Hawa dingin benar-benar menusuknya hingga tulang. Lalu bagaimana keadaan putranya yang masih sangat belia itu?

Sedang apa sekarang? Dimana, apa putranya juga kedinginan? Oh ya Tuhan, bisakah ia meminta tolong agar putranya baik-baik saja?

.
.
.
.

.
.
.
.
.
.

Naruto merapal segel tangan. Ia membentuk beberapa bushin untuk disebar di hutan dan dibeberapa gang pemukiman penduduk. Sementara dirinya yang asli mengejar Sakura.

The Blood of UchihaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon