Bab. 17

6.9K 226 4
                                    

Hallo semua, pada sudah berbuka puasakan, hari kemenangan sudah di depan mata, semoga puasanya pada masih semangat ya, mana THR pasti sudah di tangan

Please vote dan komentarnya dong, asli Lalita my love minim banget  komentar dan votenya, ayolah jadi pembaca yang baik beri vote sebelum membaca, biar Berli semangat

"Ramond", Lardo menghela napas, apa yang harus aku lakukan. "Ramond sudah seperti adik laki-laki bagiku, sama halnya dengan Max yang memang adik sepupuku, sejak awal seharusnya mereka tidak berkencan maki Lardo kesal dengan masalah pelik yang tercipta antara dirinya, Lalita dan Ramond, "shit", dan diatas semua itu Max lah yang paling ditakuti Lardo, bajiangan sialan dan mulut besarnya maki Lardo.

Ini semua akan menjadi rahasia, lagipula aku tidak tahu akan sampai kapan rasa tertarikku bertahan pada Lalita, bisa saja hanya sebulan atau lebih dan pada saat itu aku akan melepas Lalita, setelahnya semua akan kembali normal, dan aku tidak perlu memusingkan sesuatu yang belum tentu akan terjadi. Sebuah senyum menghiasi wajah tampan Lardo. "Lebih baik aku memikirkan betapa nikmatnya tubuh Lalita yang berada dibawa kendaliku".

"Shit..!, Lardo mengumpat menyugar rambut ke belakang, hanya dengan memikirkannya saja jagoanku mengeras dan menyesakan celana yang ia kenakan. Lardo membelai miliknya mencoba menurunkan ketengangan yang ia rasakan, malam ini ia tidak mungkin menyentuh Lalita, terbesit perasaan tidak tega melihat Lalita memohon seperti tadi malam, Lalita yang kepayahan memohon pada Lardo yang terus mengempurnya seperti singa kelaparan.

Lalita mengucek-ngucek mata, apa aku tertidur lagi?", siapa yang menutup tirai jendela?", pasti bu Subi, Lalita menjawab pertanyaannya sendiri seperti orang bodoh yang tidak tahu harus melakukan apa di kamar yang begitu besar ini.

Lalita menyalakan lampu kamar, mencuci muka untuk menghilang kantuk". "Di mana aku meletakan phonselku?", Lalita membuka laci nakas yang ada di samping ranjang mencari-cari di dalamnya disini tidak ada. "Lalita menatap sekeliling, kamar ini sangat luas, aku juga tidak melihat tas ransel milikku dimana mereka meletakan semua barang-barangku kenapa disini tidak ada.

Setiap kali berjalan Lalita mengigit bibirnya menahan rasa perih yang masih terasa menyengat pada miliknya. Aku harus ke rumah sakit sekarang dan mencari tahu keadaan Rita", tapi bagaimana caranya?".

Lalita ke luar kamar yang ia yakini kamar milik Lardo, kenapa Lardo menyukai warna-warna gelap seperti ini gerutu Lalita tidak mengerti, kamar yang di rumah orangtuanya juga di dominasi warna gelap. "Di luar kamar Lalita disujuhkan pemandangan interior apartemen Lardo yang indah, orang kaya memang berbeda semuanya tampak sangat mahal dan mewah, semua perabotan ditempatkan ditempat yang tepat dan indah dipandang mata, membuat Lalita menghela napas membayangkan apartemen mungil miliknya yang begitu mungil dibandingkan dengan kamar mandi mewah milik Lardo.

"Sore nyonya!!", "apa ada yang bisa saya bantu?"

Lalita menghela napas, meredahkan rasa terkejutnya", sebenarnya ada berapa pelayan yang dipekerjakan Lardo?. "Dimana bu Subi?"

"Nyonya mencari kepala pelayan", tunggu sebentar nyonya saya akan panggilkan Subi untuk nyonya.

"Ikut...!!.", aku ikut, kau bisa mengantarku ke bu Subi, jadi kamu tidak perlu bolak- balik.

Pelayan yang mengenakan seragam pelayan berwarna coklat itu menganggukkan kepala. "Mari nyonya, lewat sini".

"Sial maki Lalita, menahan sakit, mencoba berjalan senormal mungkin, Lalita menatap punggung pelayan yang berjalan di depannya. Apa yang mereka pikirkan tetang diriku yang tinggal bersama tuannya?, apa mereka sudah terbiasa melayani wanita-wanita Lardo?, Lalita menghela napas panjang. "Wanita-wanita Lardo", ulang Lalita dengan wajah sedih. "Sebenarnya seberapa besar apartemen ini, Lalita menatap sekitarnya, mereka melewati beberapa ruangan sebelum akhirnya mereka sampai di dapur. "Subi tampak sibuk mangaduk-aduk masakan di atas kompor".

Lalita My Love(Selesai)Where stories live. Discover now