Secret # 4

3.6K 572 14
                                    

Yeonsa berlari tergopoh-gopoh sepanjang koridor seusai mata kuliah Profesor Park siang itu. Profesor satu-satunya yang hobi sekali memperpanjang mata kuliah komunikasi bisnis karena terlalu asyik bercerita. Baginya, mengajar dengan metode bercerita tentang pengalaman orang lain itu lebih efektif ketimbang hanya terfokus pada materi di buku.

Hasilnya, Yeonsa terlambat mengikuti rapat pertama divisi promosi dan iklan untuk acara amal fakultas. Kalau saja sang koordinator divisi tidak mengancamnya dengan ancaman aneh-super-mengerikan sejenis mentraktir seluruh anggota divisi yang berjumlah sekitar lima orang itu, Yeonsa tidak akan sepanik ini berlari.

Senior bernama Kim Taehyung itu memang benar-benar mengerikan. Bolehkah ia mengadu pada Kim Namjoon untuk berganti divisi saja? Rasanya sangat membuat perutnya mual. Sejak awal Yeonsa memang sudah merasakan aura aneh-mengerikan dari seniornya yang satu itu.

Di saat divisi lainnya mengadakan rapat di area kampus yang mudah diakses, seperti taman, ruang kelas yang kosong atau selasar sepanjang koridor gedung perkuliahan, Kim Taehyung justru mengadakan rapat divisi mereka di kafetaria kampus. Pantas saja ancamannya harus mentraktir bagi yang terlambat.

Yeonsa celingukan mencari sosok pria berponi itu. Tidak ada. Lalu di mana? Yeonsa beralih ke bagian luar kafetaria yang terkena sinar matahari. Sosok itu ada di sana dengan jaket merahnya. Sedang duduk bersama Jungkook yang tiba lebih dulu.

"Maaf, aku baru saja keluar dari kelas Profesor Park," ujar Yeonsa dengan napas tersengal begitu tiba di hadapan mereka.

Kim Taehyung menatapnya sekilas dengan mata yang nyaris menyipit karena sinar matahari membuatnya silau.

"Terlambat sepuluh menit. Traktir kami," ujarnya dengan ekspresi datar.

Refleks Yeonsa melongok layar ponselnya untuk memastikan apakah benar selama itu ia terlambat. Benar saja. Terlambat sepuluh menit. Bahu Yeonsa terasa seperti melorot. Hatinya mencelos. Sungguh benar-benar seniornya yang satu ini.

"Apa pun kan?" tanya Yeonsa lemas seraya meletakkan tas dan ponselnya di atas meja.

"Apa pun, selain jus alpukat. Aku tidak suka alpukat," sahut Taehyung.

"Kau?" tanya Yeonsa kepada Jungkook.

"Kau tahu kan apa yang paling kusuka?" Jungkook tersenyum, memperlihatkan gigi depannya yang seperti gigi kelinci.

Sepeninggal Yeonsa, Jungkook pamit ke toilet. Sehingga ketika Yeonsa kembali, hanya ada Taehyung sedang serius memainkan ponselnya.

Yeonsa duduk dengan canggung sementara bola matanya menari ke sana kemari mencari sosok Jungkook atau anggota divisi lainnya. Ia merasa jengah hanya berdua dengan Taehyung yang saat itu bahkan bersikap seolah tidak menyadari keberadaan Yeonsa di sana.

"Ke mana yang lain, sunbae?" tanya Yeonsa pada akhirnya memberanikan diri buka suara.

"Seleksi alam," jawab Taehyung acuh tanpa mengalihkan atensinya dari layar ponsel. Entah apa yang sedang dilakukannya.

"Seleksi alam?" Yeonsa mengernyit keheranan.

"Kau tidak pernah belajar Biologi atau Sosiologi?" tanya Taehyung dengan senyum simpul saat melihat wajah Yeonsa yang kini melongo.

Ah, benar juga. Bukankah dalam setiap komunitas akan selalu ada seleksi alam? Di mana seseorang atau makhluk hidup yang tidak bisa bertahan dengan lingkungan sekitarnya akan otomatis tersisih atau berguguran sebelum waktunya? Yang kuat bertahanlah yang akan mencapai garis akhir. Itu seperti sebuah hukum alam yang tak terbantahkan.

Saat awal koordinasi, setidaknya ada tujuh orang yang bergabung di divisi promosi dan iklan. Sekarang, hanya tinggal tiga orang. Cepat sekali mereka berguguran.

[Sudah Terbit] Secret Admirer ✓Where stories live. Discover now