Extra II Rigel & Star

32.3K 2.4K 436
                                    

Selamat berbuka puasa meski ngucapinnya telat 😌😌 Pada nunggu nggak? Wkwk

Happy Reading

Sepeninggalan Rigel, air mata Star terjatuh. Punggung kembarannya itu telah menghilang dari pandangan. Ia ingin memanggil, tapi pita suaranya seolah habis tertelan oleh rasa takutnya setelah mendengar ancaman dari Randi yang ditujukan untuk dirinya.

Hampir satu jam, Rigel tidak kunjung kembali juga. Makanan yang dipesan sudah datang sedari tadi tanpa disentuhnya. Sesekali, tangannya menepuk nyamuk yang hinggap pada kedua betis putihnya.

"Cewek," ada beberapa pria yang tidak jauh darinya memanggil, namun tidak diacuhkan Star. Ia mulai risi dan meringkuk takut ke dekat motor ninja kakaknya. Melihat sekeliling, ramai masih mendominasi tempat ini meski matahari telah siap kembali ke peraduan di balik kabut tebal.

"Hai, sendirian aja..." Mereka mulai berjalan menghampiri, melihat Star sendirian dari tadi. Senyuman menggoda terpaut di bibir ketiga pria asing berkulit coklat itu. Tampaknya mereka semua seumuran dengannya. Anak-anak remaja petakilan.

"Kak Rei...," Star bergumam dengan air mata yang kembali jatuh sambil menatap jalanan yang tadi Rigel lalui hingga kemudian tertelan jarak. Ia ingin menyusul, tapi terlalu takut jika ia malah tersasar di tempat ini. Apalagi kabut semakin tebal dan dinginnya udara khas pegunungan kian menusuk kulit.

Dengan gaya khas anak nakal, ketiganya terus bercuit-cuit. Wajah Star yang cantik dengan rambut pirang kecoklatan, sudah pasti bisa dengan mudah menarik perhatian siapa saja yang melihatnya. Tubuhnya langsing, berkulit putih mulus, dan memiliki proporsi yang pas layaknya seorang model. Tidak terlalu kurus, namun tidak gemuk juga. Bahkan para gadis yang menatap kagum pada Rigel pun tidak berani untuk berkutik saat memandangi cantiknya seseorang yang berada di sampingnya itu.

"Hai cantik, kok kamu nangis? Jangan nangis dong, sini abang teman—"

DUG

"Bangsat! Siapa woy?!" umpat lelaki yang bertubuh lebih pendek itu sambil memegang satu matanya dan merintih kesakitan. Ucapan untuk menggoda Star terpotong, didominasi oleh geraman tertahannya. "Taik, taik!"

"Hai jelek. Kok kamu nangis? Jangan nangis dong, sini abang temani."

Star langsung mendongak, melihat ternyata Rigel yang akhirnya datang dan mengulang ucapan pria asing itu. Rigel mengulas senyum pada ketiga lelaki yang coba menggoda Star sambil menghela langkah mendekati mereka. Senyum itu, jelas bukan senyum tulus dan senang akan sesuatu. Tetapi senyum menantang yang siap meringsekkan tubuh seseorang.

"Kak...!!" Star memekik sambil sesenggukan. Ia menghampiri Rigel sedikit berlari, lalu mengguncang-guncang tangannya dengan kesal sekaligus lega, dia akhirnya tiba.

"Bangsat, elo yang lempar benda tadi ke muka gue?!" geram pria asing itu.

Rigel tidak langsung menjawab, membungkuk, memilih memungut sikat baju yang ia pinjam dari salah satu penjual di sana—tepat di bawah kaki orang yang sekarang tengah berapi-api menatapnya. Kemudian, ia dengan tegak berdiri dan menatap pria asing itu. Pria itu bahkan cuma sebatas dada Rigel, sehingga dengan gaya sengak, kepalanya agak menunduk untuk menatapnya. Satu mata pria asing itu merah dan sepertinya akan segera membiru membuat bibirnya tidak kuasa untuk mengembangkan seringaian.

"Tangan gue licin. Jadi, sikatnya jatuh deh..." Rigel menyahut dengan santai seraya mengedikkan bahu. Padahal jelas-jelas ia lempar sekuat tenaga dari arah berlawanan, dan bagusnya telak mengenai sasaran.

"Set—"

Belum terselesaikan, dadanya telah Rigel dorong dengan kasar hingga terhempas keras ke tanah. Kedua temannya yang menyaksikan tidak berani melawan melihat perawakan Rigel yang jauh lebih tinggi dan tampak kuat dari mereka. Sementara mereka cuma ABG kurus kering dan jauh lebih pendek.

Lost StarsWhere stories live. Discover now