"Berhentilah bersikap manis...."

2K 234 31
                                    

Jo Bayusaga ikut panik melihat Sarah yang setengah sadar setelah pulang dari Bunga Biru. Ia segera menelpon dokter keluarga.

Tapi mereka lega setelah Sarah mulai dapat tertawa bersama mendengarkan lelucon ayah Chris setelah makan malam yang dipaksakan oleh Chris.

"Sini kusuapi kalau kau tak mau makan sendiri," kata Chris serius di depan kedua orangtuanya yang sukses membuat wajah Sarah memerah malu.

"Iya, iya Chris. Aku bisa makan sendiri," mau tak mau Sarah menjejalkan beberapa sendok sup ayam ke mulutnya yang masih terasa pahit.

Chris ingat tanggung jawabnya bahwa besok sore mereka harus kembali ke Greenview. Tak bisa ditawar-tawar lagi, meskipun ia masih sangat suka melihat Sarah di antara keluarganya.

Menjelang malam, Vikram dan Ingrid kembali melaporkan satu kejutan kepada suami istri Bayusaga.

"Ada apa lagi? Kalian berdua terlihat aneh," tanya Jo Bayusaga yang sedang menemani suaminya nonton televisi.

"Tuan Christian, Nyonya."

Andy Bayusaga menyahut, "Kenapa dia? Menjaili Sarah lagi?"

"Tidak, Tuan. Mereka ada di atas, ruang bintangnya Tuan Christian. Memasang teleskop itu berdua...."

Suami istri itu saling berpandangan.

"Kau yakin?" Tanya sang Nyonya.

Vikram dan Ingrid mengangguk kompak.

Suami istri Bayusaga kembali bertukar pandang. Lalu mereka tersenyum lebar. Sangat lebar.

            ===========

Elena datang lagi pagi hari itu, tepat ketika Sarah dan ibu Chris akan berangkat. Ia mengajak Sarah berkeliling kota dan mengunjungi beberapa tempat kerjanya.

Elena iri, tapi di balik itu ia senang Sarah tidak ada di pandangannya selama ia berduaan dengan Chris.

Sarah mendapat kesan bahwa Jo Bayusaga sangat disegani karyawannya. Dengan cekatan ia memeriksa setumpuk berkas yang disodorkan sekretarisnya. Ia bicara dengan anggun tapi mantap.

Sarah semakin kagum padanya.

Dari semua kunjungan sekilas hari itu, bukan untuk pamer tapi memang Jo Bayusaga harus datang ke beberapa kantornya, Sarah paling antusias ketika ia diajak ke sebuah panti asuhan yang dikelola salah satu yayasan keluarga Bayusaga.

Sarah menghabiskan waktu agak lama di situ, mengajak bercakap-cakap anak-anak di situ. Ia merasa tak jauh beda nasib dengan mereka. Tak punya orangtua.

Jo Bayusaga sendiri tak terlalu heran dengan sikap Sarah yang cepat akrab dengan anak-anak di situ. Chris sudah bercerita tentang kegiatan Sarah di desa.

Ia sudah suka pada gadis ini melalui cerita-cerita anaknya di telpon, tapi sekarang ia semakin sayang padanya.

Setelah itu ia mengajak Sarah berbelanja, yang katanya sedikit oleh-oleh untuk keluarga Pierre. Sedikit, yang Sarah yakini bisa dibagi-bagikan untuk banyak orang.

"Ah, toh tidak repot bawanya. Pulang nanti kau dan Chris diantar pesawat kecil kami."

Belum sempat Sarah mengungkapkan rasa terima kasihnya, ibu Chris sudah memaksanya membawa dua pasang sepatu yang katanya sebagai ganti sepatu Sarah yang dicorat-coret Chris.

Sarah berusaha menolak, tapi tak ada gunanya. Flat shoes yang dibelikan ibu Chris itu tentunya berharga puluhan kali lipat dari sepatu kanvasnya itu.

"Aku senang kau ada di sini, Sarah," ,katanya sambil menunggu pesanan makan siang mereka di sebuah cafe mungil di sudut sebuah jalan. "Jika acara itu selesai, kau tinggal bilang jika ingin datang ke Deanton."

The Star and the Vineyard (TELAH TERBIT!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang