Chapter 38

85.3K 7.3K 2K
                                    

Republish

Karena aku dapet beberapa chat pagi ini yg bilang belum sama sekali dapet notif dan nggak bisa baca chapter 38 gagal memuat, (aku juga bingung kenapa 🙄) chapter ini aku publish ulang ya. Kalau ini masih belum bisa, ya...ya i don't know 🤷‍♀️🤷‍♀️

___
Hai, maaf updatenya telat. Ngumpulin moodnya juga rada susah 🙄 5,700 kata untuk part ini. 😘😘


Happy Reading


"Kamu benar-benar sakit!"

"Iya. Dan salahkan diri kamu sendiri karena membangkitkan jiwa sakitku!" Rahangnya mengeras, menunduk kian mendekat. Hidung bertemu hidung, dan mata saling berpandang tanpa kata untuk beberapa detik sebelum Jayden mengatakan, "Aku semakin ketakutan kehilanganmu, Love. Aku takut bahkan untuk membayangkan bagaimana kalian akan saling bergelung di balik selimut tanpa sehelai kain pun. Rasanya... sesak. Sakit. Dan aku tidak tahu sumbernya entah dari mana. Jangan menikah dengan Jason. Aku mohon padamu."

***

Mendengar permohonan penuh nada frustasi dari Jayden, Lovely mengerjap dan menelan saliva dengan kasar. Tubuhnya menegang di bawah kungkungan Jayden. Antara nyata atau tidak. Percaya, tak percaya. Dan sungguh, dadanya rasanya akan meledak sekarang—ketakutan melihat Jayden yang hilang kendali seperti ini. Meski sekuat tenaga ia berusaha tampak datar, bertingkah bak perempuan tangguh, tetap saja gedorannya yang bertaluan kencang terlalu sulit untuk disamarkan.

Apa barusan ia salah dengar? Jayden rela memohon padanya agar tidak menikah dengan Jason? Dia mabuk atau sedang mengigau...?

Sifat Jayden sesuatu yang sulit dimengertinya. Dia adalah definisi nyata dari hitam dan putih. Kadang begitu gelap, namun pernah begitu terang. Jiwanya teramat kelam, seolah ada untuk menghancurkan, meski pernah menjadi obat yang dapat menyembuhkan. Setidaknya, dulu. beberapa bulan lalu.

"Jangan menikah dengan Jason. Beri aku kesempatan untuk bertanggung-jawab atas baby kita, Love," Ulang Jayden di atas Lovely untuk kembali meyakinkan. "Menikahlah denganku, dan putuskan rencana apapun bersamanya. Jujur, aku tidak akan mampu menghadapinya. Pernikahanmu dan dia akan menjadi mimpi buruk yang mengerikan untukku!"

Semakin dalam, Lovely menekankan kepalanya pada bantal berusaha menjauhkan. Hanya ini satu-satunya cara agar mereka agak berjarak.

Ia menatap Jayden tanpa mengeluarkan ucapan, sambil menetralkan buncahan tak terjelaskan dalam dada. Andai saja permintaan itu datang disaat Jayden belum memberinya luka, mungkin saat ini ia akan tersentuh dengan bahagia tak terkira. Tapi sekarang, semuanya sudah berubah. Jayden bukan lagi tujuan utama untuk menggapai bahagia sesungguhnya ketika ingat bahwa hatinya hanya tertuju pada Sarah. Setelah banyak kejadian menyakitkan yang dilaluinya diakibatkan oleh rasa cinta Jayden pada kekasihnya, apakah mungkin hati itu bisa berbelok arah secepat ini? Jayden tiba-tiba datang ingin menikahinya, apa sebenarnya yang dia rencanakan?

Oh... rasa bertanggung-jawab akan anak yang tengah dikandungnya.

Merasakan kebisuan Lovely, Jayden memanfaatkan itu dengan mendekatkan wajahnya ke leher Lovely hendak mendaratkan sebuah kecupan ketika dirasanya Lovely tampak mempertimbangkan. Namun, sebelum bibirnya menyentuh leher Lovely, tanpa disangkanya tamparan keras mendarat sempurna pada pipinya.

Hening sesaat melingkupi ruangan kamar. Gelap yang pekat di luar menjadi saksi bisu bagaimana tubuh mereka saling beradu dengan kengerian nan mencekam. Titik keringat berpendar pada dahi mereka berdua, padahal pendingin ruangan sudah nyala.

Lost StarsWhere stories live. Discover now