Regret

1K 124 8
                                    

Di tempat lain..

Suara alarm membuat Doyoung terbangun dari tidurnya. Tapi.. tunggu sebentar, seingatnya tadi masih berada dikantor? Kenapa ada bunyi alarm? Batinnya lalu dengan cepat membuka mata.

"Ya Tuhan! Si bodoh itu kenapa tidak membangunkanku malah meninggalkanku begitu saja? Kenapa dia begitu bodoh? Aku bisa gila kalau begini. Jam 12 malam? Yang benar saja? Siapa lagi orang gila yang memasang alarm jam 12 malam? Demi Tuhan Johnny aku akan menyembunyikan semua bonekamu, tunggu saja!", Ocehnya sambil membereskan berkas yang masih berserakan dimejanya.

Kau tidur nyenyak sekali, aku tak tega membangunkanmu. Kalau kau sudah bangun cepatlah pulang, tak usah mengikutiku. Istirahatlah dirumah.
Ps: aku yang memasang alarm jam 12 :p

Ps: hati-hati dengan suara aneh.

Sebuah post note berwarna biru muda kesukaan Johnny dengan tulisan tangan khasnya yang begitu rapi. Tapi sayangnya kertas cantik itu malah menjadi sasaran kekesalan Doyoung.

"Tidak tega? Tidak tega your ass!! Johnny Seo tunggu saja kau!", teriaknya kesal, yang benar saja tengah malam di tinggal dikantor sendirian? Tidak, Doyoung bukan takut hanya saja dia memilih untuk dibangunkan daripada ditinggal begini. Tak lama terdengar suara pintu berderit yang membuat Doyoung sedikit merinding. Oke dia akui dia sedikit takut sekarang.

"Hmm?", Terdengar suara sedikit cempreng yang gemetaran. Bukan, itu bukan suara Doyoung, melainkan suara dari balik pintu yang terbuka sedikit tadi.

Doyoung tak menjawab, ia merasa tubuhnya semakin kaku, dia tarik kata-katanya tadi, dia saat ini sedang takut. Tapi dia memutuskan untuk mendekat ke sumber suara secara perlahan..
Detik berikutnya pintu terbuka secara mendadak dan, "Waaaaaaaaaaaaaaaaaa! Setan! Aaaaaaaa!", Teriak dua orang yang kini saling berhadapan didepan itu.

Doyoung membuka matanya yang terpejam untuk melihat siapa yang berdiri didepannya, "Yaaaaaa! Ten! Sedang apa kau disini? Ini kan sudah malam? Kau sengaja ya menakutiku?", Teriaknya, meski begitu kakinya melemas dan membuatnya terduduk dilantai sama seperti orang yang kini dihadapannya.

Lelaki bertubuh lebih kecil itu berdecih, "Ugh aku kira Johnny hyung, ternyata si kelinci galak, ya sudah aku pulang saja. Padahal tadi aku sengaja lembur karena lampu ruangan ini masih dinyalakan", dengan cepat dia berdiri tanpa memperdulikan wajah kesal Doyoung. "Kau kira aku tak dengar kau tadi mendecih hah? Pulang sana! Memangnya siapa yang mau ditemani kau? Dasar gila! Johnny hyung tidak akan tertarik padamu", cercahnya kesal. Tidak.. dia bukan sedang kesal tapi memang dia dan Ten bukan seseorang yang bisa dibilang teman baik. Ralat lagi, lebih tepatnya Doyoung memang selalu marah-marah dengan siapapun termasuk Johnny.

Setelah kepergian Ten yang menjadi fokusnya sekarang adalah Johnny, tidak seharusnya dia melewatkan mengawasi Johnny, lelaki itu bisa berbuat hal gila apa saja jika tidak diawasi dengan benar. Doyoung bergegas menuju mobilnya, dia tau kemana lelaki itu pergi. Dia juga tau tak seharusnya dia meninggalkan Johnny sendiri.

"Bisa mati aku kalau ada yang tau aku tidak mengawasinya. Aduh kenapa juga aku sampai tertidur begitu? Tapi salahkan Johnny juga kenapa dia tidak membangunkanku? Lagipula wajar dalam satu tahun sekali aku tertidur dikantor. Pekerjaanku kan sangat banyak. Aduh tapi bagaimana ini? Semoga saja dia masih disana", Doyoung mengoceh sendiri tanpa henti selama perjalanannya.

Sayangnya yang diharapkan berbeda, tak ada lagi Johnny yang biasa duduk termenung di halte bus itu. Dia sudah pulang? Batin Doyoung. Dia mengambil ponselnya lalu menelpon seseorang, "Apa Tuan Seo sudah sampai?", Tanya nya sopan.

Goodbyes aren't Foreverحيث تعيش القصص. اكتشف الآن