"Menculik kamu"

2.1K 252 18
                                    

Inilah alasan terkuat Sarah menolak keras ikut ke Deanton pada awalnya.

Potongan-potongan memori itu muncul satu per satu mengiris hatinya sedikit demi sedikit. Teramat pedih.

Tapi saat ini Sarah sudah bertekad untuk memerangi kepedihan itu. Datang ke sumber segala kepahitan sekaligus sepenggal kebahagiaan yang pernah dimilikinya.

Ia bertekad untuk menyembuhkan semua luka itu dan menyambung kembali penggalan kebahagiaannya yang terputus.

Ia akan memulai nya dari sini. Supaya ia bisa kembali menangis tanpa tertahan apapun. Supaya ia bisa membuka lebar-lebar semua jendela hatinya.

Dan di hadapannya, sebentuk kenangan yang siap menusuk dalam tepat di inti hatinya.

Rumah itu masih seperti yang sangat Sarah. Hanya warna dan suasana saja yang membuat terlihat suram. Rumput di halaman sudah terlalu tinggi dan beberapa gerombol bunga tumbuh tidak teratur.

Air mancur mini di samping jendela depan menghitam dindingnya. Suasana suram itu makin terasa dengan cat dinding, pintu dan jendela yang mengelupas di sana-sini. Tembok bagian bawah dirayapi lumut hijau kecoklatan.

Sarah melangkah sangat pelan. Ia sudah melihat kilasan-kilasan masa lalu bahagia dan sedih saling bertumpang tindih. Semakin ia mendekati rumah itu, semakin besar dan jelas kilasan-kilasan memori yang melintas.

Ia merasa seperti berdiri tepat di tengah pusaran badai memorinya sendiri. Tenang sesaat.

Teriakan nyaring Chester Bennington dengan Crawling nya menyentakkan Sarah keluar dari pusaran itu.

Ia tertegun sejenak. Oh, itu ponselnya. Pasti Chris yang merubah nada seringnya tanpa permisi. Dasar!

Emma!

"Ya, halo, Em?"

"Penerbangan balon diperpendek waktunya. Angin semakin kencang di sini, thanks God, aku tidak perlu melihat adegan murahan ini lebih lama. Sebaiknya kau langsung ke hotel. Siap-siap untuk dinner. Oke?"

"Oh, oke. Bye."

Sarah berbalik, dan untuk terakhir kali, walaupun Sarah belum puas, ia menengok ke arah rumah itu.

Seseorang keluar dengan terburu-buru dari pintu depan ke arah lain. Ia tak melihat Sarah di situ.

Tapi Sarah melihatnya, dan itu membuatnya terkejut. Sepertinya ia kenal. Tapi siapa?

Sampai di meja makan ia masih terus berusaha mengingat wajah lelaki di Bunga Biru.

Sergio dan Emma yang semeja dengannya sempat mengira Sarah memikirkan Elena dan kata-kata kasarnya. Emma tak tahan untuk tidak memberitahu Sergio.

Tapi mereka tidak yakin karena Sarah sama sekali mengacuhkan Elena di meja lain. Kekesalan tergambar jelas di wajahnya yang selalu dihiasi make up tebal karena makan malam dengan Christian yang dipikirnya akan jadi sensasi gossip ternyata harus direcoki lima wanita kampung yang terus bertanya ini itu.

Sarah tidak memperhatikan Chris yang mencuri pandang ke arahnya.

Timbul perasaan bersalah di hati Chris karena mengabaikan Sarah sehari ini. Tapi sisi lain ia yakin gadis itu mengerti betul tuntutan acara ini.

Elena menangkap pandangan Chris. Awalnya ia mengira Emma yang dilihat pria pujaannya. Tapi melihat kemesraan Sergio dan Emma yang mulai timbul, ia langsung mengarahkan kecurigaan pada gadis curvy di sebelah mereka.

Dia? Chris pasti gila!

Dilihatnya lagi Sarah lebih seksama. Elena mendapati kesan manis dan menyenangkan darinya, tapi semua itu segera tertutup ego, jiwa kompetitif berlebihan serta kebencian yang sudah biasa menghuni hatinya.

The Star and the Vineyard (TELAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang