Secret # 8

2.8K 534 16
                                    

Yeonsa memasukkan beberapa bungkus ramyun ke dalam keranjang belanjaannya. Sebelumnya ia juga memasukkan beberapa roti juga selai untuk persediaan sarapan beberapa hari ke depan. Ia harus lebih berhemat.

Dilongoknya suasana di luar minimarket. Masih hujan. Tepat begitu Yeonsa tiba di sana beberapa saat yang lalu, hujan turun lumayan deras dan ia tidak membawa payung. Terpaksa ia harus menunggu hujan reda untuk pulang.

Ia memutuskan untuk memakan satu cup ramyun di minimarket itu karena perutnya sudah melilit minta diisi. Awalnya sih ia ingin beli jajangmyeon di kedai langganannya yang terletak di ujung jalan. Namun, apa daya perutnya tidak bisa diajak menunggu.

Setelah menyeduh ramyun-nya, ia berjalan ke arah meja yang sengaja disediakan minimarket untuk pengunjung. Meja itu menghadap ke sebuah jendela kaca besar yang memperlihatkan pemandangan jalanan terguyur hujan di luar sana. Beberapa orang tampak berlalu lalang menggunakan payung.

Di meja itu ada seorang pria yang juga sedang duduk menikmati semangkuk ramyun sambil sesekali menatap layar laptopnya. Begitu Yeonsa duduk di sebelahnya, pria itu menoleh.

"Im Yeonsa?" sapanya ragu.

Yeonsa menoleh dan seketika napasnya serasa berhenti saat menyadari siapa pria yang sedang duduk di sebelahnya itu. Pria itu tersenyum begitu tatapan mata mereka bertemu, memperlihatkan kedua lesung pipi di wajahnya yang terlihat begitu manis.

"Su-sunbae?" gumamnya terbata sambil sedikit merundukkan kepalanya lalu memalingkan wajah tanpa sedikit pun berani mendongakkan wajahnya lagi.

"Kau habis berbelanja?" tanyanya ramah.

"Y-ya," jawab Yeonsa seadanya. Tangannya sedang gemetaran membelah sumpit hingga sumpitnya jatuh menggelinding ke lantai dan berhenti tepat di bawah kaki Namjoon.

Gadis itu meringis dan merutuki kebodohannya dalam hati. Bahkan rasanya ingin melemparkan dirinya saja ke dalam kolam yang dingin. Kenapa sih ia selalu tampak bodoh di depan Namjoon? Kenapa tidak bisa seperti gadis-gadis lain yang pandai menebar pesona di hadapan orang yang disukainya?

"Ini." Namjoon memberikan sumpitnya pada Yeonsa.

Gadis itu gelagapan seolah baru saja ditarik paksa dari air kolam yang dingin.

"Te-terima kasih." Yeonsa menundukkan kepalanya lebih dalam kali ini. Ia bahkan menutupi kepalanya dengan hoodie jaketnya  dan memulai makan ramyun-nya tanpa suara.

Ia sungguh sangat malu.

Yeonsa makan dengan sangat pelan karena tidak ingin menimbulkan suara sepelan apa pun saat makan. Sungguh bukan dirinya, tetapi ia bertekad tidak boleh terlihat bodoh lagi di depan Namjoon.

"Kau tidak apa-apa?" Namjoon tiba-tiba bertanya karena melihat Yeonsa yang kepalanya tenggelam di dalam hoodie jaket, sementara ia makan dengan sangat pelan.

Bukannya menjawab, Yeonsa justru tersedak saking terkejutnya karena Namjoon kembali mengajaknya bicara.

"Cepat minum ini," ujar Namjoon yang terlihat panik lalu tanpa sadar memberikan cappucino-nya pada Yeonsa.

Terlalu fokus pada rasa sakit yang diakibatkan oleh tersedaknya, Yeonsa tidak terlalu memperhatikan apa yang disodorkan oleh Namjoon. Ia hanya paham kalau Namjoon menyuruhnya untuk meminum itu.

Setelah minum beberapa teguk dan rasa sakit di tenggorokannya berangsur mereda, ia baru menyadari sesuatu. Ia meminum cappucino yang sebelumnya sudah diminum Namjoon. Mereka minum dari sedotan yang sama.

Mengetahui kenyataan itu, tiba-tiba sensasi rasa menyesakkan kembali terasa di tenggorokannya. Lalu tanpa sadar Yeonsa menelan ludahnya dengan kasar.

"Ah, maaf." Tiba-tiba Namjoon angkat bicara lalu meminta maaf. Membuat Yeonsa refleks menoleh padanya.

"Aku terlalu panik. Jadi, memberikan cappucino yang sudah kuminum. Tukar saja, ya. Ini masih baru." Namjoon menyodorkan cup cappucino yang masih penuh. Saat itulah Yeonsa menyadari kalau Namjoon punya dua cup cappucino.

"Eh, tidak usah, sunbae. Yang ini saja tidak apa-apa," sergah Yeonsa merasa tak enak.

Sedetik kemudian mereka terdiam dan saling pandang, seolah sedang mencerna kalimat Yeonsa barusan. Beberapa detik berikutnya Yeonsa baru menyadari ucapannya. Tidakkah kalimatnya terdengar seperti ia menginginkan bekas minum Kim Namjoon? Tidakkah itu terdengar memalukan?

Bolehkah Yeonsa menghilang saja dari tempat itu sekarang? Apalagi waktu ia melihat Namjoon menggaruk tengkuknya dengan canggung.

"Maksudku, sunbae tak perlu memberiku minum lagi." Yeonsa berkata cepat hingga Namjoon tampak mengerutkan dahinya untuk mencerna kalimat Yeonsa barusan.

Selang beberapa detik, Namjoon pun tertawa. Entah apa yang ditertawakannya. Namun, dengan sangat bodohnya Yeonsa malah justru ikut tertawa.

"Rasanya aneh kalau kita jadi canggung begini," gumam Namjoon. "Jangan terlalu canggung padaku, oke?"

Kalimat Namjoon itu terasa seperti memperpendek jarak mereka yang sebelumnya terasa seperti jutaan mil jauhnya. Yeonsa pun tersenyum.

Setelah meletakkan cup cappucino di meja, Yeonsa merogoh kantung belanjaannya dan meraih sebotol air mineral besar yang dibelinya tadi. Diteguknya air itu dengan cepat hingga berkurang hampir seperempatnya. Namjoon yang melihat hal itu sampai ikut menelan ludahnya tanpa sadar.

Terdengar Yeonsa bernapas lega setelah menyelesaikan tegukannya. Setelah menutup kembali botol air mineralnya, ia terdiam sejenak dan kembali ingat kalau di sebelahnya ada Namjoon. Ia pun menoleh perlahan dan menemukan Namjoon masih menatapnya tak berkedip. Ekspresi wajahnya tampak melongo.

Merasa kondisi jadi kembali canggung, Yeonsa melirik pemandangan di luar sana. Hujan deras telah berubah menjadi gerimis kecil. Sepertinya tidak akan terlalu basah kalau nekat menerobos. Setidaknya itu lebih baik jika harus terus bertingkah konyol di depan Namjoon.

Gadis itu bergegas menggamit kantung belanjaannya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memegang cup ramyun yang baru seperempatnya ia makan.

"Kau sudah mau pulang?" tanya Namjoon melihat Yeonsa bersiap-siap pergi.

"I-iya," jawab Yeonsa terbata.

"Kau bawa payung?" tanya Namjoon seraya melirik ke luar. Sepertinya sedang memastikan apakah di luar hujan masih turun atau sudah berhenti.

"Aku pakai jaket. Tidak akan masalah kalau hanya gerimis." Yeonsa menunjuk ke arah hoodie jaket yang masih menutupi kepalanya.

Namjoon mengambil sesuatu di samping kursinya. Sebuah payung berwarna hitam. Ia menyerahkan payung itu pada Yeonsa.

"Pakai ini!" ujarnya seraya tersenyum.

"Ah, tidak usah sunbae. Kalau payungnya aku pakai, sunbae akan kehujanan." Yeonsa menolak dengan halus.

"Pakailah." Namjoon menggenggamkan payungnya ke tangan Yeonsa.

Tidak bisa menolak, akhirnya Yeonsa pamit seraya merundukkan kepalanya. Hatinya berdendang riang. Meski sejak awal pertemuannya dengan Namjoon diwarnai oleh hal-hal konyol yang memalukan, ia tidak mengira kalau kisahnya bersama Namjoon hari itu akan diwarnai oleh plot twist yang menyenangkan seperti ini.

Yeonsa menembus gerimis dengan payung milik Namjoon yang menaungi tubuhnya. Udara begitu dingin menusuk tulang, tetapi hati Yeonsa menghangat. Seolah payung itu adalah Namjoon sendiri yang sedang melindunginya dari hujan.

Rasanya, malam ini Yeonsa tidak akan tidur nyenyak.

===== To Be Continued =====

[Sudah Terbit] Secret Admirer ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang