31. Another Help

2.9K 363 46
                                    

Kalau saja bisa mempercepat waktu, maka akan Jae Hyun lakukan sekarang juga.

Kalau saja bisa mengubah masa lalu tanpa harus menjalankan alur mundur, maka Jae Hyun akan berada di barisan pertama untuk melakukannya.

Kalau saja...

Semua itu bukan andai-andai belaka.

Maka Jae Hyun tidak akan berada di tempat ini lagi. Dengan suasana yang persis sama seperti dua bulan lalu. Pengap, hingga ke ubun-ubun.

Kesunyian menguasai ruangan, tempat terakhir Jae Hyun menginjakkan kaki di gedung agensi. Sebelum akhirnya ia terpaksa untuk datang lagi.

Dengan tangan kosong.

"Bagaimana Jae Hyun, sudah mendapatkan sesuatu?"

Mulut Jae Hyun tertutup rapat. Kepalanya merunduk, pandangannya lurus ke lantai seolah ditarik kuat oleh gravitasi bumi.

Tidak ada lagi cara untuk membela diri. Lagipula, Jae Hyun sudah terlampau lelah. Daripada harus berurusan dengan dunia  ini lagi, baiknya ia berhenti.

Jae Hyun pasrah. Terserah apa yang akan dilakukan pria tua itu terhadapnya nanti. Yang ada dipikiran Jae Hyun sekarang hanya satu, bahwa semua akan berakhir suatu saat, kita hanya perlu menjalaninya.

Park sajang-nim menarik isi amplop berukuran besar itu, kemudian menyerahkannya pada Jae Hyun. "Tinggal butuh tanda-tangan mu, Jae. Dan semua selesai." Diam-diam menarik sebelah sudut bibirnya ke atas.

Jae Hyun mulai membaca jejeran kalimat di sana. Amat tenang, namun terkesan tak peduli. Ya, Jae Hyun sudah tak mau tahu lagi.

Dikeluarkan lalu dituntut karena telah mencemari nama baik perusahaan. Entah sejak kapan Jae Hyun tahan dengan keadaan yang membuatnya terpojok seperti ini, padahal ia bisa saja membalikkan keadaan. Seperti, mengeluarkan kata-kata sarkastiknya layaknya yang sehari-hari ia ucapkan. Atau perlu sampai..., meninju wajah tua bangka itu?

Untungnya, Jae Hyun yang sekarang adalah lelaki yang sedang dalam posisi terbawah. Paling bawah, hingga tidak mengerti cara untuk bangun. Energi terkuras habis sejak langkah pertamanya memasuki ruangan bertuliskan 'PARK CEO' ini.

"Jung Jae Hyun-ssi,  terima kasih atas kerja kerasmu di perusahaan selama ini. Dan maaf, kalau perpisahan ini tidak berujung baik..." ucap Park Sajang-nim prihatin. "... Tapi, demi kepentingan perusahaan, saya bisa apa?"

Sebuah skenario sedang dijalankan. Jae Hyun tahu, pria itu hanya sok prihatin awalnya. Dan ujungnya, yakni sebuah penghinaan.

Rasanya ingin segera pergi dari sana, tapi Jae Hyun tidak bisa.

Rasanya ingin sekali membakar mulut itu, tapi Jae Hyun tidak mungkin melakukannya.

Masih banyak yang harus mereka bicarakan sebelum Jae Hyun benar-benar meninggalkan gedung itu lalu pergi kemanapun yang ia mau.

Seperti...

"Omong-omong, apa yang sudah kau siapkan Jae Hyun? Atau, sama sekali tidak ada? Kau yakin akan berjalan sendiri saat tuntutan ini saya ajukan?"

Sial, bapak tua itu berhasil membuat Jae Hyun naik pitam.

Tangan Jae Hyun mengepal kencang. Urat tangannya terlihat jelas seperti hendak keluar.  Sorot matanya mulai naik, menerobos tajam pada Park Sajang-nim.

Sudah cukup semua omong kosong ini!

"Park Sajang-nim—"

BRUK!!

"Jae Hyun-ah!"

Bersamaan dengan Jae Hyun yang baru saja akan berdiri, seorang perempuan menerobos pintu ruangan yang Jae Hyun ingat ada penjagaan di depannya.

[✓] Dear My Bodyguard | JJH ver.Where stories live. Discover now