Chapter 40

83K 8K 4.1K
                                    

Haloo... Satu minggu sudah akhirnya. Kayak baru kemarin banget loh aku tuh update. Cepet banget hari berjalannya 😏😏 Tapi, yauda. Cepet gajian juga artinya 😍😂

Mulmed: Cinta Dalam Hati


Happy Reading



Dalam suasana temaramnya ruangan, Jason duduk di lantai dengan pandangan kosong ke arah tumpukan tas yang tertata di bawah nakas televisi. Tekadnya bulat untuk meninggalkan tempat ini untuk beberapa waktu. Mengeringkan luka hati yang ada walau entah mengapa masih sulit untuk ia terima. Detik demi detik, ia lalui seperti ini. Sakit dan tak berdaya hanya karena cinta yang mungkin tidak dimaksudkan bersama. Ia harap hari ini segera usai sehingga ia bisa cepat pergi dan meninggalkan.

Tiket pesawat yang telah dipesan dijadwalkan take off pada jam sembilan—malam ini menuju Australia, tempat di mana ia lahir ke dunia. Ini menjadi pertanda bahwa ia tidak akan mampu melihat tangan yang pernah berada dalam perlindungannya menggenggam tangan lelaki yang selalu menyakitinya. Bukankah ini tidak adil? Ia yang selalu ada di sana, dan si brengsek itulah yang mendapatkan tempatnya. Ia yang ikut merasakan kehancuran seorang Lovely, namun dia kembali kepada lelaki yang selalu menyakiti tanpa henti.

Apakah kehidupannya harus semenyedihkan ini? Apakah ia tidak seharusnya berharap pada Lovely sebanyak ini?

Surat undangan pernikahan yang dikirimkan oleh seseorang sudah menjadi bukti, bahwa kesempatan telah kandas dan cintanya memang hanya teronggok di sana, tak pernah mendapatkan sedikit pun kesempatan untuk sampai di tempat tujuan. Ia ditinggalkan, bersama semua angan yang pernah tergenggam dan penuh pengorbanan. Ia jatuh terlalu dalam, sehingga tanpa sadar, goresan luka ini tak sanggup dengan mudah ia hempaskan.

Ternyata, menjadi yang paling banyak berkorban saja tidak cukup untuk membuat seseorang tinggal. Jayden hanya cukup mengeluarkan sedikit ucapan, sementara ia bersusah payah bertahan dalam banyaknya penolakan berharap diberi sedikit kesempatan.

Di antara butir-butir kerinduan yang kian menumpuk, langkahnya tidak akan sanggup dihela karena sungguh, ia takut. Ia ingin meminta pertanggungjawaban akan harapan yang seakan pernah diberikan. Ia ingin meminta sedikit saja pengobatan, dan ia tahu hanya Lovely yang bisa sedikit menyembuhkan.

Alamat yang tertera dalam undangan itu bisa menunjukkan arah di mana perempuan yang menjadi alasannya merasakan rasa sakit yang luar biasa ini berada. Sebab ia tahu, hanya dia yang bisa mengobati buncahan sesak yang mengisi setiap jengkal dalam jiwanya. Sebab ia tahu, saat melihatnya akan ada bahagia yang terselip meski hanya sekadar memastikan bahwa dia baik-baik saja. Tetapi, apa yang harus ia lakukan ketika mereka saling bersitatap muka? Akan ada Jayden di sana yang mereka pilih sebagai suaminya. Meski ia yakin, saat melihat perempuan itu mengisi setiap sudut netranya, dikecewakan sekali lagi rasanya tidak apa-apa.

Jason meraih kaleng bir terakhir yang tinggal setengah dan meneguknya sampai tandas, sebelum matanya melirik ke arah pintu ketika bel apartemennya berbunyi berulangkali. Disusul teleponnya yang berdering di dekat backpack-nya. Jason meletakkan secara sembarang kaleng bir setelah habis dan meluruskan satu kakinya yang semula ditekuk. Ia benar-benar sudah menjadi budak cinta dan sekarang menjadi korban keganasannya. Mau bagaimana lagi? Pura-pura bahagia dan menerima itu semua akan sangat melelahkan. Dan ia sama sekali tidak berencana melakukan.

"Jas, gue harap lo bener-bener mati di dalam nggak bukain pintu gini! Awas aja lo kalau gue lihat masih hidup." Suara Yuji yang berteriak nyaring di luar sana. Kembali ditekannya bel hingga mengalirkan bunyi tanpa henti, dengan sesekali gebrakan.

Lost StarsWhere stories live. Discover now