"..... Aku mencintaimu...."

2K 238 35
                                    

Kekhawatiran Sergio sangat beralasan.

Sejak penayangan acara heboh Elena dua hari sebelumnya, rating acara semakin merosot.

Penonton ingin melihat penduduk desa yang ceria dan lugu, bukan perayu kegenitan yang menggunakan azas manfaat atas situasi yang ada.

Belum lagi sorotan dari berbagai pihak yang sangat menyudutkan. Efek media memang luar biasa.

Chris yang semula tenang-tenang saja, setelah mendengar informasi dari Sergio, mulai panik dan marah.

"Bodoh sekali aku! Wanita itulah penyihir sebenarnya! Ular berbisa!"

Ditinjunya papan pembatas yang terbuat dari tripleks tipis yang lalu menimbulkan bunyi keras dan meninggalkan lubang menganga.

Janez yang berdiri tak jauh dari mereka langsung pucat pasi dan menjauh. Ia belum pernah melihat seorang Christian Bayusaga mengamuk.

"Darimana ia mendapatkan gambar-gambar itu?" Oceh Chris gusar. "Pasti ia...."

"Sst..." Sergio mengecilkan volume suaranya. "Kita bicara di tempat lain saja. Ia menunjuk ke sebuah meja ukuran sedang yang biasa dipakai briefing kru, di bawah sebuah pohon besar.

Chris duduk di atas meja dan menumpukan kakinya di salah satu kursi. Sergio duduk di kursi sebelahnya, menekuri agendanya, seolah-olah sedang berdiskusi biasa. Para kru paham jika mereka berdua sudah mengambil posisi seperti itu, apalagi dengan raut muka sangat serius, sebaiknya tidak usah didekati.

"Aku sembilan puluh lima persen yakin bahwa kaki tangan Elena ada di antara kita," kata Chris.

"Ya. Aku juga menduga begitu. Aku bahkan sudah mencurigai seseorang."

Sergio menatap Chris serius.

"Kurasa kecurigaan kita sama. Tapi kita perlu bukti untuk menyerang balik. Bukti nyata!"

Lalu mereka bertukar senyum, atau seringai lebih tepatnya.

Sementara itu, Sarah dan Emma mendapat kesulitan sendiri.

Penduduk Greenview sulit mempercayai apa yang mereka lihat di televisi, tapi mereka juga sulit menolak gambaran yang nyata-nyata tersaji di depan mata.

Didukung dengan fakta sehari-hari bahwa mereka memang melihat adanya kedekatan tertentu antara keempat orang itu.

Emma jadi sangat jarang keluar rumah. Ia risih dengan tatapan mata orang-orang yang ditemuinya.

Sarah juga merasakan hal serupa, bahkan lebih parah, namun ia lebih bisa mengatasi dan bersikap cuek. Ia terus melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.

Nyonya Pierre jadi agak kikuk dan bingung menghadapi Sergio. Ia pada dasarnya tidak keberatan jika pada akhirnya Emma berhubungan dengan Sergio. Tapi sebagai warga desa yang tetap memegang teguh nilai-nilai yang diajarkan orangtua serta kakek neneknya, semua yang terlihat di televisi itu masih sulit masuk ke alam pikirannya.

Siang itu, ketika suami istri Pierre sedang keluar, Sergio mendekati Emma yang sedang mencuci piring di dapur. Ia tidak suka sembunyi-sembunyi, tapi situasi menghendaki demikian.

"Emma..."

Si gadis ayu menghentikan pekerjaannya dan menoleh. Binar matanya langsung berubah ketika ia melihat Sergio berdiri di situ.

Sergio menatap lekat mata indah gadis cantik itu. "Kurasa kau mengerti keadaan yang sedang terjadi...."

Emma mengatupkan kedua belah bibirnya rapat-rapat.

"Sementara ini... kurasa... kita jangan banyak terlihat bersama dulu... eng... kau mengerti kan?"

Emma mengangguk pasrah.

The Star and the Vineyard (TELAH TERBIT!!!)Where stories live. Discover now