PART 12

2.1K 108 4
                                    

Aku menatap Leo dengan tatapan biasa aja. Tak lama setelah itu, sesuatu terjadi...
"DEKUSAY......." Om Ryan tiba tiba ada disampingku.
"Om Ryan....." Kagetku dengan wajah pucat sekarang, jantungku serasa mau copot. Dihadapanku kini ada dua orang yang mencintaiku.
Aku Menatap Leo dan Om Ryan, keduanya saling tatap satu sama lain. Tatapan keduanya terlihat sekali sebuah kebencian.
SREEK...
Om Ryan menyingkirkan bunga merah yang dipegang Leo dan dihadapanku. Leo menatap Tajam, namun ia terlihat menahan emosinya.
"Kamu gak cape?? Godain cowo orang??" Tanya Om Ryan dengan senyum sinis.
"Dia miliku...." Ucap Leo percaya diri, padahal belum tentu aku mau padanya.
"Lo cuman pelarian sementara Miftah..." Gumam Leo dengan menatapku seperti orang yang kehilangan akalnya.
BAAAKKKKKK
Om Ryan dengan spontan memukul Leo yang tengah senyum padaku.
"Jaga bacot lo..." Ucap Om Ryan dengan serius memukul kembali Leo.
BAK...
Leo yang ku pikir akan diam saja, ternyata enggak. Di justru ikut memukul Om Ryan
BAKKKKK
Leo memukul Om Ryan dengan kencang di bagian perut, hingga om Ryan terjatuh ke bawah. Lalu Leo memukul kembali bagian wajah Om Ryan, Om Ryan mencoba bangkit dan memukul balik.
Aku sendiri menatap keduanya.
"STOP... LEO OM..." Teriak ku pada dua orang yang sayang padaku.
"Om Ryan..... Please... stop.... sebelum orang orang datang...." Gumamku kuatir.
Karena kalau orang orang datang, terus mereka nanya kenapa?? Masa aku harus bilang merebutkan aku. Bisa bisa aku yang digebukin warga entar itu sama aja kaya aku bunuh diri dari jurang.
"Om.... Leo....." Panggilku tapi keduanya tak menghiraukan ku.
Aku melirik kiri dan kanan, dan...
PAK.....
Aku menepuk jidatku, orang orang mendekatiku Om Ryan serta Leo yang sedang saling pukul. Jantungku serasa mau berhenti.
'Gimana ini??' Tanyaku dalam hati seorang diri.
Orang orang makin dekat ke arahku, aku kini makin salting bingung dan malu. Lagian kenapa sih... nie orang malah berantem.
"Mas kok gak dipisahin??" Tanya seorang pria yang menghapiriku.
"Udah... tapi tetep aja pada ribut.... kaya anak sd..." Jawabku dengan menatap orang itu.
Tak lama Om Ryan dan Leo dipisahkan oleh bapak bapak dengan kekuatan mereka.
"Udah... udah...." Ucap salah satu bapa bapa.
"Ngapain ribut??? Apa yang diributkan??" Tanya Bapak bapak berkumis.
Deg.....
Pertanyaan gila itu ahirnya terjadi, sekarang apa yang akan Om Ryan dan Leo keluarkan. Jangan jangan....
"Saya...." Jawab Leo dengan menatapku.
"Apa.....??" Tanya Si bapak bapak seolah penasaran.
"Ah.... Dia...." Aku menujuk ke arah Om Ryan.
"Punya hutang ama Pria ini....." Lanjutku menunjuk arah Leo.
"Tapi, Dia gak punya uang...... dan malah nyolot.... kalau ditagih...." Gumamku bercerita.
"Biasa pak.... orang yang ngutang ama ngutangin, kan lebih garang yang ngutang...." Ucapku dengan senyum ke arah bapak bapak itu.
"Oh.... gitu...." Jawab Si bapak bapak itu.
"Mas... kalau punya hutang dibayar... ya.... dosa kalau gak.... jangan marah marah..." Ucap sibapak.
"Kasian orang yang ngutangin, niat nolong kok jadi kaya pengimis sama mas...." Lanjut si bapak itu dengan menceramahi Om Ryan. Padahal yang salah Leo, karena gak henti menggangguku.
"Iya pak.... " Jawab Om Ryan.
Om Ryan menatap wajahku, wajahnya seolah berkata ajak aku pergi dari sini malu.... Aku pun segera melalukan suatu hal.
"Pak... Saya mau nenangin dia dulu ya.... bapak tolong tenangin orang itu...." Ucapku menunjuk Leo.
Aku segera membawa Om Ryan berjalan ke arah depan, Aku dan Om Ryan berjalan ke sebuah pohon dan duduk di sana. Om Ryan terdiam disaat duduknya, aku membeli sebuah minuman ke arah samping. Lalu kembali dan memberikannya pada Om Ryan.
"Nih...." Seruku pada Om Ryan.
Om Ryan menatapku, tatapannya aneh. Lalu ia mengambil air putih dariku. Aku ikut duduk disamping Om Ryan.
"Kenapa kamu tadi pisahkan?" Tanya Om Ryan padaku.
"Jadi maunya apa?? Ribut gitu.... Sampai ada yang mati..." Ucapku dengan menghadap Om Ryan.
"Biarin aja aku yang mati...." Gumam Om Ryan padaku.
Aku menatap Om Ryan dengan tatapan aneh, Kami berdua terdiam satu sama lain.
"Kamu sayang sama Leo??" Tanya Om Ryan padaku tiba tiba.
"Aku..??? Leo???" Tanyaku dengan menggaruk telingaku.
"Aku gak suka sama Leo.... Om...." Gumamku pada Om Ryan.
Om Ryan tersenyum ke arahku.
"Tapi, aku juga belum suka Om...." Lanjutku dengan membuat Om Ryan heran.
"Kenapa??" Tanya Om Ryan padaku.
"Karena aku takut patah hati lagi, jadi aku minta om buktikan saja kalau sayang. Tunggu sampai aku mau...." Ucapku dengan menatap mobil mobil yang melaju.
"Aku siap menunggu, tapi kalau kamu dekat Leo... aku cemburu...." Ucap Om Ryan dengan mengungkapkan isi hatinya padaku.
"Aku ngerti...." Jawabku dengan senyum ke arah Om Ryan.
"Aku harap kamu gak balikan sama Leo Dekusay...." Ucap Om Ryan padaku.
"Kalau jodoh??" Tanyaku pada Om Ryan.
"Aku akan rubah jodoh itu, agar jodoh padaku...." Ucap Om Ryan padaku.
"Gak bisa lah...." Balasku sewot.
"Kenapa?? Jodoh bisa di ubah dengan kerja keras kita. Sama kaya nasib...." Gumam Om Ryan bercerita.
"Aku yang miskin bisa kaya dengan cara tidak mudah. Dan sekarang aku akan dapetin kamu dengan perjuangan...." Ucap Om Ryan padaku dengan serius.
'Pria ini....' Ucapku dalam hati. 'Sama seperti Deni dulu.... Deni tetep ingin aku jadi pacarnya. Walau banyak rintangan didepanku...' Lanjutku dalam hati.
'Dan kini... Orang didepanku ini, akan berjuang memilikiku.... Ucapannya terlihat tulus tak terlihat kebohongan dari wajahnya....' Gumamku dalam hati dengan senyum manis.
"Ya udah, buktikan aja...." Gumamku pada Om Ryan.
"Sekarang aku mau kerja ya...." Seru ku dengan bangkit dari duduk ku.
"Tunggu....." Ucap Om Ryan dengan menarik tanganku.
"Apa??" Tanyaku pada Om Ryan.
Om Ryan berdiri dan menatap ke arahku.
"Kenapa tadi kamu bilang aku ngutang??" Tanya Om Ryan padaku.
"Hehe....." Aku tersenyum sekarang.
"Kenapa senyum??" Tanya Om Ryan padaku.
"Aku tadi bingung.... masa mau bilang ribut gara gara rebutin aku om... bisa bisa entar aku yang dikeroyok... masa haha...." Gumamku dengan senyum.
"Iya juga sih.... ya udah lah....." Ucap Om Ryan padaku.
"Sana Kerja....." Gumam Om Ryan padaku.
"Iya...." Jawabku.
Aku berjalan ke arah kantorku kini, sesekali kulihat kebelakang. Om Ryan senyum padaku, dia benar benar pria yang baik. Didunia ini banyak sekali pria, namun kebanyakan playboy dan urakan. Adapun rapih dan bersih biasanya agak melengkung sedikit. Enggak laki maksudnya, sementara Om Ryan. Rapih, walau kata kata genit nya lumayan bikin aku tersenyum.
Sampai ditempat kerja, aku mensortir uang kassa ku. Setelah selesai aku merapihkan pakaianku.
"Mif... tolong ambilkan kresek di gudang ya..... Naik lift ya....." Ucap Teh Siti menyuruhku.
"Oh... Iya baik teh....." Jawabku dengan sigap.
Aku menaruh uang kassa ku di meja yang aman, aku segera mengambil troli untuk mengambil kresek yang agak banyak. Aku berjalan membawa troli melewati beberapa pakaian, sementra teman temanku sudah mulai buka kasa.
Aku masuk ke gudang, disana ada Lift, agak serem sih kelihatannya ditambah aku juga sendiri. Ditambah ada cerita tentang pembunuhan di Lift ini, akibatnya kadang kadang ada yang menangis. Pikiran ku kemana mana sekarang, ditambah dengar cerita ine kemaren ada yang ganggu lif nya mati ditengah tengah. Bulu kuduk ku makin menjadi.
"Lagi ngapain??" Tanya tiba tiba seseorang.
"Hah...... se...." Ucapku kaget, namun saat kulihat itu Leo.
Leo membawa beberapa berkas.
"Kok kaget??" Tanya Leo padaku.
"Gak biasa aja...." Jawabku dengan pura pura biasa aja, padahal jantung mau lepas dari badan. Andai yang ngomong bukan Leo, aku tadi bisa aja marah marah.
"Ngapain kesini??" Tanya Leo kembali.
"Ngambil kresek di ekspedisi...." Jawabku pada Leo.
"Oh.... Sama... aku juga mau ke ekspedisi minta berkas berkas yang kurang.... bareng aja ya....." Gumam Leo padaku.
"Gak sendiri aja...." Jawabku dengan angkuh dan sok berani.
"Yakin?? Hati hati loh...." Ucap Leo padaku.
Aku melirik kiri dan kanan, serta ke sudut sudut ruangan agak serem juga. Aku segera mendorong troli ku masuk ke lif, Pintu lif tidak tertutup otamatis. Harus dii tutup manual, karena memang bukan lif mahal juga. Hanya sebatas untuk naik turunin barang pintunya pake pagar transparan.
Lif mulai berjalan, ditengah tengah terdengan suara aneh...
KREKKKKKKKKK
Dash.....
Aku langsung lari memeluk Leo, aku tak peduli dia siapa. Aku benar benar takut sekarang. Rasanya seperti panas sekali.
"Kamu kenapa??" Tanya Leo padaku.
"Jangan ngganggu aku please....." Ucapku memohon.
"Haha...." Leo tersenyum terbahak bahak.
"Kamu nie... ada ada aja.... disini gak ada apa apa..... kali.... tadi suara Lif aja... emang gitu....." Ucap Leo dengan mengelus rambutku.
Aku melepas pelukanku dari Leo.
"Serius??" Tanyaku pada Leo.
"Iya...." Jawab Leo dengan senyum.
"Lif yang di ceritakan orang orang bukan Lif ini, tapi Lif toko sebelah....." Gumam Leo menjelaskan tentang cerita horor Lif yang ternyata Lif lain.
"Udah gak usah takut...." Seru Leo.
"Hem....." Jawabku dengan malu.
Tak lama aku sampai di ekspedisi, disana ada beberapa pak kresek untuk dibawa. Aku mengangkatnya satu persatu hingga selesai. Tak lama aku segera masuk kembali Lif.
"Hati hati lo...." Ucap Leo padaku.
Aku menatap Leo tajam, ketika mau menekan tombol Lif aku ragu. Karena tetap aja masih takut. Tapi mau gak mau, aku tekan aja dengan mengucap...
"Bissmilah...."
Tak lama Lif pun sampai di lantai 3, aku segera keluar dan mendorong troli yang ada. Aku cepat cepat mendorong keluar ruangan Lif, aku melewati baju baju yang dijual kembali. Hingga tak lama sampai di ruangan teh siti kembali.
"Ini teh..." Ucapku membuka suara.
"Naikin ke atas... ya.... beresin aja...." Gumam teh siti padaku.
"Siap teh...." Jawabku dengan sigap.
Aku segera membaw keresek ke sebuah ruangan, aku rapihkan ada yang dibagian atas dan bawah serta tengah. Kekuatan ekstra aku keluarkan, serelah rapih aku keluar ruangan.
"Udah selesai... teh...." Gumamku pada Teh Siti.
"Ya udah makasih yah...." Balas Teh Siti.
Aku mengambil uang kassa ku, Aku kembali berjalan ke arah ruangan area kerja. Namun ku pergi ke kamar mandi untuk merapihkan pakaianku, Leo ada disana sedang bercermin.
"Hei...." Sapanya padaku.
Aku balas dengan senyuman saja. Tak ada pembicaraan, karena memang aku pun malas. Aku basuh wajahku, setelah selesai aku ingin keluar. Namun Leo pun ingin keluar bersamaan. Hingga ahirnya aku dan Leo keluar bersamaan.
"LEO... ngapain dikamar mandi dengan Si Miftah??" Tanya Ochi yang ternyata sudah didepan toilet.
...
..
.
MIFTAH/LEO/OCHI
TO BE CONTINUE
Gimana nih Reader KASIH TAK SAMPAI ceritanya?? Komentar ya :)

KASIH TAK SAMPAI (boyxboy)Where stories live. Discover now