Chapter 6

88.3K 7.5K 608
                                    

Ada yang nunggu cerita ini gak sih? 😂

Mohon koreksinya jika ada typo atau kata rancu betebaran di bawah sini 👇🏻👇🏻

Happy Reading


Mobil berhenti di tengah halaman luas dengan sambutan keasrian tanaman terawat yang mengelilingi sekitarnya. Gerbang menjulang tinggi di belakang mobil kembali di tutup oleh dua satpam yang berjaga.

Dengan langkah cepat, salah satu satpam menghampiri mobil dengan payung agak besar di tangan. Ia berniat memayungi anak dari majikannya agar tidak kehujanan karena parkir cukup jauh dari rumah utama, padahal ada garasi yang bisa langsung menghubungkan pintu dari garasi ke dalam rumah. Hujan sudah sedikit reda tidak sederas beberapa jam lalu. Hanya rintik-rintik di tengah gelap malam yang sunyi.

"Tuan," sapanya ketika pintu mobil terbuka dan ia terkejut melihat keadaan basah kuyup anak sang majikan dan aliran darah kering sepanjang pelipis sampai lehernya. "Anda...baik-baik saja?" suaranya terbata penuh tanda tanya.

Jam setengah satu dini hari, Jayden baru sampai ke rumah orangtuanya.
Sudah hampir satu bulan ia tidak mengunjungi mereka karena kesibukan kuliah dan berbagai kegiatan di luar kampus bersama teman-temannya. Ia lebih memilih pulang ke apartemen yang tidak terlalu jauh dari kampus daripada harus mengemudikan mobil selama kurang lebih satu jam. Belum lagi kemacetan sore hari yang kadang kala tidak bersahabat. Tidak begitu lama sebenarnya. Tapi, dibandingan dengan jarak apartemen mewahnya yang hanya sekitar 10 menit, tentu ia lebih memilih pulang ke sana.

Rumah megah orangtuanya yang di bangun lebih dari 12 tahun itu tampak sepi dilihat dari areal luar. Ia menengadahkan kepala ke langit, memejamkan mata merasakan rintik hujan yang jatuh tepat ke wajahnya, lalu menghela nafas berat.

Selepas menatap punggung wanita asing itu, ia termangu kosong di tengah guyuran deras air hujan di samping mobilnya seakan jiwa meninggalkan raga, bingung dan frustasi mengingat apa yang dilakukannya dengan brutal pada wanita itu. Setelah beberapa saat, ia tahu, hal yang paling benar adalah menyusulnya untuk mengajak wanita itu berbicara dari hati ke hati. Tapi, saat sampai di restoran, wanita itu tidak ditemukan di sana. Lebih dari satu jam memantau dari dalam mobil, berharap wanita yang ia tunggu datang, tapi sampai waktu menunjukkan pukul 11 pun, tidak ada tanda-tanda kedatangannya hingga akhirnya ia memutuskan pulang ke sini.

Menenangkan diri, Jayden menoleh pada satpam dan memberikan kunci mobilnya seraya menggelengkan kepala.

"Tolong parkirkan dengan benar saja mobil saya. Tidak perlu memayungi," ucapnya, kemudian melangkahkan kaki ke arah teras rumah sambil meringis ketika rasa dingin menyergap tiba-tiba. Wajahnya pucat pasi seperti tak teraliri darah.

Jayden mengetuk pintu dengan lemah, sekali lagi sedikit menggebrak. Pintu di buka. Pembantu rumah tangga yang mengabdi sudah begitu lama pada keluarganya kaget ketika dia terhuyung ke depan membentur lantai dan langsung berteriak memanggil yang lain melihat lelaki 23 tahun itu telungkup di lantai kehilangan keseimbangan.

"Bik, kenapa sih?" Terkejut, anak lelaki berusia 15 tahun itu berjalan ke arah sumber suara setelah mengambil minum di dapur. Ia membulatkan mata ketika melihat Kakaknya tergeletak di lantai dengan lemah.

Ia segera mendekati, meletakkan gelas yang ada di tangan ke meja. "Kak!" Serunya khawatir. Hal pertama yang dia lakukan, mengecek nafasnya, "masih idup, Bik." Decakan kecil Jayden terdengar. Mendengus samar, ia menepis tangan adiknya dari hidungnya. Jayden tidak pingsan. Hanya saja matanya tertutup dengan wajah pucat dan sekujur tubuh yang basah. Ia lelah.

Lost Starsजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें