Bagian Dua Puluh Tujuh

525K 39.7K 8.1K
                                    

"Key! Di mana kau, Key! Tolongin Bella Key!" teriak Allfred yang baru saja memasuki rumah megah miliknya yang ditempati oleh Key juga.

Allfred melesat dengan kecepatan setara dengan kecepatan cahaya sembari membopong tubuh Bella yang tak sadarkan diri. Allfred begitu panik saat tiba-tiba Bella mengeluh sakit kepala dan merasakan ada bayang hitam seorang perempuan dan laki-laki yang terputar di otaknya. Hingga beberapa menit kemudian Bella jatuh tak sadarkan diri saat Allfred tengah memapah Bella keluar dari area kampus.

Allfred membaringkan tubuh Bella di ranjang besar miliknya. Tangannya menarik selimut tebal hingga menutupi tubuh Bella sampai batas dagu.

"Bersabarlah sayang. Aku akan cari pengawalku yang tuli itu," bisik Allfred merapikan rambut Bella yang menutupi wajah Bella yang memucat.

Sebelum melesat meninggalkan Bella sendirian, Allfred terlebih dahulu meninggalkan kecupan di kening Bella. Kecupan singkat namun syarat akan kasih sayang yang begitu tulus.

"Key! Dimana kau! Hitung sampai tiga tidak muncul, siap-siap saja kau!" Geram Allfred yang berdiri diujung tangga rumah megah itu.

Allfred menarik napas, bersiap menghitung.
"Satu! Dua! ----"

"Nego lah pangeran, jangan tiga. Tujuh
Bukankah diistana bintang angka tujuh sangat diagungkan?" celetuk Key yang sudah berdiri dihadapan Allfred.

"Dasar pengawal bodoh! Darimana saja kau? Aku memanggilmu dari tadi!" Omel Allfred, bersiap menendang keras ke arah tulang kering Key. Beruntung Key yang bisa membaca gerakan Allfred. Ia langsung menghindar sebelum tulang keringnya terkena tendangan dari Allfred.

"Maaf pangeran, tadi ada urusan sebentar. Ada apa pangeran memanggil saya?" Key membungkukkan badan di hadapan Allfred sebagai bentuk rasa hormat seorang pengawal kepada pangeran.

"Sepertinya ingatan Bella hendak pulih. Dia tadi sakit kepala----"

"Terus?"

Allfred langsung mencekik leher Key. Tidak kuat, hanya tangannya yang menempel di leher Key dengan sedikit tenaga untuk mencekik Key.

"Bagaimana kalau kita ke stadion, Key? Di sana cukup luas, Lalu kau bertanding denganku!" Desis Allfred yang mulai geram dengan key yang malah bercanda disaat Allfred tengah panik dengan keadaan Bella.

Mata Allfred berubah merah saat menatap ke arah Key. Aura mencekam membuat Key menelan salivanya dengan payah.

"Maaf pangeran. Saya hanya bercanda tadi, mari kita periksa keadaan Bella," ujar Key.
Allfred memejamkan matanya untuk melenyapkan warna merah dari kedua bola matanya. Saat Allfred kembali membuka matanya, matanya sudah kembali normal.

Baik Allfred maupun Key langsung bergegas menuju kamar dimana Bella berada. Hanya butuh waktu tidak lebih dari tiga detik, keduanya bisa sampai di kamar itu.

Allfred berdiri di sisi kanan ranjang, sementara Key berdiri di sisi kiri ranjang tempat Bella berbaring.

Key memejamkan matanya, mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada Bella. Sementara Allfred hanya menunggu Key yang tengah memeriksa Bella melalui penerawangan.

"Sepertinya memang benar apa yang pangeran katakan, otak Bella berusaha mengingat semua itu," ujar Key begitu membuka kedua kelopak matanya yang menutup.

"Tapi Key-- itu sangat berbahaya jika Bella terus memaksa diri untuk mengingat semuanya," komentar Allfred.

Allfred beranjak, ia duduk di tepi ranjang. Tangan kanannya mengusap lembut pucuk kepala Bella.

"Benar pangeran, Bella bisa kehilangan kendali dan jati dirinya jika terus memaksa."

"Kita harus bagaimana Key? Jangan sampai terjadi sesuatu buruk pada istriku. Aku tidak sanggup jika itu terjadi. Cukup sekali aku dan Bella dipisahkan."

POSSESSIVE DEVILWhere stories live. Discover now