TBIT #01

3.5K 299 8
                                    

Tidak semua yang kita lihat adalah benar, bisa saja itu hanya kepalsuan yang terencana.

•••

"Pagi mah.. pah..," sapa Alfi dan langsung duduk di meja makan.

"Pagi sayang," sahut Fanya sambil mengoleskan selai pada rotinya.

"Alfa dimana?"

Suara dingin pria yang baru saja datang itu mampu mengalihkan aktivitas penghuni ruang makan tersebut. Pria itu mendekat lalu duduk di samping sang mama.

"Pagi ini tuh masih dingin. Bisa gak sih kakak buat nggak makin dingin?" protes Alfi.

"Deril, kamu ngga ke kantor?" Tanya Fanya karena putra sulungnya itu mengenakan pakaian biasa. Pria dingin itu tidak lain adalah Deril kakak dari Alfa dan Alfi.

"Nggak Ma. Alfa dimana?" laki-laki tersebut mengulangi pertanyaannya namun lebih tegas lagi dalam pengucapannya.

"Gue disini," sahut seorang pemuda yang baru datang yang tidak lain adalah Alfa.

"Kenapa nyariin gue?" Dengan entengnya alfa bertanya namun yang ditanya menatapnya dingin.

"Kamu mau sekolah atau mau tawuran Alfa?" Kini Leo sang ayah yang angkat bicara.

"Mau sekolah," sahut Alfa singkat.

"Eh kampret, lu bilang mau sekolah tapi tu seragam gak lu masukin trus dasi lo mana?" Alfi  geram dengan adik kembarnya tersebut.

Alfa dan Alfi memang terlahir kembar tapi sifat mereka sangatlah berbeda.

Alfa tidak suka terlalu mengikuti peraturan yang ada, dia lebih suka bebas dimana pun itu tapi dia masih sadar akan toleransi yang ada. Dan walaupun sifat mereka jauh dari kata mirip, kepintaran dan kecerdasan yang mereka miliki sangat mirip bahkan setara.

Mereka selalu menjuarai olimpiade di bidang akademis dan non akademis. Selain Alfa selalu mengharumkan nama sekolah, Alfa juga tidak pernah absen dari yang namanya berjemur di bawah tiang bendera alias di hukum.

Sebenarnya para guru sangat jengkel dengan Alfa karena kenakalan anak itu, tapi mau bagaimana lagi Alfa adalah maskot dari sekolahnya selain Alfi. Alfi memang termasuk maskot di sekolah namun Alfa memiliki keunggulan lebih di bidang olahraga di banding Alfi.

Maka dari itu kepala sekolah tetap mempertahankan Alfa meski nakalnya tidak ketulungan. Dan mereka juga tidak enak dengan Leo ayah dari Alfa karena Leo adalah kepala yayasan di sekolah tersebut.

"Dasi? Di tas. Lu tenang aja, gue lengkap," sahut Alfa enteng sambil menaik turunkan kedua alisnya, Alfi hanya bisa menghembuskan nafas kasar dan yang lain hanya geleng-geleng melihat tingkah Alfa.

"Sudah-sudah, kalian ini. Kapan sarapannya kalau berantem terus?" Fanya menengahi perdebatan antara dua anak kembarnya tersebut.

"Yeee mama, siapa yang berantem. Orang kita lagi ngobrol ala anak laki-laki. Ya kan Fi?" Alfa menaik turunkan alisnya sambil senyum-senyum ke arah Alfi.

The Boy Is TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang