Chapter 5

91K 7.3K 258
                                    

Happy Reading

Menit berlalu, mereka berdua terdiam mengatur nafas dengan tubuh yang masih saling menyatu. Jijik. Satu kata yang ingin Lovely teriakan pada dunia. Bahwa saat ini ia merasa jijik pada dirinya sendiri. Dan kepada lelaki yang sekarang masih terdiam, sesekali menggumamkan kata maaf yang tidak berguna sama sekali.

"Menjauh dariku," Gumamnya datar dengan kepala yang masih tertoleh ke samping. Kedua tangannya masih terkepal erat pada sisi tubuhnya. Demi Tuhan, ia ingin memukul Jayden membabi buta, tapi, untuk apa? Apakah itu akan mengembalikan semuanya seperti semula? Ia sudah kehilangannya. Meski ia membunuhnya sekalipun saat ini, miliknya tidak akan pernah lagi sama. Segalanya telah dia renggut dengan paksa meninggalkan lubang hitam dalam hidupnya. Satu titik kelam kembali datang. Berhasil memporak-porandakan. Terima kasih telah menghancurkan sedikit sisa terang hidupnya hingga ke dasarnya. Terima kasih...

Jayden masih berada diatas Lovely mengatur nafas. Setetes darah keluar dari pelipisnya mengenai pipi Lovely diakibatkan oleh goresan dari kaleng soda yang telah dia hantamkan pada kepalanya berulang kali dengan sekuat tenaga.

"I'm sorry...i'm really sorry," Kedua matanya berkaca-kaca mengucapkan kata maaf setiap beberapa detik sekali setelah pelepasan diraihnya pada wanita yang berada di bawahnya. Ia mendongak, menatap Lovely menyerahkan bekas kaleng soda itu. "Pukul aku sepuasmu. Kamu boleh lampiaskan kemarahanmu sebanyak yang kamu mau. Ayo, lakukan," Ia meraih tangan Lovely yang terkepal erat. Membuka satu per satu jemarinya.

Lovely mendorong tubuh Jayden. "Aku bilang, minggir! Apa kamu tuli, brengsek?!"

"Aku..."

PLAK

Tamparan mendarat dengan kencang pada pipi Jayden. Namun, wajahnya masih bergeming menatap Lovely penuh rasa sesal, tetapi kata tidak mampu ia rangkai. Ucapan yang sama. Kosakata yang sama yang terus terlontar.

"Ming-gir!!" Lovely menekankan ucapannya dalam jerit.

Jayden melepaskan diri dan
dengan susah payah membenarkan pakaiannya. Tangannya terulur ingin membenahi penampilan Lovely, namun langsung ditepis kasar.

Tidak butuh waktu lama untuk Lovely mengenakan celana yang sempat teronggok di bawah kaki, tanpa kata ia menarik berulang kali handle pintu mobil. Jayden menghentikan, mencoba menenangkan.

"Sungguh, aku tidak tahu kata apa yang harus ku ucapkan kecuali...maaf. Maaf untuk...untuk apa yang baru saja terjadi." Terputus-putus ia memohon pengampunan pada wanita asing di sebelahnya. Tidak digubris Lovely, wanita itu mulai menggebrak kaca pintu mobil. Jayden memajukan tubuhnya meraih tangan Lovely. "Tanganmu memerah. Jangan memukul,—"

"DIAM! BUKA PINTUNYA! AKU BILANG, BUKA PINTUNYA!" Lovely berteriak histeris, tapi tidak sedikit pun menoleh ke arahnya. Lovely ingin menghantamkan kembali kepalan tangannya, langsung dihalangi kedua punggung tangan Jayden dan berakhir tangan dia yang kena hantaman dari kepalan kecilnya.

"Di luar masih hujan! Aku antar ke rumah kamu. Sebutkan, dimana alamatnya? Nggak perlu balik ke restoran itu." Tidak ada jawaban. Lovely tetap memukul kaca yang dilapisi oleh punggung tangan lelaki brengsek di belakangnya.

"Buka. Aku mohon, buka," Ia terisak pasrah, membuat hati Jayden tercubit sesak.

Jayden memutar tangannya menggenggam tangan Lovely yang terkepal pada punggung tangannya. Dengan erat, ia mendekap tubuh Lovely di belakang. "Aku minta maaf. Sungguh, ini di luar kendaliku." Jayden ingin tahu siapa namanya. Tapi, tidak mungkin ia menanyakan dalam keadaan si wanita yang bahkan menatapnya saja enggan.

Lost StarsWhere stories live. Discover now