-Tiga Belas-

12.3K 1.3K 22
                                    

Masa lalu yang bermunculan membuat pikiran Luna kacau. Pertemuannya dengan sang papa teramat membekas. Semua tampak berbeda. Hardian tak segagah dulu. Setahun berlalu banyak perubahan dalam diri Hardian. Ia terlihat lebih kurus dengan kelopak mata yanng cekung ke dalam. Belum lagi guratan keriput semakin terlihat. Apa papa sedang sakit? Luna membatin dalam hati.

"Papa lo sehat, Lun?" tanya Cinta sembari menyuguhkan segelas orange juice.

Keduanya tampak sedang duduk berdua di teras. Semenjak pulang dari pemakaman tadi, Luna belum sempat masuk rumah. Ia sibuk merenung di teras ditemani Cinta.

Luna mengedikkan bahu pertanda ragu. Ia mendesah lega seketika seteguk orange juice telah melalui kerongkongannya. Hardian memang tak pernah membagi segala keluh kesah pada siapa pun. Dulu ia rajin tersenyum pada putrinya. Bahkan semenjak Hardian menjemputnya dari panti asuhan. Semua berubah saat Luna mengemukakan bahwa ia akan bercerai dengan Aaditya. Semakin berubah saat Luna kerap mempertanyakan asal mula dirinya. Bagaimana Hardian yakin bahwa ia adalah putri kandungnya? Bahkan Maryam tak tahu siapa ibu Luna sebenarnya.

Ya, malam itu Maryam menemukanya di depan panti asuhan dengan sebauh kalung bertuliskan Sasmita. Bagaimana mungkin bisa Maryam tahu siapa ibu Luna sebenarnya. Semua cerita ada pada Hardian. Laki-laki itu menyimpan rapat-rapat masa lalunya. Ia hanya membenarkan bahwa Sasmita-ibu Luna adalah wanita cantik yang pandai merancang gaun.

Sebuah colekan di lengan membuyarkan pikiran Luna yang meruncing.

"Ponsel elo bunyi," ucap Cinta mengingatkan.

Luna mengerjap sebentar, kemudian meraih ponsel di meja. Mata Luna membelalak. Ia terlonjak seketika membaca sebuah pesan dari seseorang. Kemudian berjingkrak riang sembari berputar-putar-mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. Cinta menatap Luna dengan sejuta tanya kebingunga. Namun, Luna malah menarik tangan Cinta mengajaknya berjingkrak ria.

"Kenapa, Lun?" tanya Cinta sambil berjingkrak.

Luna berhenti, memeluk erat sahabatnya. "Gue dapet orderan promo produk parfum di blog!"

Cinta yang semula kebingungan bergantian tertawa gembira dan memeluk Luna. "Asyik! Lo harus berpenampilan cantik besok. Siapa tahu orang yang mau pake jasa blog elo cakep!"

Senyum Luna menghilang, berganti dengan rengutan sebal. "Gue mau kerja kali, bukan buat cari jodoh. Gue ...."

"Masih ngarep rujuk sama Aaditya?" potong Cinta cepat.

Luna bergeming. Ia bahkan tak bisa menyangkal tudingan Cinta. Aaditya memang menginginkannya kembali, tapi Luna masih belum bisa memberikan jawaban apa pun atas ajakan Aaditya. Laki-laki itu masih tetap bersikeras menunggunya.

"Lo tahu sendiri, 'kan, Lun. Aaditya bentar lagi mau tunangan sama Maya. Lo mau, jadi penghancur acara pertunangan mereka? Gue dukung elo sama Aaditya rujuk, asal Aaditya bersedia segera mengakhiri hubungannya dengan Maya sebelum pertunangan itu terjadi." Cinta mencengkeram kedua lengan Luna, menatapnya tegas agar sahabatnya tak terjebak situasi cinta yang pelik.

Luna mendesah. "Gue tahu, Cin. Gue juga nggak ngasih jawaban apa pun sama Ditya. Cuma wajar, 'kan, kalo gue terkadang masih suka kebawa perasaan saat ketemu dia?"

Cinta menghela napas. Kemudian ia mengangguk pasrah. "Yuk, gue bantu elo ganti penampilan. Kayaknya cat ombre di rambut elo perlu ganti, deh," usul Cinta mengalihkan topik pembicaraan.

Luna tersenyum dan mengangguk antusias. Selama ini, selera Cinta dalam menata penampilan wanita cukup bisa diandalkan-mengingat profesi Cinta memang seorang make up artist yang mumpuni.

Luna (Repost)Where stories live. Discover now