TBIT #10

1.9K 233 49
                                    

Praaangggg......

Sebuah gelas kaca terlempar jauh dari tempatnya, pasangan pria dan wanita yang tiada hari tanpa memecahkan benda kaca di rumah tersebut kembali berselisih paham. Pertengkaran yang saling melempar barang yang ada di sekitar mereka secara asal selalu terjadi, saling adu mulut bahkan si pria sudah mulai berani bermain tangan kepada wanitanya.

Dari masalah kecil menjadi besar dan masalah biasa menjadi luar biasa. Tidak pernah sekalipun mereka menyelesaikannya secara baik-baik.

Leo dan Fanya, mereka kembali bertengkar saat kondisi rumah sedang sepi dan yang ada hanya para pelayan saja. Mereka tidak berani mencampuri urusan majikannya dan memilih untuk pura-pura tidak tahu akan kejadian yang hampir setiap hari mereka lihat.

Dulu... saat mereka baru menikah hal ini tidak pernah terjadi. Mereka selalu baik-baik saja, tertawa bahagia tanpa ada perselisihan. Jika ada, mereka menyelesaikannya dengan kepala dingin dan tanpa pertengkaran.

Sekarang yang menjadi masalah adalah kejadian yang sama terulang kembali, kejadian waktu majikan mereka yang pertama masih ada di rumah besar itu terulang. Leo ketahuan bermain api dengan wanita lain. Yang berbeda adalah, dulu Kanya mengetahui hal tersebut dengan cara menyelidiki secara diam-diam dan tidak mempertanyakannya pada Leo.

Setelah semuanya terbukti, Kanya tetap memilih diam dan merasakan sakitnya terkhianati sendirian. Kanya memilih untuk berpura-pura tidak tahu sampai akhirnya ia tidak sanggup lagi untuk menyimpan sakit itu sendirian.

Dan Kanya pun menceritakan semuanya kepada Fanya, adik kembarnya. Namun saat itu kondisi Kanya sudah sangat buruk dan setelah ia membagi bebannya kepada sang adik, ternyata Tuhan berkehendak lain. Tuhan lebih memilih Kanya tinggal di rumah-Nya dibandingkan di rumah besar Leo yang penuh luka. Yang membuat Kanya merasakan sakit berkali-kali lipat dari sakit yang telah menggerogoti tubuhnya.

“Kamu laki-laki bajingan!” teriak Fanya.

Leo tersenyum miring. “Aku bajingan katamu?”

“Aku seperti ini karena kamu!” Leo menunjuk wajah Fanya.

“Karena aku katamu?”

“Siapa lagi? Kamu tidak bisa membuatku bahagia. Kamu selalu mengutamakan urusanmu di butikmu itu dan kamu bisanya hanya protes saja padaku,” ucap Leo.

“Lalu dimana salahnya jika aku mencari kesenangan di tempat lain?” lanjutnya seraya tersenyum miring.

“Apa bedanya aku sama kamu? Kamu juga selalu dan lebih mengutamakan urusanmu di kantor dan uang lebih berharga bagimu daripada keluarga bahkan anak-anakmu.”

Fanya berusaha keras menahan buliran bening itu untuk tidak meluncur bebas di pipinya. Namun semua itu sia-sia saja, Leo membuatnya muak, Leo membuatnya geram, Leo membuatnya sakit. Dan akhirnya pertahanan Fanya luntur, hatinya terlalu sakit atas sikap Leo dan dadanya sangat sesak dengan apa yang terjadi saat ini.

Jujur saja, Fanya menyesal. Fanya menyesal karena telah mengikuti permintaan kakak kembarnya untuk menjaga anak-anak dengan cara menikah dengan Leo, yang jelas-jelas sudah ia ketahui bahwa Leo adalah laki-laki bajingan.

Bagaimana tidak? Saat kakaknya sedang berjuang di atas hidup dan mati dan disaat kakaknya berjuang dari penyakitnya, Leo malah menambah rasa sakitnya menjadi berkali-kali lipat dengan bermain api bersama wanita lain dan berpura-pura bahwa ia sangat peduli dengan kakaknya di depan Kanya dan anak-anaknya.

“Aku terlalu bodoh jika aku percaya bahwa kamu akan berubah,” ucap Fanya pelan.

“Kakakku terlalu lugu untuk laki-laki bajingan seperti kamu!” lanjutnya.

The Boy Is TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang