Bagian Dua Puluh Satu

486K 37.9K 2.4K
                                    

Di sebuah ruangan dengan penerangan minim, hanya cahaya lilin di setiap sudut ruangan yang menjadi penerang sosok pria tampan dengan tubuh proporsional tengah duduk di bangku kayu dekat ranjang besar. Tangan pria itu enggan melepas tangan seorang gadis yang tengah memejamkan kedua netranya. Lewat genggaman tangannya, sosok pria itu berharap bisa memberikan semangat kepada gadis yang tengah memejamkan matanya itu untuk segera membuka matanya kembali, melihat dunia bersama dengan sang pria.

Hampir lima jam lamanya sosok pria itu menunggu. Sosok itu adalah Allfred Xeimoraga yang telah menyelamatkan Bella Xeina menantang maut, mengembalikan jiwa yang telah meninggalkan raga dengan tetesan darah kehidupan yang Allfred miliki.

Allfred memang memiliki kelebihan di antara mahluk yang lain, di mana darah segar yang mengalir dari pergelangan tangannya yang disayat bisa mengembalikan jiwa seseorang yang sudah pergi. Tidak selamanya itu terjadi, karena Allfred hanya memiliki tiga kali kesempatan untuk melakukannya. Dan kesempatan pertamanya sudah tiada. Sudah ia gunakan untuk mengembalikan jiwa Bella. Ia ingin Bella tetap hidup, agar Allfred bisa membahagiakan gadis itu.

Bukan hal mudah untuk kembali menghidupkan seseorang. Karena Allfred harus menahan betapa sakitnya saat darah miliknya itu menetes. Rasa sakit yang sangat sulit dijelaskan jika tidak merasakannya sendiri. Sekujur tubuh Allfred sakit, dadanya terasa terhimpit hingga ia kesulitan bernapas, darahnya seakan mengalir habis membuat tubuhnya lemas dengan bibir membiru dan wajah memucat. Untuk sekedar mengambil napas saja, sesak di dadanya semakin terasa.

"Maaf pangeran, raja meminta pangeran untuk segera menghadap," ujar pengawal setianya---Key yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. Key menekuk lututnya seraya menunduk pada Allfred.

Allfred melepas genggaman tangannya dengan tangan Bella. Ia menoleh ke arah Key yang masih menunduk hormat padanya. Telapak tangan Allfred menempel di dada saat dadanya kembali nyeri.

"Aku akan menemui ayah. Tapi tidak sekarang, aku akan menunggu gadisku sadar. Katakan pada ayah untuk menunggu sebentar," titah Allfred lirih.

Benar-benar rasa sakit yang menyiksa tubuh Allfred. Ia begitu merasakan nyeri hanya dengan berbicara. Sang pangeran memejamkan matanya, bibirnya bergetar tanpa mampu ia tahan. Dalam hati ia memohon supaya rasa sakitnya mereda karena ia hampir menyerah.

"Baik pangeran, saya pamit undur diri. Akan saya sampaikan kepada raja." Key berdiri dari posisinya. Membungkukkan badan sekali pada Allfred sebelum menghilang dalam sekejap mata.

Allfred kembali menatap Bella yang masih setia memejamkan kedua bola matanya. Wajah Bella nampak begitu tenang, napasnya juga sudah teratur tidak memburu seperti saat Allfred baru membaringkan Bella di ranjangnya. Tangan kanan Allfred terulur, mengusap peluh yang membanjiri wajah gadisnya.

"Buka matamu," gumam Allfred begitu dalam menyiratkan sebuah harapan yang begitu besar.

Allfred bisa menangkap dengan jelas Bella yang menggerakkan jari-jari lentiknya. Tentu saja perubahan kondisi Bella membuat Allfred mengulum senyum. Ia menaruh harapan besar pada Bella untuk segera sadar.

Tak lama setelah itu, kelopak mata Bella perlahan terbuka.
Kedua kelopak mata Bella yang terbuka sempurna kembali menutup. Tak lebih dari tiga detik kembali terbuka.

Bella mengerjapkan matanya berkali-kali untuk beradaptasi dengan cahaya sekitar.

"Bella, kau sudah sadar? Astaga aku ketakutan setengah mati kau tak bisa bertahan meski kau sudah ku aliri darahku," ucap Allfred.
Dengan sisa tenaga yang masih ia miliki, Allfred memeluk tubuh Bella yang masih terbaring. Pelukan yang tidak erat namun penuh damba.

POSSESSIVE DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang