7. Blank

4.6K 720 49
                                    

Sehabis jadwal kemarin, Jae Hyun kembali mendapatkan free. Entah mengapa bisa seperti itu, selalu saja artis ini mendapatkan waktu istirahat sehabis jadwalnya. Johnny benar-benar mengatur semuanya dengan sempurna.

Mengetahui bahwa hari ini libur, Eun Ra pikir akan bagus jika ia pulang ke rumahnya. Baru beberapa hari tapi ia sudah merindukan keluarganya, terlebih dengan Eun So. Walaupun oppa-nya seperti itu, tidak bisa ia pungkiri bahwa Eun So paling dirindukan.

Hanya saja, Eun Ra tidak mendapatkannya. Ia tidak mendapatkan izin dari Johnny, dan Eun Ra juga tidak bisa membantah. Pria itu bilang kalau besok Jae Hyun akan punya jadwal lagi, jadi lebih baik hari ini digunakan untuk bersiap dan beristirahat di sini daripada harus pergi dan menghabiskan tenaga.

Walau Ibunya, Eun So, dan Ren Jun sebenarnya lebih menjadi energi untuk Eun Ra, tapi mau bagaimana lagi? Energi yang seperti itu harus ia kubur dahulu.

Dan sekarang, ia merasa sangat bosan dengan keadaan disini. Johnny pergi karna urusan mendesak entah karena apa, sedangkan Jae Hyun? Apa Eun Ra harus mengobrol dengannya untuk menghilangkan penat? Tidak, karena mereka tidak sedekat itu.

Ting!

Suara denting handphone di atas meja menghancurkan lamunannya. Eun Ra dengan segera mengangkat layanan panggilan yang ternyata adalah videocall itu.

Dan nama si pemanggil lebih membuatnya terkejut.

"Eun Ra-ya, di mana kau?" tanya orang di sebrang sana dengan tegas. Mereka baru saja bertatap wajah dari layar handphone masing-masing, namun Eun Ra sudah dapat merasakan bagaimana aura hitam mengelilingi orang penelfon itu hingga sampai ke dirinya.

"Yang jelas aku sedang tidak di rumah." Eun Ra mencoba untuk tidak terlihat resah, walau itu sangat sulit untuk berakting.

"Ada apa, Gi Byeol-ah?" sambungnya to the point.

Gi Byeol menatap Eun Ra selidik, dan yang di tatap mengalihkan pandangnya. Entah mengapa Eun Ra jadi takut pada gadis itu sekarang.

"Hei, aku sudah tahu kau tidak di rumah. Eun So oppa memberitahuku, tapi tidak dengan keberadaanmu sekarang. Cepat katakan di mana kau, karena ada hal penting yang harus—"

"Hei, Choi Eun Ra! Cepat pergi keluar dan belikan aku makanan, aku sangat lapar..."

Dengan panik, Eun Ra membalikkan layar ponselnya. Berusaha menghindari penglihatan dari sebrang sana untuk melihat ke arah sini. Namun tetap saja, terlambat.

"J—Jung Jae Hyun?!" Bagaimana bisa teriakan dari suara handphone terasa sangat nyata? Jae Hyun yang sebenarnya berada agak jauh di belakang Eun Ea sampai mendengar suara itu.

Gadis itu mendengar derap langkah kaki mendekat, dan ia tidak berani untuk berbalik lalu melihat. Ia tahu kalau itu Jae Hyun, hanya saja...

Mengapa semuanya menjadi sangat mendebarkan untuk Eun Ra? Ia sendiri tidak mengerti.

Grep

Bukan, ini bukanlah saatnya untuk mendapatkan adegan romantis di mana sepasang kekasih menyatukan perasaan mereka dengan saling memeluk atau dengan salah satu memeluk terlebih dahulu.

Tapi ini adalah puncak dari ketegangan Eun Ra, saat Jae Hyun tiba-tiba saja merampas handphone miliknya.

"K—kembalikan, Tuan Jae!" ronta Eun Ra dengan susah payah. Namun karena tinggi yang Jae Hyun miliki, menghindari Eun Ra adalah perkara mudah baginya.

"Astaga! J—Jae Hyun di depan mataku!" Dan lagi, pekikan itu datang, dari orang yang sama. Dan saat ia sadar apa yang terjadi, Jae Hyun langsung melempar benda pintar itu sembarang hingga benda itu tewas.

"Hei, apa yang kau lakukan?" Seruan Eun Ra benar-benar sangat refleks melesat seperti itu.

"Kau membentakku?" Dan Jae Hyun bukanlah orang yang mau kalah.

Tapi Eun Ra dengan cepat tak mengiraukan Jae Hyun, ia langsung melesat ke tempat di mana handphone-nya terlempar tadi. Layarnya pecah dan handphone-nya tidak bisa hidup. Lalu bagaimana sekarang? Padahal benda itu termasuk benda berharganya, karena itu satu-satunya yang ia punya.

"Apa gunanya menangisi sebuah handphone?" Lalu mengapa pertanyaan itu terasa sangat tajam bagi Eun Ra?

Karena, pemuda itu tidak tahu apa saja yang sudah Eun Ra lewati bersama dengan ponsel itu, hampir semuanya berada di benda itu.

Eun Ra lantas menatap Jae Hyun datar, namun yang di lihat malah terlihat santai.

"Mungkin itu akibatnya karena kau tidak mengerti bagaimana harus menjaga privacy seseorang. Apalagi orang itu adalah orang terkenal, penyebutan lainnya adalah seorang artis."

Kedua tangannya mengepal dan bergetar hebat. Sungguh, jika saja Eun Ra tidak ingat kalau pekerjaannya adalah menjaga, maka Jae Hyun tidak lagi bisa ia biarkan terus berbicara.

Ia putuskan untuk pergi dengan hening. Tanpa meninggalkan perkataan apapun untuk Jae Hyun.

=Dear My Boddyguard=

Jae Hyun terbangun dari tidurnya. Namun maniknya tidak mendapatkan penerangan yang semestinya seperti di pagi hari. Lalu ia kembali lebih memfokuskan penglihatannya, ternyata masih malam pikirnya.

Dan juga, ia tertidur di sofa ruang tengah. Bukan di kamarnya.

Oh sebenarnya apa yang sudah terjadi?

Namun Jae Hyun tak pikir panjang. Karena, aroma dari sesuatu lebih menarik minatnya.

Makanan. Oh, ya. Jae Hyun mulai mengingat dan menata semua yang terjadi sebelumnya.

Lalu, siapa yang meletakkan ramyeon panas ini di meja hadapannya? Apa ini untuknya?

Disertai segelas penuh air putih di samping mangkuk tersebut. Sungguh, Jae Hyun sampai melupakan kalau sejatinya dia sangat lapar sampai harus tertidur menunggu Eun Ra kembali entah dari mana.

Tunggu, dimana gadis itu?

"Choi Eun Ra?" Tak ada sahutan yang berarti.

Johnny juga belum kembali. Apa Eun Ra juga akan ikut pergi dan meninggalkannya sendiri di apartment ini? Oh itu tidak bisa di biarkan.

Puk

Kaki Jae Hyun mendapatkan sesuatu yang mengganjal langkahnya. Matanya lantas bergerak ke bawah. Dan seketika tersentak.

"Choi Eun Ra?" Tapi gadis itu lagi-lagi tak menyahut. Sepertinya ia terlalu lelah, jadi panggilan Jae Hyun tak terdengar di tidurnya. Bahkan sepertinya tidur di atas karpet coklat itu sangat nyaman untuk Eun Ra sampai-sampai ia tak terusik sedikitpun.

Lelaki itu menatap Eunra dan cup ramyeon itu bergantian. Ia mulai mengerti apa yang sudah terjadi.

Jae Hyun memperhatikan wajah tenang itu di posisinya. Lumayan memakan waktu. Hingga ia sadar apa yang sudah ia lakukan.

Kaki jenjangnya beranjak membawanya pergi dari tempat, bersamaan dengan di angkatnya cup ramyeon dan botol air mineral tersebut. Lalu melewati Eunra begitu saja.

TBC—

Don't forget vommentnya ya, makasih

[✓] Dear My Bodyguard | JJH ver.Where stories live. Discover now