PART 01

10.1K 266 14
                                    

Aku berdiri di sebuah bukit tempat perkemahan yang kosong, berdiri seorang diri dengan luka mendalam karena cinta ku telah hilang. Tempat ini, tempat yang sama seperti 1 tahun yang lalu kita bertemu. Pertemuan terahir namun romantis dan penuh cinta.
"Deni...." Gumamku menangis.
Angin berhembus meniup ke arah wajahku, mengerikan air mataku yang jatuh perlahan. Aku ingat bagaimana tatapan mu dulu, gaya bicara mu, semuanya masih tetap aku ingat. Aku ingat kata kata mu dulu sebelum pergi meninggalkanku seorang diri.
FLASHBACK
Aku dan Deni berciuman, sebuah ciuman hangat dan sexy. Tak lama ciuman itu dilepas secara perlahan, Deni tersenyum menatapku, wajah ku dan Deni saling berdekatan hanya terpisah beberapa cm meter. Deni kemudian memegang bibirku yang kecil.
"Manis...." Ucap Deni dengan senyum padaku.
"Hihi" Aku hanya tersenyum dengan dada berdebar, karena Deni pria pertama mencium bibir ku ini.
"Kamu gimana rasanya??" Tanya Deni padaku.
"Emh.... Basah... Asin... Juga gurih...." Jawabku dengan polos saat pertama kali melakukan hal itu bersama Deni.
"Haha...." Deni tertawa mendengar jawabku.
Wajah Deni dan Aku saat itu terasa bahagia sekali, Deni kemudian memeluk ku. Lalu mencium keningku.
"Pacar babang....." Gumam Deni setelah mencium ku.
Aku kemudian memeluknya balik dengan rasa bahagia, sangat sangat bahagia.
"Bukit ini jadi saksi kita...." Ucap Deni tiba tiba.
"Saksi apa??" Tanyaku.
"Sebuah saksi cinta kita yang sejati...." Ucap Deni dengan mencium tanganku.
"Emang gak akan selingkuh...??" Tanyaku dengan senyum.
"Aku gak akan, gak tau kalau kamu...." Ucap Deni dengan memegang tubuhku.
"Aku juga gak akan...." Jawabku dengan penuh keyakinan.
"Tapi...." Ucap Deni tiba tiba mengeluarkan kata tapi.
"Jika salah satu dari kita meninggal..." Ucap Deni menatap wajahku.
"Kita harus mencari cinta yang sama.... ya...." Gumam Deni padaku.
"Aku gak akan nyari...." Seru ku. "Lagian apaan, jangan ngomongin mati...." Gumamku kembali marah dan melepas pelukanku dan langsung duduk di rumput bukit. Deni tetap berdiri dan tersenyum.
"Babang kan cuman bilang jika... sayang...." Ucap Deni dengan duduk dihadapanku dan memegang wajahku.
"Gak.... babang gak akan tergantikan pokoknya...." Ucapku dengan menatap wajah Deni.
Deni tersenyum, "Babang cuman gak mau kamu hidup sendiri.... karena kita gak tahu sampai kapan hidup kita... kan...." Ucap Deni dengan serius.
"Iya sih...." Jawabku terdiam.
"Cari cinta babang, yang babang titip ke 1 orang di dunia ini.... seseorang yang akan menggantikan babang....." Ucap Deni yang seolah akan pergi meninggalkan ku selamanya.
"Lalu babang??" Tanyaku bingung. "Gimana hayo....??" Lanjutku.
"Aku nunggu kamu di ke abadian sana, surga kita berdua....." Ucap Deni yang membuat jantungku berdebar hebat, entah kenapa setelah Deni mengucapkan kata itu aku semakin takut.
Aku segera memeluk Deni dengan erat, aku gak mau di tinggalkan olehnya.
"Kenapa nangis.... hey.... pacar babang...." Gumam Deni padaku.
"Aku gak mau ditinggalkan babang..." Ucapku dengan bersembunyi di dada bidang Deni.
"Itu kan jika sayang, Babang gak akan ninggalin... dede Miftah kok...." Ucap Deni dengan mengelus elus rambut.
"Bohong... Babang mau pergi kan...." Ucapku dengan memeluk erat.
"Jangan asal ngomong ah...." Gumam Deni.
"Heem...." Aku hanya bersuara pelan.
"Lihat disana...." Tunjuk Deni padaku.
"Apaan.... itu cuman lembah... membentuk melekuk...." Seruku dengan melihatnya.
"Lembah itu berwarna...." Gumam Deni padaku.
"Gak berwarna.... juga...." Balasku.
"Lihat air.... berwarna biru, pohon pohon berwarna hijau serta matahari yang selalu berubah warna....." Ucap Deni.
"Apa hubungan nya ama kita.....?" Tanyaku pada Deni.
"Lihat lembah itu membentuk melekuk memeluk kita....." Ucap Deni dengan menuntuk Lembah yang memang mengelilingi kami berdua.
"Heem...." Ucapku mengganggukan kepalaku.
"Dua hati yang melebur jadi satu dalam kesucian cinta...." Lanjut Deni, yang baru aku sadar itu lagu BCL.
"Niru BCL...." Ucapku manyun.
"BCL niru babang...." Gumam Deni dengan mencolek hidungku.
"Aihh......" Ucap ku.
"Cinta kita akan seperti Habibie dan Ainun, cinta yang akan melukiskan sejarah menggelarkan cerita suka cita karena perjuangan cinta kita.... karena...." Ucap Deni yang saat itu menapa lembah tiba tiba menatapku.
"Cinta kita sejati...." Gumam Deni yang membuatku tersipu malu akan kata katanya.
FLASHBACK END
Air mataku kembali mengalir mengingat kenangan bersama Deni, dia satu satunya pria yang membuatku percaya akan cinta. Percaya akan sebuah kasih sayang yang ia berikan.
"Kenapa harus terjadi kecelaan itu...." Gumamku dengan menangis.
"Kecelakaan yang mengambil nyawa pacarku Deni....." Ucapku.
Deni, aku sudah mencari cinta yang kamu titipkan. Tapi tak ada, Leo kini meninggalkanku seorang diri. Dia pergi dengan wanita lain tanpa pamit, dia menganggapku seperti sampah. Leo jauh berbeda denganmu, lalu Angel. Dia hanya butuh uang dariku, padahal aku kira dia cinta yang kamu titip kan. Anggel malah mau menjual ku ke om om.
"Mereka semua bukan cinta sejati yang kamu titipkan..... Deni...." Ucap teriak di bukit seorang diri.
Aku mengusap air mataku.
"Deni, aku akan keluar kota di jakarta.... aku mendapat tawaran kerja di sebuah departemen store jadi kasir...." Ucap ku cerita di bukit sendiri.
"Aku akan mencari cinta sejatimu, kuharap engkau titipkan cintamu di sana...." Gumamku dengan menatap matahari.
"Jika aku bertemu, aku akan membawanya kesini... ke tempat favoritmu dan aku...." Seru ku kembali.
"Deni... tetaplah menjadi bintang dilangit.... agar kau membatuku mencari cinta sejati mu...." Ungkapku kembali.
"Aku pergi...." Gumamku terahir kali.
Aku berjalan meninggalkan bukit dengan sangat berat hati, hatiku terus saja menangis. Tapi aku harus kuat, aku harus bisa mencari cinta sejati yang dititikan Deni nanti di jakarta.
Aku sampai dirumah, mama menghampiriku.
"Jadi kejakarta??" Tanya mama padaku.
"Jadi... kan udah beres beres...." Jawab ku ke mama.
"Kirain...." Seru mama.
Aku mengambil tas ku, dan merapihkan pakaianku. Setelah rapi dan siap aku segera keluar rumah.
"Udah siap??" Tanya mama.
"Udah.... mah...." Jawabku.
"Hati hati dijakarta, cari kosan yang murah.... sok ku mama di doain. Lancar.... cari uang na...." Seru mama dengan mendoakan ku.
"Makasih ma...." Gumamku.
"Aku berakat ma..." Lanjutku bicara.
Dengan sebuah doa dan keberuntungan aku pun pergi ke jakarta menggukana bis. Dalam perjalanan pikiran ku tetap saja memikirkan Deni dan Leo, kenapa Leo tak seperti Deni.
'Apa aku akan bertemu lagi dengan Leo dijakarta?' Tanyaku dalam hati.
Sore hari aku sampai dijakarta, Aku segera mencari kosan di sekitaran cawang. Karena memang tempat kerja ku di daerah cawang. Agak susah mencari kosan yang murah, apalagi seorang diri. Bahkan aku hampir tertipu oleh maling, untung saja aku tahu dari gelagatnya.
Waktu hampir malam, tapi aku belum nemu kosan juga. Aku duduk di sebuah warung pinggir jalan.
"Bang air...." Gumamku.
"Ini den...." Ucap si bapak tua tukang warung.
"Dari mana den??" Tanya si bapak padaku saat aku minum.
"Dari kampung bang, lagi cari kosan.... yang murah...." Gumamku yang sudah stress.
"Oh.... di samping bapak ada kosan 1 mau gak 350 ribu... satu kotak.... kebetulan...." Tawar si bapak warung.
"Boleh tuh pak.... aduh kebetulan sekali.... pak...." Ucap ku pada bang warung yang tak sadar ku panggil pak.
"Ya udah mari den...." Ujar si bapak padaku.
"Warung bapak gimana??" Tanyaku.
"Itu ada istri saya....." Ucapnya.
"Oh... ok lah...." Aku langsung setuju.
Aku dan si bapak warung langsung ke tempat kosan, saat sampai kosannya tidak buruk. Bahkan menurutku lumayan, 1 ruangan dengan tiolet didalam. Serta banyak tetangga juga disampingnya.
"Gimana den?? Mau gak?" Tanya si bapak warung.
"Boleh pak saya ambil 1 ya...." Ucapku.
"Kalau mau ini kuncinya....." Si bapa warung memberikan kuncinya.
"Loh.... pemilik rumahnya mana pak??" Tanyaku.
"Saya den...." Jawabnya.
"Oh.... semua kosan ini.....??" Tanyaku kaget.
"Iya den.... ah... dari tadi..... dibilangin...." Ucap si bapak senyum senyum.
"Saya gak menyimak tadi pak.... haha..." Ucapku dengan senyum.
"Oh.... ya ini uang kosannya pak.... 400. 50 buat bapak.... udah baik sama saya...." Ucapku pada si bapak.
"Oh.... iya sama sama den. Itu kasur ama lemari udah ada tinggal pake aja...." Ucap Si bapak padaku.
"Sipp...." Jawabku.
"Ya udah bapak ke warung lagi...." Ucap Si bapaknya.
"Hati hati pak...." Gumamku, sibapak mengangkat jempolnya.
Aku masuk ke dalam kosan, segera aku rapihkan kamarku. Ku tata dengan rapih, ku masukan pakaian ku ke dalam lemari. Kurapihkan tempat tidur agar tidurku nyaman. Lalu kurebahkan tubuhku karena lelah hingga tak sadarkan diri terlelap tidur.
***
Pagi hari aku sudah siap siap dengan pakaian hitam putihku, karena dari perusahaan harus menggunakan hitam putih. Aku pakai sepatuku, lalu keluar dari kamar.
"Berangkat den...." Ucap si bapak warung ketika lewat depat kosanku.
"Iya pak... titip rumah...." Ucapku dengan senyum.
"Siap...." Seru si bapak kosan.
Aku langkahkan kaki dengan bismilah, berjalan ke sebuah tempat kerja yang aku inginkan. Tak lama berjalan, aku sudah sampai disebuah tempat perbelanjaan besar dijakarta mall. Aku masuk lewat pintu belakang, aku tahu karena tadi bertanya didepan. Saat sampai aku masuk ruang karyawan, banyak orang disana. Anak anak yang pake hitam putih baru seperti ku pu ada 5 orang.
"Hey... baru....??" Tanyaku pada si pria.
"Yap... Baim..." Seru Baim yang langsung mengenalkan dirinya.
"Miftah..." Ucapku mengenalkan diriku sendiri.
Saat asik mengobrol, dari pintu keluar, masuk kedalam seseorang yang aku kenal. Memakai jas dan dasi kantoran, dengan menggandeng seorang wanita cantik disampingnya.
"LEO..."
...
..
.
MIFTAH/LEO
TO BE CONTINUE

Wahhh cerita baru Reader?? Tenang Sandaran hati tetep ada kok. Gimana penasaran gak?? Kok leo bawa cewe ya... hem.....

KASIH TAK SAMPAI (boyxboy)Where stories live. Discover now