"....a surprise show.."

2.4K 278 18
                                    

Sejak insiden kedua di belakang panggung itu Sarah jadi jarang muncul di kediaman keluarga Pierre. Padahal biasanya dia selalu datang entah untuk membantu apapun yang dia bisa atau cuma sekedar mengobrol santai.

Emma yang paling kehilangan.

Kadang ia ingin berlari ke bukit untuk menjumpai sahabatnya, ia rindu curhat dengan Sarah apalagi banyak yang ingin ia ceritakan mengenai Sergio. Namun di tengah reality show ini ia harus berada di antara keluarganya.

Sesekali Sarah terlihat sedang mengunjungi pasangan lansia yang sudah sering sakit tak jauh dari rumah Emma. Atau mengantar pulang satu dua murid nya yang kebetulan tidak dijemput orangtuanya.

Mereka bertemu sebentar pada waktu mengajar di sekolah, itupun mereka sibuk dengan kelas masing-masing.

Dan untuk beberapa waktu, Christian jadi tenang kembali. Setidaknya itulah yang diperhatikan oleh Sergio.

Sejauh ini dia sudah ikut memetik sampai menjemur kakao, menjadi asisten di satu satunya toko kue di situ, membersihkan kebun nanas yang membuatnya tergores kecil di sana sini, dan tentu saja kegiatan harian bersama keluarga Pierre.

Di hari-hari pertama Christian sangat bersemangat. Jauh dari fans fanatik dan wartawan gossip dengan kameranya. Ia merasa bebas. Hanya gadis-gadis desa manis yang malu-malu menyapa dan berbisik-bisik ketika ia lewat.

"Desa ini adalah tempat pengasingan yang sempurna, Sergio!"

Sergio hanya mengiyakan. "Yah, tentu."

Tapi perkiraan Sergio tidak melesat. Ia kenal betul karakter sahabatnya. Memasuki minggu kedua Christian mulai resah, bosan melandanya. Sergio sudah siap dengan rencananya!

              =========

Chris menolak diberitahu seluruh acara selama dua bulan ke depan. Tidak ada unsur kejutannya, katanya. Jadi setiap hari dia menanyakan rencana acara untuk sehari itu.

"Ke mana kita hari ini, Serge?"

"Pakai baju yang agak resmi," jawab Sergio singkat sambil menyelesaikan sarapan.

"C'mon, Man. Ke mana?" Desaknya.

Sergio mengacuhkannya. "Kutunggu di depan, lima menit."

"Sergio Morales!" Teriak Chris tak sabar.

Tapi Sergio tak menoleh lagi, hanya melambaikan satu tangannya.

Chris menemui Sergio mengenakan kemeja lengan panjang yang digulungnya sebatas siku.

Emma juga telah siap di situ.

"Pagi, Em. Mau ke sekolah?"

"Eh, ya... seperti biasa...," jawab Emma sedikit terbata-bata.

"Serge, kau belum memberitahu aku tujuan kita!"

Sergio terus berjalan mengikuti kru menuju kendaraan. Emma ikut bersama mereka.

"Coba aku tebak. Dekat tempat Emma mengajar, ya? Hmm... rasanya ada kebun jeruk di situ. Benar kan, Em?"

Emma tersenyum ragu.

Setelah terus bertanya tanpa mendapat jawaban, Chris pasrah. Sesekali ia menyapa warga yang ia temui sepanjang jalan. Bukan hanya demi acara, tapi karena ia mulai kenal dan suka pada mereka.

Janez, salah seorang juru kamera yang paling aktif merekam hampir seluruh gerak-gerik Christian. Bahkan kadang yang harusnya off, dia terus bekerja.

Mereka memasuki halaman sekolah taman kanak-kanak yang didirikan oleh Sarah dan Emma. Gedung semi permanen itu gabungan antara bantuan pemerintah dan swadaya penduduk, terutama Sarah.

Sergio mendekati Chris. "Sebenarnya, Chris, selama dua tiga hari ini kau akan jadi guru TK ini."

Perut Chris mendadak melilit. " Jadi ini surprise show itu," katanya lirih.

"Betul."

"Kau gila ya? Sinting. Aku suka anak-anak, tapi aku tak pandai menghadapi mereka!" Desis Chris panik.

"Tapi kau tampil alami bersama mereka di acara pembukaan," jawab Sergio santai.

"Itu lain, Serge. Hanya menari dan menyanyi. Itu bidangku. Tapi jadi guru??? Kau pasti hilang akal. Tidak bisakah kau cari program lain?"

"Tidak."

"OH MY GOD!!"

"Percayalah. Kau akan menyukainya."

"Jangan salahkan aku kalau rating episode ini akan anjlok," gerutu Chris.

Belum sempat Chris melanjutkan protesnya, Emma telah membawa keluar sekitar dua puluh anak kecil menuju halaman sekolah. Dan yang terakhir keluar dari ruang kelas adalah seorang wanita yang menggandeng dua anak di kedua tangannya.

Chris terbelalak kaget.

Sial ! Seharusnya aku tahu! Si Sarah itu kan mengajar di sini bersama Emma. Kurang ajar kau Sergio!

Ia urung melotot ke arah Sergio karena lelaki itu berkata, " Kamera rolling, Chris. Smile."

Emma bicara pada murid-muridnya, " Anak-anak, untuk beberapa hari ini kalian punya guru baru yang istimewa. Nah, itu dia sudah datang!"

Serempak anak-anak itu menoleh ke arah Christian lalu berteriak riuh, "Horeeee...!!!"

Mau tak mau Chris tersenyum lebar.

Juga Sarah. Ia meredam sekuat tenaga hingga tak nampak sekilaspun bekas permusuhannya dengan Chris. Demi desa, katanya dalam hati.

Ia menambahkan ucapan Emma, " Jadi, baik-baik ya? Jangan buat Christian Bayusaga kita ini repot!"

"Yaaaaa, Buuuu !!!"

"Nah, Pak Bayusaga, silakan berkenalan langsung dengan mereka," kata Sarah dengan nada yang sangat ramah.

Chris berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya dengan keramahan yang Sarah tampilkan. Ia menunggu beberapa sarkasme dari mulut gadis itu, tapi yang terus muncul adalah kata-kata normal seorang guru.

"Kau kenapa?" Bisik Chris sementara menunggu anak-anak memasuki dua ruang kelas yang ada.

"Baik," jawab Sarah datar.

"Kau kerasukan?"

Sarah hanya menarik nafas.

"Mana kata-kata sinismu?"

Rasanya Sarah ingin menonjok orang brengsek di sebelahnya, tapi jelas tidak mungkin, apalagi saat ini kamera sedang mengarah ke mereka. Ia beranjak masuk ke kelasnya tanpa komentar. Sementara Chris dan Emma masuk ke kelas yang lain.

Sehari itu Emma dapat bernafas lega karena tidak terjadi 'perang' atau hal-hal 'ajaib' antara Chris dan Sarah. Mereka bahkan bisa bekerja sama dengan baik walau hampir tanpa komunikasi langsung.

Yang tidak Emma sadari adalah betapa Sarah harus membenamkan jangkar kesabarannya dalam-dalam karena setiap ada celah Chris selalu berusaha memancing kemarahannya. Ia menutupi hanya dengan senyum dan tawa seolah Chris membisikkan sesuatu yang lucu.

The Star and the Vineyard (TELAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang