BAB. 27 (Revisi)

5.7K 152 7
                                    

Lagi-lagi Lalita bangun dengan seluruh tubuhnya terasa sakit, Lalita mengigit bibir menahan tangis, aku tidak boleh cengeng, aku harus kuat, Rita membutuhkanku. Iisss...Lalita jatuh terduduk menekan pada bagiaan kewanitaannya, sakit rintihnya. Lalita tidak tahu berapa lama Lardo menyentuhnya semalam, saat Lalita meminta Lardo untuk berhenti Lardo tidak mempedulikan malah menambah tempo permainan.

Lalita kembali mencoba berdiri, tapi tetap saja ia kesakitan, aku bisa terlambat. Lalita menatap jam yang ada di nakas, tidak......Lalita sangat terkejut melihat jam menunjukkan pukul 10.00Wib. Hendry akan membunuhku.

Lalita memutuskan untuk kembali berbaring, ia tidak bisa melakukan apa-apa dengan bagian tubuhnya yang terasa sakit, berangkat ke kantorpun itu tidak mungkin ia lakukan, Hendry akan meneriakinya dan mengusirnya keluar, huuuh......Lalita menguap merasakan kantuk, lebih baik aku kembali tidur.

"Apa yang di lakukan Lalita sekarang?", Lardo menelpon ke apartementnya untuk menanyakan keadaan Lalita, pagi ini ia meninggalkan Lalita yang masih terlelap, Lardo sadar semalam ia bermain sangat kasar tanpa memberi Lalita istirahat sedetikpun mengempur tubuh Lalita seperti tidak ada hari esok.

Nona Lalita masih terlelap tuan. Apa saya harus membangunkannya tuan.

Tidak perlu, biarkan saja Lalita istirahat. Setelah mengatakan itu Lardo memutuskan panggilan.

Lalita menguap, menatap malas pada jam dinding. Pukul 13.00Wib, pantas saja aku kelaparan, ini sudah sangat siang. Lalita kembali beranjak dari tempat tidur menahan rasa sakit pada kewanitaannya, aku harus bangun dan mandi, tubuhku terasa sangat dan lengket dan beraroma tubuh Lardo.

Lalita masuk kedalam bathup yang sudah terisi penuh, berendam membuat tubuhnya sedikit lebih baik, ini terasa nyaman Lalita menikmati aroma lilin terapi yang membuatnya semakin rileks melupakan sejenak masalah yang akan dihadapinya besok.

Nona sudah bangun?, Subi tersenyum melihat Lalita yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Kami sudah menyiapkan makan siang untuk nona.

Terima kasih bi Subi. Lalita membuka koper miliknya yang ada di sudut ruangan, mencari pakaian santai untuk ia kenakan. Padahal sudah lebih dari satu bulan Lalita tinggal bersama Lardo, dan tetap tidak memilik tempat di kamar ini, setiap hari Lalita harus membuka kopernya untuk mengambil pakaian, tersenyum kecut mengingat statusnya yang sedari awal memang sudah jelas, "bukan siapa-siapa."

Lalita menutup kopernya, kembali ke dalam kamar mandi untuk mengenakan pakaian, menatap pantulan dirinya di cermin, mata yang terlihat lebih cekung, pipi yang tirus dan wajah yang terlihat pucat dan tampak sedih. Aku harus kuat semua ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan penderitaan Rita, aku tidak boleh mengeluh setelah semua ini selesai aku akan kembali pada kehidupanku yang lama.

Lalita mengigit bibir menahan tangis, apa aku bisa kembali menjadi Lalita yang lama, dengan tubuh yang kotor seperti sekarang, aku wanita hina yang menyedihkan. Lalita menghapus air matanya, kuatlah Lalita, aku mungkin tidak bisa menjadi Lalita yang lugu dan polos seperti dulu, tapi aku bisa menjadi wanita yang lebih baik lagi nantinya, ya aku pasti bisa.

Lalita turun untuk makan siang, dari atas tangga Lalita melotot saking terkejutnya saat melihat Lardo duduk di meja makan. Apa yang anda lakukan pada jam segini sir?, apa anda tidak bekerja?

"Makan siang, jawab Lardo datar".

Lalita menarik kursi di sisi kanan Lardo, menatap Lardo heran.

Berhenti menatapku seperti itu Lalita, atau kau mau kita menghabiskan waktu makan siang kita dengan kembali ke dalam kamar.

"Apa......?", Lalita tergagap

Kalau begitu habiskan makan siangmu, aku tidak ingin kau sampai kelaparan. Aku hanya mampir untuk makan siang, aku benci harus makan siang seorang diri, karena kau tidak ada di kantor jadi aku putuskan untuk pulang dan menemanimu makan siang, aku tahu kau pasti sangat kelaparan karena semalam.

Lalita My Love(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang