Chapter 29

69.2K 6.8K 2.8K
                                    

Haii... akhirnya bisa update meski badan lagi agak meriang 🤒 Dan jujur, sulit banget nulis chapter ini nggak tahu kenapa 😭😭 Koreksi aja kalau ada kata rancu.


Happy Reading


Aku menyukaimu. Tak apa kalau kita hanya berteman. Karena hanya dengan begitu, paling tidak aku masih bisa melihatmu

I miss you

***

"Ayo dong, Vel, masukin. Ini tulang pinggang gue udah hampir rontok." Jason mengaduh tetap dengan posisinya mengangkat tubuh Lovely.

"Kak Jas, ini susah. Nggak sampe!" Balas Lovely meringis sambil memeluk bola basket di tangannya.

Satu jam lalu, saat Lovely berada di kantin sambil menunggu kelas sore dimulai, Jason menghampiri tempat duduknya dan mengajak ia ke lapangan basket daripada termenung kosong sendirian di sana.

Jason dan timnya ada latihan sore ini untuk pertandingan minggu depan. Sambil menunggu anggota yang lain sampai, mereka berdua lebih dulu ke arena basket guna menghilangkan kebosanan, dan di sinilah mereka sekarang. Tampak kekanakan memainkan permainan yang diusung Jason hingga napas mereka berdua tersengal tidak beraturan.

Kebanyakan anggota The Rawrs setelah sidang skripsi selesai dan dinyatakan berhasil lulus, memang telah berpencar sibuk dengan urusannya masing-masing sehingga waktu latihan terkadang begitu sulit untuk dicari. Ada yang mulai magang di perusahaan yang diincar. Ada yang mengikuti tes untuk melanjutkan pendidikan di luar. Namun, ada pula yang hanya sekadar travelling sambil menunggu hari wisuda datang. Semua teman-temannya jarang bertandang ke kampus kecuali jika ada urusan, contohnya seperti hari ini. Pertandingan yang akan diselenggarakan minggu depan akan menjadi terakhir kalinya tim ini menggunakan nama The Rawrs sebelum ditanggalkan.

Jujur, Lovely sendiri tidak tahu apa maksud Jason mendekatinya. Lebih tepatnya, memang semua anggota tim The Rawrs baik padanya bahkan mereka semua mengikuti media sosialnya. Hanya saja, dari semua anggota, Jasonlah yang paling terbuka dan paling sering menyapa ringan ketika mereka bersitatap muka sehingga ia sudah tidak begitu canggung berada di dekatnya.

Selama dua minggu ini, beberapa kali ia bertemu Jason. Dia tidak sungkan untuk menyapa dan membantu tugas kuliahnya saat ia mengerjakan di kantin atau taman kampus sambil menunggu kelas dimulai. Jayden tidak ada, dan Jason seperti ada dimana-mana. Lucu jika dipikir-pikir. Jayden meninggalkan, dan Jason datang untuk memulihkan kehilangan. Meski kehadirannya belum sama sekali dapat menyembuhkan.

Sekarang, setelah kepulangan dari acara kemah kampus di gunung itu, tidak ada yang berani membully-nya. Clara tidak pernah datang lagi ke kelas hanya untuk meledeknya. Malah sekarang, dia lebih sering terlihat membuntuti Beny di berbagai kesempatan. Entah. Mungkin sekarang wanita kecentilan itu telah berpindah haluan sehingga Lovely tidak lagi dijadikan sasaran kecemburuannya. Ia bersyukur untuk itu. Toh, Jayden mereka dari awal memang tidak pernah menaruh hati padanya. Mereka salah paham. Semua orang salah paham dan mengartikan keliru kebaikan sosok Jayden Alexander terhadapnya.

Lovely menyetujui ajakan ini ketika Jason secara tidak langsung mengatakan kemungkinan sosok yang tidak ingin ditemuinya itu tidak bisa ikut latihan karena masih sibuk di perusahaan. Jelas, Jayden pasti menjadi seseorang yang sangat sibuk belakangan bersama pekerjaan dan wanita yang digilainya.

Meski getir, tapi ia bisa apa? Jalan mereka dari awal memang telah salah. Meski dipaksakan pun, tetap saja mereka takkan searah.

Semuanya telah berubah. Telepon yang pernah menjadi tempat untuk saling terhubung pun tidak lagi menjadi benda yang bisa menunjukkan arah.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang