PART 06

2.5K 134 0
                                    

Om Ryan berjalan ke arahku dan melihat Leo.
"KAMU....." Gumam Om Ryan.
Leo tersenyum sinis, entah apa yang akan terjadi sekarang. Aku menatap Leo dan Om Ryan, keduanya saling tatap dengan wajah tak ramah. Aku bingung dengan keadaan ini sekarang.
"Kenapa kamu kemari??" Tanya Om Ryan pada Leo dengan tanpa senyum.
"Aku akan membawa Miftah... keluar dari rumah ini...." Seru Leo dengan percaya diri, padahal belum tentu aku mau.
"Oh... ya...??" Tanya kembali Om Ryan
"Ya... dan akan ku jauhkan dari Om Om genit kayak lu...." Gumam Leo dengan tak sopan menunjuk nujuk Om Ryan.
"Ya udah tanya aja Miftah... nya mau gak? pergi ama mantanya...." Ucap Om Ryan dengan serius.
"Mif... ikut... aku... please... aku masih sayang kamu...." Ucap Leo dengan memohon padaku.
"Gak...." Jawabku singkat.
"Miftah... dia ini om om playboy... kamu percaya sama aku, dia akan nyakitin kamu...." Ucap Leo dengan menuduh Om Ryan playboy, padahal diri sendirinya lebih playboy dan pernah menyakitiku.
"Apa bedanya sama kamu....??" Tanyaku dengan langsung ke belakang Om Ryan.
"Lihat.... dia memilih siapa??" Tanya Om Ryan dengan meletakan tanganya di dada.
Leo menatap tajam Om Ryan serta sinis.
"W akan rebut Miftah kembali...." Gumam Leo pada Om Ryan.
Leo langsung pergi dari tempatnya berdiri, tanpa pamit dengan tidak sopan. Om Ryan menutup pintu, lalu membalikan badannya ke arahku. Dia menatapku yang sedang keningungan.
"Kamu kenapa??" Tanya Om Ryan padaku.
"Gak apa apa" Jawabku singkat.
"Kalau kamu masih suka sama orang itu kejar aja...." Gumam Om Ryan padaku.
"Jangan pernah menyiksa hatimu sendiri, karen rasanya itu tidak enak...." Lanjut Om Ryan dengan memegang pundak ku.
"Aku gak akan pernah kembali sama dia Om, dia sudah punya kekasih dan pernah menyakiti saya. Tak ada alasan untuk saya kembali padanya...." Gumamku dengan penuh keyakinan.
Om Ryan tersenyum padaku, entah apa yang dia tertawakan.
"Aku mau mandi dulu...." Gumamku dengan pamit pada Om Ryan.
"Ya udah...." Jawab Om Ryan padaku.
Aku pun pergi ke toilet untuk segera mandi, selesai mandi aku segera memakai seragamku. Lalu pergi ke luar, kulihat Om Ryan juga sudah rapih entah mau kemana.
"Mau kemana??" Tanyaku dengan menatap pakaian Om Ryan.
"Nganterin kamu....." Jawab Om Ryan padaku.
"Gak usah... Om Ryan kan lagi sakit..." Ucapku dengan meraba wajah Om Ryan untuk cek demamnya semalam.
"Enggak... aku udah sembuh... yu... berangkat...." Ajak Om Ryan dengan menarik lenganku ke mobilnya.
Sampai depan mobil, aku pun masuk. Begitu pun dengan Om Ryan, ia juga masuk ke dalam. Tak lama mobil pun berjalan, tak kencang namun tak juga lambat. Dalam perjalanan Om Bercerita tentang hidupnya sedikit.
"Aku ingin jujur sama kamu...." Ucap Om Ryan dengan menyetir ke arah depan.
"Jujur soal apa??" Tanyaku dengan menatap Om Ryan.
"Aku mau kamu nerima aku apa adanya nanti...." Seru Om Ryan padaku.
"Hemmm...." Jawabku.
"Aku ini dudu...." Seru Om Ryan yang tak membuatku kaget, karena semalam aku sudah menebaknya.
"Aku bercerai dengan istriku 1 setengah tahun yang lalu..." Ucap Om Ryan padaku.
"Kenapa cerai??" Tanyaku pada Om Ryan.
"Biasa, karena materi..." Seru Om Ryan yang membuatku bingung, karena yang aku tau Om Ryan tidak kekurangan rumah besar mobil bagus pakaian bagus.
"Loh... Om kan kaya...? Kok bisa karena materi..." Tanyaku dengan heran atas jawaban Om Ryan tadi.
"Itu sekarang... kamu gak tau aja dulu om gimana....!!" Seru Om Ryan padaku.
"Memang gimana dulu Om??" Tanyaku dengan menyimak pembicaraan.
"Dulu.... hidup ku sama mapan nya seperti sekarang, mobil rumah hingga jet pribadi aku punya. Sekarang sih aku belum kembeli Jet pribadi, Lalu aku menikah dengan istriku...." Gumam Om Ryan bercerita.
"Lalu..." Ungkapku pada Om Ryan.
"Awal pernikahn biasa aja, Istriku selalu belanja tiap hari ke mall. Tapi tak apa menurutku, toh uangku bisa mencukupi itu.... namun..." Gumam Om Ryan padaku.
"Setengah bulan berlalu, perusahaan ku bangkrut. Lebih tepatnya ada yang mengambil semuanya. Mobil rumah jet pribadi karir ku pun harus hancur dengan fitnah han seseorang, hingga aku dan Istriku harus hidup di rumah kotak kecil...." Gumam Om bercerita, aku dengan senang mendengarkannya.
"Terus...." Gumamku pada Om Ryan.
"Istriku tiap hari mengeluh, padahal aku sudah mati matian cari uang. Hingga setengah bulan berlalu aku mampu membeli apartemen kecil 1 petak.... aku bersyukur atas apa yang kudapatkan. Namun, berbeda dengan istriku. Ia tetap saja marah marah kurang uang lah... masakan itu mahal mahalah.... padahal setiap hari ku beri 50.000 ribu memang berbeda sekali dengan di awal 2 juta sehari..." Ungkap Om Ryan.
"Waw....." Aku tak bisa berkata kata mendengar uang 2 juta perhari.
"Namun ya... namanya hidup, gak selamanya diatas kan. 1 bulan kemudian, istriku memberi surat cerai..." Ungkap Om Ryan padaku.
"Om setujui??" Tanyaku pada Om Ryan.
"Awalnya enggak... Aku mati matian menolak dan mempertahankan rumah tangga ku, namun ia sering memaki ku. Laki laki gak guna lah apa lah.... pria tak punya otak lah.... hingga sebuah kata kata terahir... yang ia ucapkan..." Gumam Om Ryan padaku.
"Apa itu??" Tanyaku dengan penasaran.
"Istriku akan jadi pelacur jika tak disetujui bercerai...." Gumam Om Ryan dengan serius.
"Sampai segitunya ya Om...." Gumam ku agak tersentuh hatiku.
"Dan ya ahirnya aku kabulkan permintaannya, hingga kami resmi bercerai..." Ucap Om Ryan.
"Lalu setelah itu Om...." Gumamku bicara.
"Aku tinggal diapartemen ku sendiri, aku sering melihat istriku dengan lelaki lain yang lebih kaya. Tapi tak ku hiraukan, hidupku beberapa tahun terasa kelam... namun 4 tahun berlalu, karirku kembali bersih. Walau usaha ku belum seperti dulu tapi karir ku saja itu sudah cukup...." Ucap Om Ryan padaku.
"Gimana Om Ryan bisa seperti sekarang??" Tanyaku dengan menatap Om Ryan.
"Ada kakek kakek yang menyarankan Om Bisnis kembali, Lalu aku turuti dan well hasilnya lumayan perlahan lahan keuangan ku bisa kembali normal. Meski tak kaya dulu tapi ya... hidup ku lumayan enak, apa yang ku mau bisa ku beli. Hingga tahun ke tahun cabang cabangku terus di buka.... hingga sekarang kamu bisa lihat sendiri lah...." Gumam Om Ryan padaku.
"Kenapa tidak nikah lagi??" Tanya ku pada Om Ryan.
"Hah... belum ada ya cocok.... tapi sekarang udah ada...." Seru Om Ryan padaku.
"Siapa??" Tanyaku penasaran.
"Orangnya manis, sexy, senyumnya indah... matanya penuh cinta...." Gumam Om Ryan membuatku makin penasaran.
"Siapa dia??" Tanyaku kembali.
"Orang yang sedang menatapku..." Jawab om Ryan padaku.
"Hehe.... Tunggu Om...." Ucapku tersenyum tapi dengan kata tunggu, karena ada sesuatu hal yang ingin ku tanyakan pada Om Ryan.
"Om kan Normal... bukan gay?? Apa om emang gay dari awal...??" Tanyaku dengan penasaran.
"Dari awal emang gay, bahkan di awal aku udah punya pacar BF. Tapi, yah... namanya Boty... dia cari yang gede lincah gedong gitu... supaya oblak.. kali...." Ucap Om Ryan dengan kata kata anehnya.
"Oblak... gedong??? Itu apa Om??" Tanyaku agak bingung.
"Hah... lupakan aja...." Gumam Om Ryan padaku.
"Emh... haha...." Aku tersenyum riang mendengar kata kata Om Ryan yang agak aneh.
"Berapa lama bfan Om??" Tanyaku.
"Bentar.... gara gara punya ku kecil...." Ucap Om Ryan.
"Emh.... sekarang masih kecil...??" Tanyaku pada Om Ryan.
"Emh... gimana ya.... langsung rasain aja deh mau gak....?" Tanya Om Ryan padaku.
"Gak..." Jawabku sensi.
"Katanya tadi nanya...." Ucap Om Ryan padaku.
"Udah lah...." Gumamku.
"Sekarang gimana istri Om?? sama BF om??" Tanyaku pada Om Ryan.
"Mereka masih ngejar Om.... cuman Om Pindah rumah, jadi mereka gak tau Om dimana..." Ucap Om Ryan padaku.
"Kenapa ngejar Om??" Tanyaku.
"Minta balikan... setelah... Om kaya lagi... hah...." Gumam Om Ryan pàdak.
"Udah sampai..." Gumamku yang baru sadar sudah sampai depan kantor.
"Emmm... Om..." Panggilku pada Om Ryan.
"Yah...." Jawab Om Ryan padaku.
"Apartemen Om di kosin gak??" Tanyaku pada Om Ryan.
"Kenapa kamu mau??" Tanya kembali Om Ryan padaku.
"Kalau boleh sih....." Gumamku dengan menggaruk kepala.
"Boleh... nanti Om beresin dulu... ya...." Seru Om Ryan padaku.
"Siip kalau gitu..." Gumamku.
Aku keluar dari mobil, ku tutup pintu mobil. Lalu tersenyum pada Om Ryan, Om Ryan pun tersenyum padaku. Tak lama Om Ryan pamit, aku segera masuk ke dalan tempat kerjaku.
Seperti biasa hal setiap hari ku lakukan sama saja, tak ada bedanya. Hingga sore hari pun tiba, sebelum tutup aku melayani satu konsumen tanpa melihat wajahnya.
"Selamat Sore... dengan Miftah.... barangnya 1 diskon 25 % ya...." Gumamku dengan menjelaskan barang yang dibeli konsumen. Barangnya sebuah jaket, dengan harga lumayan mahal.
"Iya... tolong nanti kamu pakai ya....!!" Ucap si konsumen yang membuatku kaget, ahirnya ku lihat orang itu. Ternyata dia..
"Om... Ryan...." Gumamku kaget.
"Jaketnya nanti pakai... aku tunggu diluar.... berapa harganya??" Ucap Om Ryan dengan menanyakan harga.
"499.900 Pak...." Gumamku tetap profesional berbelanja.
"Pake debet bisa??" Tanya Om Ryan.
"Gak bisa... pake cashhh..." Gumamku ingin mengunji si Om Ryan.
"Oke... ini..." Ucap Om Ryan menberikan uang 500 ribu.
"Kembaliannya buat kamu... aja...." Gumam Om Ryan menbuatku emosi.
"Cuman 100 perak... ambil aja...." Seruku jutek.
"Bawa ni jaket...." Ucapku kembali padanya.
"Ya udah kalau gak mau..." Gumam Om Ryan padaku.
"Lihat mbak... di kasih jaket... setengah juta masih nolak... aneh ya..." Gumam Om Ryan pada teh Irmi lawan sip ku.
"Hehe..." Teh Irmi hanya tersenyum.
"Ini barangnya terima kasih sudah berbelanja...." Gumam Ku dengan emosi.
Om Ryan tersenyum ke arahku, lalu pergi ke luar. Sementara aku, langsung beres beres untuk pulang. Aku segera menghitung uang kas ku yang kudapat kurang lebih 2 juaan.
"Mif...." Panggil teh Irmi padaku.
"hemmm..." Jawabku.
"Kenapa gak di ambil?? Jaketnya...." Tanya Teh Irmi.
"Gak cocok..." Jawabku.
"Ih... padahal ambil jaket mahal, gak apa apa jang teh irmi...." Gumam Teh Irmi padaki.
"Haha...." Aku tersenyum.
"Iya gak barudak..." Seru teh Irmi ke anak anak yang lain yang sedang PKL.
Setelah selesai membereskan uang dan ngobrol bareng teh irmi, aku ke ruang karyawan, ku setorkan uang kassa ku. Setelah di konfir tak ada yang kurang, aku dan rekan rekan pamit pulang.
Aku kelantai 1 untuk keluar, sampai di pintu. Om Ryan dengan mobilny sudah berdiri didepan sana.
"Hei...." Seru Om Ryan ketika ku hampiri.
"Hem...." Jawabku.
"Ni... pakai mau hujan...." Gumam Om Ryan padaku.
"Makasih... tapi ini kemahalan, aku biasa yang 60 ribu..." Seru ku menolak.
"Biasakan pakai yang mahal mulai sekarang...." Gumam Om Ryan dengan memakaian kan jaket.
"Udah masuk mobil...." Ucap Om Ryan.
Aku pun masuk, tak begitu lama Om Ryan pun masuk.
"Kita ke apartemen..." Ucap Om Ryan membuatku tersenyum merekah.
"Sekarang??" Tanyaku.
"Iya" jawab Om Ryan padaku.
Aku dan Om Ryan pun menuju apartemen, lumayan agak jauh sih dari tempatku bekerja. Tapi, gak apa apa couse masih suport busway yang lumayan murah. Tak lama Aku sampai disebuah gedung pencakar langit yang sudah terlihat agak tua. Namun banyak orang orang didalamnya, ricuh sana sini.
Aku dan Om Ryan masuk ke dalam, naik menggunakan Lift. Hingga sampai dilantai 7, Om Ryan mengajak ku masuk ke dalam ruangan nomor 47. Setelah masuk ruangan masih kosong hanya ada 1 kasur didalamnya.
"Gimana cukup gak??" Tanya Om Ryan padaku.
"Cukup Om..." Jawabku.
Aku berjalan, tak sengaja aku terjatuh ke kasur. Om Ryan pun mengikuti ku, hingga kami saling tindih dengan berhadap hadapan di kasur.
"Om...." Panggilku.
"Hem...." Jawab Om Ryan dengan kami saling tatap satu sama lain.
"Ada yang keras dibawah.....
...
..
.
MIFTAH/RYAN
TO BE CONTINUE
GIMANA READER?? PENASARAN LANJUTANNYA GAK??
STAY SENIN YA... :* :*

KASIH TAK SAMPAI (boyxboy)Where stories live. Discover now