Delapan Belas

7.1K 709 89
                                    

saya minta maaf sebelumnya karenaaa lamaaaa banget updatenya *biasa aja kali Ma*

saya suka ilang selera kalau misal banyak momen peraya bertebaraaaan. mau nulis tuh yang kayak, 'haduuuhhh ini jari pada keluu aja ga tau mau nulis apaa soalnya mabok momen' mereka totalan bikin baperrr... apalaagiii tatapan si abang, beuuuhhh.... bagi yg ga tauuu namanya cinta kayak apa?? naahh itu, persiss kayak cara P'Sing liattt Kit!

ohh yaaa.. ini agak panjangan dikit dan terkesan maksa, dan gw jamin amburadul. kenapa?? karena hati ama otak saya udah amburadul duluan karena kelakuan SingKit.

mau bahass SOTUS S tapi gw ga kuattt... AAAAAAAA GUEE MABOKK MOMEN PERAYAAAAA!!

selamat membaca, maaf buat kecewa, fyi: sepertinya 1-2 chapter lagi kisah ini akan ending.. yeeeeeyyyy

**

"Hanya mengambil jarak. Aku takut terlalu cinta, aku takut dia kecewa padaku" ujar Singto.

New di dekatnya menepuk bahunya pelan, berusaha mengerti kisah cinta sahabatnya ini, "terlalu cinta ya?"

Singto tersenyum miris, menyandarkan tubuhnya pada sofa yang sedang di duduki New sedang dirinya duduk manis di karpet. National geographic masih

"disini.. Di hatiku.." Singto menyentuh dadanya sambil tersenyum miris, " Rasanya penuh sekali dengannya. Kalau tidak secepatnya mengambil jarak, aku takut dia kecewa"

New mengernyit tak mengerti. Kecewa? Apa maksud Singto dengan Krist kecewa?

"Kenapa dia harus kecewa padamu? Dia kan straight, suka perempuan. Yang ada kau itu yang kecewa karena di tolak olehnya" New menanggapi.

Singto menoleh ke arah New, "Kalau dia tahu aku jatuh cinta padanya, menurutmu dia akan kecewa atau senang?"

New terdiam, berpikir.

"Jika dia tahu teman baiknya...." Singto mengambil jeda, "Seorang laki-laki.. Jatuh cinta setengah mati padanya. Apa dia akan senang??" lanjut Singto kian lirih.

"Ai'Sing" New tak bisa berkata apa-apa. Dia sudah paham maksud Singto, memang tidak mudah menerima kenyataan bahwa ada seorang pria yang jatuh cinta pada teman prianya.

Singto menghela nafas panjang, "Aku hanya ingin berpikir secara logis Ai'New. Kau boleh menertawakanku, tapi aku mencintai dia. Setidaknya, aku tak ingin ada yang berubah antara kami"

"Tapi kalau seperti ini, bukannya kau yang berubah??" tanya New heran, " Jika kau menjaga jarak darinya dan dia tidak tahu kenapa kau melakukan itu, bukankah kau membuat Ai'Krist bingung??"

"Cuma sebentar Ai'New.. " New melihat mata jernih milik Singto berair dibalik kacamatanya, "hanya sebentar.. Setelah itu aku yakin bisa menghadapinya. Jujur, ini sulit sekali"

New semakin sedih menatap sahabatnya, "apapun itu, aku akan membantumu"

Singto mengangguk. Meskipun tak bisa di andalkan, tapi dukungan New selalu berarti baginya. Singto tak tahu lagi jika orang seperti New tak pernah hadir dalam hidupnya, mungkin selamanya dia akan tersiksa sendirian tanpa mengerti arti berbagi perasaan dengan orang terdekat.

Mereka tak lagi bicara, hanya fokus dengan pikiran masing-masing.

Ruang tengah rumah minimalis Singto semakin senyap. TV yang semula menampilkan tayangan dokumenter hidup seekor singa di tengah hutan belantara sudah berganti layar hitam tanpa siaran. Baik Singto ataupun New tak ada berinistaif untuk melakukan aktifitas lain, mereka tetap duduk berseblahan di depan TV— saling diam, hingga keheningan itu semakin lama dan panjang.

Im Not Popular [COMPLETE]Where stories live. Discover now