25. To Let A Good Thing Die

19.3K 1.4K 538
                                    

a/n: Cie ganti cover. BAGUS ENGGA?? 😋

Jangan lupa vote, comment, and share. Happy reading as always. Tandai TYPO 💌❗️

⋆。 ゚☁︎。 ⋆。 ゚☾ ゚。 ⋆

"So ... fuck off, Abby Rachel Amora! I don't wanna be with you anymore."

Amora kira sepenggal kalimat kejam yang keluar dari bibir Naja itu, akan langsung meluruhkan daya dan kepercayaan diri Amora untuk sekedar kembali ke ruang make up melewati Skywalk―dengan kaki telanjang.

Namun rupanya tidak demikian.

Ballerina itu sudah bersumpah untuk mendapatkan Nicholas Dean Pranaja kembali. Amora tak akan menyerah. Tak secepat ketika Elio Bhumi Dikta mengatakan hal serupa kepada dirinya, dulu.

Karena Naja-nya berbeda. Cowok itu ... lebih dari pantas untuk Amora perjuangkan.

"Jangan masuk dulu, Ra! Abel baru aja pecahin gelas kaca―"

Peringatan Miss Tamara tertahan di udara ketika melihat Amora melangkahkan kaki telanjangnya masuk hanya untuk mengambil ponsel.

"Amora, kaki kamu bisa luka!"

River―ballerino berkulit tan yang akan menjadi partner menari Amora bahkan sampai menarik lengan gadis itu untuk menjauh dari serpihan kaca.

Dan bukannya menggubris kekhawatiran Miss Tamara dan rekan tiba baletnya, gadis berambut red cherry tersebut justru melontarkan satu pertanyaan di luar topik.

"Tim kita tampil jam berapa?"

"2 siang," jawab River mewakili semua orang.

Lalu mereka dibuat tertegun begitu Amora kembali keluar setelah memakai sepatu sambil menggenggam ponselnya erat-erat.

Amora akan sangat pantas dimaki-maki karena bertingkah seenaknya dengan kembali masuk ke ruang teater. Melewati pintu kayu raksasa, karpet merah, serta bangku-bangku bersepuhan warna gold & black.

Akan tetapi tujuan Amora bukan lagi muncul di hadapan Naja. Yang ada, ballerina itu melewati presensi Naja dan beralih kepada jajaran teman-teman cowok itu. Amora mengenalinya karena almamater mereka yang seragam.

"Halo!"

Gerry, Jesslyn, Hito, Cyntia, hingga Joel kompak mengangkat pandang ketika presensi Amora datang dan menghalangi jarak pandang mereka ke pertunjukkan teater.

"Aku Amora! Temen SMA-nya Naja. Salam kenal, ya."

Si gadis berambut merah tersenyum manis dan ceria. Begitu kontras dengan mata sembabnya yang cukup ketara.

"H-Halo?"

"Boleh minta tolong sesuatu enggak?" pinta Amora dengan suara begitu tenang.

"Kasih aku nomor WhatsApp Naja, dong! Sekalian user IG, Line, sama TikTok dia," imbuh Amora sambil menyodorkan ponselnya pada lima mahasiswa tersebut.

Mereka mengerjap bingung.

Gerry menjadi orang pertama yang menoleh ke arah Naja. Sorot mata cowok itu seolah berkata, "Ini cewek dedemit rambut merah, kan?"

Sementara Jesslyn, Hitto, Cyntia, hingga Joel menoleh dengan tatapan, "Boleh kita kasih nomor lo ke dia?"

Bukan apa-apa, pasalnya ekspresi Naja tak menunjukkan kesenangan begitu Amora muncul. Sebaliknya, cowok itu terlihat risih dan terganggu. Terbukti dengan pergerakan Naja yang menepis kasar ponsel Amora dari hadapan teman-temannya.

"Ngapain lo, Ra?" herdik Naja terdengar begitu dingin, hingga membuat Amora menoleh.

"Enggak ada yang ngomong sama kamu. Aku ngomong sama mereka," sahut Amora dengan begitu berani. Sekali lagi, ballerina itu mendekatkan ponselnya kepada siapa pun yang bersedia memberikan nomor Naja kepadanya.

Drunk Text (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang