Bagian Satu

1.6M 80.5K 10.2K
                                    

[REPOST]
tanpa revisi

Bella menatap heran ke arah jari manis tanganya yang lagi-lagi tersemat cincin dengan ukiran bulan dan bintang di dalamnya. Seperti yang biasa di pagi sebelumnya.

Cincin itu kembali, melingkari jari manis Bella.
Padahal tadi sebelum tidur, Bella sudah melepaskan cincin aneh itu. Melemparkan cincin aneh ke luar melalui jendela.

Dan, pagi ini di saat Bella membuka mata, cincin itu sudah kembali melingkari jari manisnya.
"Maumu apa, sih? Aku gak mau pake kamu, aku udah punya pacar, kalau pacarku lihat kamu, dikira aku udah nikah, yang ada diputusin," kesal Bella sembari melepaskan cincin itu.

Begitu cincin itu terlepas, Bella langsung berjalan menuju arah jendela. Membuka jendela kamarnya lantas melempar jauh cincin itu. Bella berharap cincin itu tidak akan kembali.

Bukan tidak menyukai cincin itu, justru Bella sangat menyukai model sederhana namun memiliki kesan mewah. Bella juga yakin harga cincin itu pasti mahal. Hanya saja Bella tidak tahu siapa orang yang telah menyematkan cincin itu. Menurut Bella cincin itu bukan haknya, selama Bella belum tahu siapa orang yang memberinya cincin.

Lagi pula Bella memiliki Kevin yang merupakan kekasihnya. Ia begitu mencintai Kevin, tidak mungkin Bella mengkhianati cinta mereka yang sudah berjalan hampir dua tahun lamanya hanya karena cincin aneh itu.

Saat melirik ke arah jam beker yang bertengger di nakas, Bella segera mengayunkan kedua kakinya menuju kamar mandi, waktu sudah semakin siang, jika Bella tak segera berbenah, ia bisa telat hadir ke kelasnya.

Selang sekitar lima belas menit kemudian, Bella keluar dari kamar mandi mengenakan handuk putih yang melilit tubuhnya dari dada sampai ke lutut. Tangannya memegang handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

Seusai mengenakan pakaian sederhananya, celana jeans panjang sebagai bawahan, tank top putih di lapisi cardigan panjang berwarna hitam, Bella duduk di kursi meja rias untuk memoles sedikit penampilannya.

"Balik lagi?" ujar Bella lemas saat melihat dirinya lewat pantulan cermin datar di hadapannya. Dari situ, Bella menyadari jika cincin itu kembali tersemat di jari manisnya.

Tak mau ambil pusing, kali ini Bella membiarkan cincin itu tersemat di jari manisnya. Untuk kali ini saja, mungkin Bella harus memberikan kesempatan pada cincin aneh itu untuk merasakan jari manis Bella selama sehari penuh. Besok tidak akan lagi.

Tangan kanan Bella bergerak memoleskan bedak tipis di wajah, menambah kecantikan Bella. Bella tersenyum saat merasa puas dengan penampilannya.

Kedua tangan Bella mengumpulkan rambutnya menjadi satu. Kedua mata Bella melotot kaget saat melihat ada jejak merah di leher bagian samping. Memastikan apa yang ia lihat, Bella mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah cermin agar semakin jelas.

"Ini apaan, sih? Perasaan semalem gak ada yang ngelakuin ini," gerutu Bella, ia terus menggosok jejak merah itu. Berharap jejak sialain itu segera enyah dari lehernya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi teman apalagi reaksi Kevin saat melihat jejak ini.

Gerakan tangan Bella semakin cepat, namun tak membuat jejak itu menghilang, justru semakin kentara.
Bella menghela napas pasrah, percuma ia menggosok jejak itu, tidak ada gunanya. Hanya membuang tenaga Bella.

Niat awal untuk mengikat rambut sepunggungnya Bella urungkan. Rambutnya ia biarkan tergerai, membantu Bella menutup jejak merah sialan dari mata publik. Setidaknya dengan ini, semua tertutup dan tidak ada bisikan publik yang bisa saja membakar telinganya.

Tubuh Bella menegang, seperti nyata. Bella merasakan ada seseorang memeluk pinggangnya, pelukan yang begitu possessive seakan takut Bella pergi. Tak hanya itu, Bella juga merasakan ada hembusan napas hangat yang menerpa sekitar wajah dan lehernya. Jantung Bella sampai berdetak jauh lebih cepat dari biasanya.

POSSESSIVE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang