TBIT #13

1.9K 132 30
                                    

"Jangan biarkan dia kelelahan, stres atau banyak pikiran."

"Kondisinya akan semakin memburuk jika dia terus memaksakan diri."

"Transplantasi mungkin saja bisa dilakukan tapi masalahnya adalah sel kanker itu sudah menyebar ke organ lain."

"Alfa harus menjalani pengobatan serta rajin meminum obatnya."

Di sebuah ruangan yang sangat khas dengan aroma obat-obatan Deril berdiri di dekat jendela dengan menghadap keluar, melihat aktivitas yang ada di bawah gedung rumah sakit. Ucapan dokter Fadil masih terngiang di ingatannya. Matanya terpejam seraya menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya kasar. Otaknya sedang bekerja untuk mencari cara agar bisa membujuk Alfa yang keras kepala itu mau menjalani pengobatan.

"Ma.. Deril rindu mama," ucap Deril dengan suara yang sedikit berbisik.

"Deril rindu saat-saat kita bersama."

"Saat Deril, Mama, Alfa, Alfi bercanda tertawa bersama."

"Deril masih ingat ketika mama sedang memasak dan kami bertiga datang ingin membantu, tapi bukannya membantu kami malah gangguin mama." Deril tersenyum getir.

"Mama marahin kita dan waktu kami takut karena mama marah  mama malah memeluk kami bertiga."

Semua kenangan itu berputar kembali di ingatan Deril. Masa-masa bahagia dan juga masa-masa disaat sang mama masuk rumah sakit.

"Lihat Alfa seperti sekarang membuat Deril masuk ke masa itu lagi ma, disaat ketakutan dan keputusasaan membelenggu Deril." Tanpa sadar kristal bening itu jatuh tanpa aba-aba.

"Deril rindu mama, tapi Alfa lebih merindukan mama."

"Tapi meski begitu, Deril mohon sama mama. Jangan ajak Alfa ikut dengan mama, biarkan Alfa tetap disini bersama Deril."

Tanpa disadari, seseorang mendekat ke arah Deril kemudian melingkarkan tangannya memeluk pria itu dari belakang. Deril terkejut dengan tindakan tiba-tiba tersebut namun setelah beberapa saat ia tersenyum tipis. Deril tahu siapa yang memeluknya tersebut karena ia sangat hafal dengan aroma vanilla yang khas dari perempuan kesayangannya yaitu Flora.

Sedari tadi ia diam membiarkan Deril menumpahkan kesedihannya tapi semakin lama rasanya semakin sakit membiarkannya sendiri. Ia ingin laki-laki itu membagi sedikit beban yang ia rasakan itu padanya.

Flora bersandar dan menenggelamkan wajahnya di punggung Deril seraya menghirup aroma mint yang khas dari pria itu. Deril menyentuh tangan yang sedang melingkar dipinggangnya tersebut.

"Are you okay?" ucap Flora dengan lembut.

"I'm okay love," sahut Deril.

"Are you sure?"

"I'm not sure."

"What do you think dear?"

"I think a lot about everything." Flora merenggangkan pelukannya namun di tahan oleh Deril.

"Stay like this," ucap Deril. Flora merasakan tubuh tegap itu sedikit bergetar dalam pelukannya.

"Dear," ucap Flora dengan nada khawatir, ia tahu bahwa saat ini Deril sangatlah rapuh.

"Aku tidak ingin kamu melihatku lemah seperti ini love, tapi aku tidak bisa."

Flora melepaskan pelukannya dan memutar tubuh Deril agar berhadapan dengannya.

"Jangan pernah melakukan itu. Aku adalah tempatmu berbagi, bukankah kita sudah berjanji untuk tidak pernah merahasiakan sesuatu satu sama lain?"

Flora menghapus jejak air mata di pipi Deril. Hatinya sakit melihat pria setangguh Deril menjadi serapuh ini. Terakhir ia melihat Deril serapuh ini adalah ketika mamanya sakit dan akhirnya meninggal.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : May 21, 2019 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

The Boy Is TroublemakerOù les histoires vivent. Découvrez maintenant